MAKKAH, DISWAY - Menteri Agama Nasaruddin Umar menjelaskan alasan mengapa mayoritas jamaah haji Indonesia tidak melaksanakan sunah tarwiyah atau bermalam di Mina sebelum wukuf di Arafah.
Menurutnya, kebijakan ini diambil demi kemaslahatan dan keamanan jamaah, mengingat besarnya jumlah peserta haji tahun ini.
BACA JUGA:Gratis! Program Murur dan Safari Wukuf Lansia Haji 2025 Tak Dipungut Biaya
Ya, jamaah haji Indonesia mulai diberangkatkan ke Arafah pada hari ini atau 8 Dzulhijjah 1446 H, untuk melaksanakan wukuf besok setelah tergelincir matahari.
Namun, berbeda dengan sebagian jamaah dari negara lain, jamaah Indonesia pada umumnya tidak menjalankan sunah tarwiyah, yakni bermalam di Mina pada malam 8 Dzulhijjah sebelum menuju Arafah.
BACA JUGA:Jamaah Haji Mulai Diberangkatkan ke Arafah, Siap Jalani Puncak Haji di Armuzna
Menteri Agama Nasaruddin Umar menjelaskan, tarwiyah adalah praktik memberangkatkan jamaah terlebih dahulu ke Mina untuk bermalam, lalu esok harinya melanjutkan perjalanan ke Arafah.
“Secara formal kita tidak ada tarwiyah. Tarwiyah itu memberangkatkan jamaah tidak langsung ke Arafah tapi ke Mina dulu, dari Mina menuju Arafah,” jelas Menag dalam konferensi pers di Kantor Urusan Haji Daker Makkah.
BACA JUGA:Haji Lansia Tetap Sah Meski Safari Wukuf, Wamenag: Jangan Ragu!
Menurutnya, pelaksanaan tarwiyah tidak dilakukan pemerintah karena beberapa pertimbangan logistik dan manajerial.
“Jumlah jamaah sangat besar, mencapai 221 ribu orang. Waktunya sangat sempit dan bisa membahayakan jika memaksakan tarwiyah,” ujarnya.
Meskipun demikian, Menag mengakui masih ada sebagian kecil jamaah yang melaksanakan tarwiyah, umumnya difasilitasi oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) tertentu secara mandiri, dengan segala risikonya.
BACA JUGA:Haji dan Pesan Membangun Ekonomi Kerakyatan
“Pokoknya tidak diumumkan, karena kalau dilakukan itu ada konsekuensinya,” ujarnya.
Tarwiyah sendiri merupakan amalan sunnah, bukan bagian dari rukun haji.