Sementara Edy menyoroti pentingnya kesinambungan dan keguyuban komunitas alumni.
Ia mengusung program business matching untuk mempertemukan alumni pemilik bisnis dengan calon investor sesama alumni.
“100 hari pertama kepemimpinan kami akan dimulai dengan program konkret,” janjinya.
BACA JUGA:Gudang Garam Berhenti Beli Tembakau Temanggung, Harga Rokok jadi Sorotan
Tak hanya itu, Edy juga membawa semangat mentorship melalui program Prasmulyan Buddy yang mempertemukan alumni senior dan junior untuk saling mendukung secara profesional maupun personal.
Ribuan alumni ikut menyaksikan debat ini, baik secara langsung di ACT Hall maupun melalui YouTube.
Antusiasme tinggi ini menjadi bukti bahwa pemilihan Ketua IKAPRAMA bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari semangat kolektif untuk membawa organisasi alumni ke level berikutnya.
BACA JUGA:Liverpool Hampir Dapatkan Pemain Rookie, Transfer Milos Kerkez Senilai Rp 994 Miliar
Voting akan dilaksanakan secara online pada 30 Juni hingga 6 Juli 2025 dan akan melibatkan lebih dari 16.000 anggota aktif IKAPRAMA.
Hasil debat ini diyakini akan memengaruhi preferensi banyak pemilih.
BACA JUGA:Jadwal Tes Medis Hingga Gaji Florian Wirtz di Liverpool, Angkanya Menggila!
IKAPRAMA Bukan Organisasi Biasa
IKAPRAMA bukan sekadar kumpulan alumni.
Organisasi ini menjadi wadah kolaborasi strategis yang aktif lewat kegiatan seperti Inspiring Talk, Leadership Forum, mentoring, dan networking antaralumni lintas sektor. Shared Interest Group (SIG) mereka pun aktif, dari golf, saham, hingga branding dan supply chain.
Di dunia profesional, alumni Prasmul telah mendirikan brand besar seperti Vivere, Puyo, Kopi Tuku, Fore Coffee, Barberbox, hingga Katadata. Tak sedikit pula yang kini duduk di pucuk pimpinan BUMN, swasta, hingga korporasi global.
Pertanyaan besar kini tersisa: Siapa yang lebih layak memimpin IKAPRAMA?
Akankah alumni memilih pendekatan aksi strategis ala CEO Adharta? Atau memilih gaya sinergis dan program konkret dari Edy sang Komisaris?