Pneumonia dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan dua kondisi yang sering terjadi dan dapat berakibat fatal.
"Perubahan imunitas akibat proses penuaan serta keberadaan penyakit penyerta seperti diabetes dan penyakit jantung semakin memperburuk kondisi tersebut," lanjut Imran.
Bahkan, KKHI Makkah mengidentifikasikan pneumonia sebagai salah satu penyebab utama rawat inap jemaah haji lansia.
BACA JUGA:Kemenag Kabupaten Bekasi Siap Berangkatkan 2.168 Jemaah Haji 2025
BACA JUGA:Aliran Listrik Warga Desa Sukawali Pakuhaji Diputus, Buntut Tolak Pelepasan Lahan
Oleh karena itu, penyakit ini merupakan kondisi kritis yang harus diawasi dengan ketat karena sistem kekebalan yang menurun pada lansia.
Ia menegaskan bahwa pihak penyelenggara haji dan otoritas kesehatan harus memperhatikan secara serius upaya pencegahan serta manajemen penyakit tersebut.
Mulai dari screening yang ketat, penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai, dan pendampingan selama pelaksanaan ibadah haji.
Tak berhenti di situ, lansia yang memiliki riwayat penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes, dan gangguan kolesterol juga wajib memperhatikan kondisinya karena turut berisiko mengalami stroke atau komplikasi lain yang dapat berujung fatal.
BACA JUGA:Bandara Soekarno-Hatta Siap Layani Keberangkatan Haji di Bulan Mei, Sediakan 10 Konter Khusus
BACA JUGA: Keberangkatan Perdana Haji Dimulai 2 Mei, Pemerintah Janji Tanpa Delay!
Kendati angka prevalensi stroke pada jemaah haji tidak selalu dipublikasikan secara terpisah, interaksi antara penyakit-penyakit kronis tersebut dan kondisi berat ibadah haji meningkatkan risiko kejadian fatal.
Sebagaimana terlihat dari data keseluruhan, sekitar 73% jemaah haji pada periode tertentu diketahui memiliki penyakit penyerta.
Kombinasi dari kondisi tersebut dapat memicu gangguan akut, seperti stroke atau kerusakan organ lainnya.