BACA JUGA:Kesepakatan Transfer Bryan Mbeumo Terhenti, Manchester United Terancam Bayar Harga Mahal
Strategi ini membentuk dua jalur utama.
Pertama, pemain yang berkembang menjadi bintang dan menjadi pilar tim, seperti Cole Palmer; dan kedua, jika pemain tidak memenuhi ekspektasi.
Kontrak jangka panjang mereka tetap menjaga nilai jualnya di pasar, memungkinkan klub untuk mendapatkan kembali modal atau bahkan meraih keuntungan.
Penjualan Noni Madueke adalah contoh klasik dari jalur kedua. Pemain yang dirasa tidak lagi dibutuhkan dan terhambat dalam perkembangannya, akhirnya dijual ketika ada tawaran yang layak.
Pendekatan ini menghilangkan faktor emosional dalam keputusan-keputusan transfer, menjadikan pemain sebagai investasi likuid, yang juga membantu klub memenuhi regulasi ketat mengenai profitabilitas dan keberlanjutan finansial (PSR).
BACA JUGA:Mengapa Manchester United Kesulitan Cari Striker di Tengah Upaya Bangkit?
BACA JUGA:Mikel Arteta Pusing, Arsenal Hadapi Kendala Lagi Dalam Negosiasi Transfer Viktor Gyokeres
Hal ini juga memberi ruang bagi Chelsea untuk terus berinvestasi pada bakat-bakat muda yang lebih potensial.
Tentu saja, model ini tidak tanpa risiko.
Pendekatan ini berisiko gagal dan sering mendapat kritik karena terkesan memperlakukan pemain sebagai komoditas.
Namun, penjualan Noni Madueke menunjukkan bahwa di dunia sepak bola yang semakin bergantung pada aspek finansial, strategi yang dijalankan Chelsea memang diperhitungkan secara matang.
Chelsea berani mengambil risiko jangka pendek demi membangun fondasi yang lebih kuat untuk masa depan, di mana kesuksesan tak hanya diukur dari trofi, tetapi juga dari keberlanjutan dan kestabilan finansial yang lebih luas.