BACA JUGA:Pramono Minta Mubalig Syiarkan Islam dengan Sejuk: Cerminkan Jakarta Kota Global Berbudaya
"Bakteri Leptospira masuk ke tubuh manusia melalui kulit yang terluka, selaput lendir seperti mata, hidung, atau mulut, bahkan terkadang melalui kulit yang sehat jika terendam air dalam waktu lama," tambah Dr. Rina.
Fokus Utama: Pencegahan Kontak dengan Sumber Penularan
Senada dengan Dr. Rina, Dr. Budi Santoso, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, menekankan bahwa fokus utama dalam pencegahan leptospirosis adalah menghindari kontak dengan sumber penularan, yaitu lingkungan yang tercemar urine hewan terinfeksi, khususnya tikus.
"Meskipun secara teoritis sangat kecil kemungkinan terjadi penularan dari manusia ke manusia melalui cairan tubuh tertentu, kasusnya sangat jarang dan bukan merupakan jalur penularan yang signifikan secara epidemiologis," jelas Dr. Budi saat dikonfirmasi oleh Disway.id.
BACA JUGA:Gubernur Sumsel Tegaskan Larangan Truk Batubara Lalui Jalan Umum
BACA JUGA:Dari Indonesia untuk Dunia, Diplomasi Filantropi Bangun Islam Moderat di Kroasia
"Risiko utama tetaplah pada paparan langsung dengan lingkungan atau hewan yang terkontaminasi," tambahnya.
Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan yang efektif meliputi:
1. Menghindari berendam atau beraktivitas di genangan air banjir.
2. Menggunakan alas kaki pelindung (sepatu bot) dan sarung tangan saat harus beraktivitas di area basah atau kotor.
3. Menjaga kebersihan lingkungan dari tikus dan sumber makanan mereka.
4. Menutup luka terbuka dengan rapat saat beraktivitas di luar rumah.
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih setelah beraktivitas di luar atau bersentuhan dengan potensi sumber penularan.
Dengan memahami bahwa leptospirosis tidak mudah menular antar manusia, diharapkan masyarakat dapat lebih fokus pada upaya pencegahan yang tepat dan tidak panik berlebihan terkait penularan dari pengidap.