JAKARTA, DISWAY.ID – Gempa dahsyat yang mengguncang wilayah timur Afghanistan menjadi salah satu bencana terburuk di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Otoritas setempat melaporkan bahwa sedikitnya 812 orang tewas dan lebih dari 2.800 lainnya terluka, dengan jumlah korban diperkirakan masih bisa bertambah seiring proses evakuasi yang terus berlangsung.
Gempa bermagnitudo 6 tersebut terjadi sekitar tengah malam waktu setempat, dengan kedalaman 10 kilometer.
Episentrum gempa berada di kawasan pegunungan timur, tepatnya di provinsi Kunar dan Nangarhar, yang berbatasan langsung dengan Pakistan.
BACA JUGA:Berpotensi Tsunami! Gempa M 7,5 Guncang Amerika Selatan
Juru bicara pemerintahan Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan bahwa provinsi-provinsi tersebut mengalami kerusakan parah, terutama pada permukiman warga yang umumnya terdiri dari rumah-rumah berbahan dasar bata lumpur (mudbrick).
Sementara itu, juru bicara Kementerian Kesehatan di Kabul, Sharafat Zaman, menyampaikan bahwa Afghanistan sangat membutuhkan bantuan dari komunitas internasional.
“Kami membutuhkan bantuan karena banyak orang kehilangan nyawa dan tempat tinggal,” ujar Zaman kepada Reuters.
BACA JUGA:Aksi Cepat BRI Peduli: Ringankan Duka Korban Gempa Poso
Akses Terhambat, Korban Bisa Bertambah
Upaya penyelamatan di lokasi terdampak gempa menghadapi berbagai tantangan, terutama kondisi geografis yang ekstrem dan cuaca yang buruk.
Beberapa area terputus dari jaringan komunikasi dan sulit dijangkau akibat hujan deras yang memicu risiko longsor dan batuan jatuh, sehingga banyak jalan tidak bisa dilalui.
“Wilayah tersebut juga dilanda hujan lebat dalam 24–48 jam terakhir, sehingga meningkatkan risiko tanah longsor. Ini membuat banyak jalan menuju daerah terdampak menjadi tidak bisa dilewati,” kata Kate Carey, perwakilan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA).
Carey menambahkan, tim penyelamat juga sedang berupaya menyingkirkan bangkai hewan ternak yang tertimbun reruntuhan untuk mencegah pencemaran sumber air yang bisa memicu krisis kesehatan lanjutan.
Seorang mahasiswa di Universitas Al-Falah, Ziaul Haq Mohammadi, menceritakan detik-detik mencekam saat gempa terjadi di Jalalabad, kota besar di kawasan timur.
“Saya sedang belajar di kamar saat tiba-tiba semuanya berguncang. Saya mencoba berdiri tapi langsung terjatuh. Kami menghabiskan malam dengan ketakutan, takut gempa susulan terjadi kapan saja,” ujarnya.