JAKARTA, DISWAY.ID - Kehadiran alam semesta paralel, dimensi ekstra, hingga kemungkinan makhluk ekstraterestrial dan ekstra dimensi seperti alien bukan lagi sekadar fiksi ilmiah.
Guru Besar Fisika Teori IPB University, Prof Husin Alatas, mengungkapkan bahwa berbagai spekulasi kosmologis ini mulai mendapat celah untuk dikaji melalui pendekatan ilmiah berbasis pengamatan elektromagnetik dan radiasi kosmik.
“Elektromagnetisme adalah fenomena paling akrab dalam kehidupan manusia. Hampir seluruh sistem sensori manusia menggunakan gelombang elektromagnetik untuk berinteraksi dengan alam sekitar,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media.
Contoh sederhananya, cahaya tampak yang ditangkap mata manusia hanyalah sebagian kecil dari spektrum elektromagnetik yang sangat luas.
Prof Husin mengatakan, mulai dari gelombang radio berfrekuensi rendah hingga sinar gamma berfrekuensi tinggi, semuanya menyimpan informasi penting tentang alam semesta.
BACA JUGA:Penampilan Terbaru Evan Dimas Jadi Bulan-Bulanan Netizen, Tubuh Lebih Kurus Wajah Tirus
Salah satu penemuan penting dalam spektrum elektromagnetik adalah radiasi latar-belakang gelombang mikro kosmik (Cosmic Microwave Background/CMB).
Radiasi ini merupakan sisa dari peristiwa Big Bang yang terjadi sekitar 13,4 miliar tahun lalu dan mulai bisa terdeteksi sekitar 380.000 tahun setelah alam semesta terbentuk.
“Radiasi CMB memiliki temperatur rata-rata sekitar 2,7° Kelvin. Namun radiasi dengan variasi suhu sekecil 0,00001° Kelvin tersebut bisa memberikan informasi sangat berharga tentang umur, bentuk, komposisi, bahkan proses pembentukan bintang dan galaksi,” terang Prof Husin yang juga pengampu mata kuliah Teori Relativitas.
Saat ini, lanjutnya, melalui pengamatan satelit Planck yang dioperasikan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA)–yang relatif memiliki resolusi yang sangat tinggi–, para ilmuwan fisika dan astronomi menginvestigasi berbagai anomali distribusi variasi temperatur CMB yang tidak dapat dijelaskan oleh pemahaman yang telah terbangun selama ini.
Pengamatan terhadap radiasi ini lalu memunculkan pertanyaan besar, salah satunya adalah anomali cold-spot, titik dingin yang tidak dapat dijelaskan secara memadai oleh teori kosmologi saat ini.
“Salah satu penjelasan yang diajukan adalah kemungkinan keberadaan alam semesta paralel atau dimensi ruang ekstra yang sempat besar lalu melipat menjadi sangat kecil dan sulit dideteksi,” imbuhnya.
BACA JUGA:Pabrik GAC AION Resmi Beroperasi, Indomobil Group Perkuat Investasi Gandeng National Assemblers
Meski begitu, Prof Husin menekankan bahwa spekulasi tentang dimensi paralel (multiverse) masih berada dalam ranah ilmiah yang belum bisa dibuktikan secara empiris. “Alternatif yang lebih rasional untuk menjelaskan cold-spot adalah keberadaan void hampa kosmik yang sangat besar,” jelas dia.