Jika dipikir-pikir ulang, penghargaan dari MURI untuk Khofifah sama kedudukannya dengan penghargaan Zayed Award for Human Fraternity 2024 yang diterima Ketua PBNU KH. Yahya Cholil Staquf. Bahkan bisa dikatakan dengan kapasitas yang tidak seluas Ketum PBNU, Khofifah masih berhasil menciptakan tradisi baru yang lebih modern. Sementara mendukung kemanusiaan bisa saja dilakukan oleh semua orang. Artinya, kualitas dan kapasitas Khofifah tidak bisa dibandingkan dengan Sekjen PBNU sekarang, melainkan sudah setara dengan Ketua PBNU.
Jika Khofifah diberi kesempatan untuk memimpin PBNU sebagai Sekjen, maka berarti ada kekuatan yang lebih besar yang memungkinkanya untuk berpikir dan bertindak lebih kreatif, inovatif, dan prestisius. Bukan tidak mungkin, gerakan Khofifah di masa depan akan memecahkan rekor MURI dunia lagi. Dengan begitu, Muslimat akan tertantang untuk berkotribusi pada dunia dan peradaban yang lebih baik.
Khofifah adalah kandidat Sekjen PBNU yang patut dipertimbangkan. Namun, mengingat MLB NU beberapa bulan lagi , maka alangkah baiknya semua pihak berlomba-lomba dalam kebaikan, menunjukkan pengabdian dan kontribusinya bagi warga NU, karena warga NU sudah bosan dengan konflik dan mereka haus akan kebanggaan diri. Khofifah telah membanggakan warga NU terutama Muslimat sebagai sosok pemimpin segudang prestasi. (*)
*) Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.