Menanggapi adanya program pemerintah daerah yang mengirim remaja yang dianggap bermasalah ke barak militer,
Menurutnya, "Pendekatan yang bersifat otoritar memang menuai kontroversi dan keberhasilannya tidak mutlak."
"Secara umum, pendekatan militeristik keras tanpa integrasi elemen pendukung—seperti konseling, rehabilitasi, dan keterlibatan keluarga—belum terbukti cukup efektif untuk mengatasi kenakalan remaja di Indonesia," paparnya.
Di sisi lain, keberhasilan ini bisa berpotensi ditingkatkan dengan memadukannya dnegan pendekatan yang lebih humanistik dan bersinergi dengan dukungan psikososial.
"Secara keseluruhan, banyak ahli sepakat bahwa strategi intervensi yang bersifat holistik dan rehabilitatif lebih sesuai dengan konteks budaya dan dinamika perkembangan remaja di Indonesia," tandasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pentingnya memperkuat peran serta orang tua dalam menjaga kesehatan mental remaja.
Beberapa yang bisa dilakukan seperti membangun komunikasi terbuka, memantau perilaku dan penggunaan teknologi, memberikan dukungan emosional, komunikasi yang baik dengan para pendidik,
Serta segera mencari bantuan profesional apabila anak terindikasi masalah mental.