Meski secara statistik ia memiliki penguasaan bola yang baik di udara, Lammens sering menunjukkan kecanggungan dan ketidakpastian dalam beberapa situasi.
Kesalahan-kesalahan seperti ini mungkin dapat dimaafkan di liga Belgia, tetapi di Liga Premier, di mana para penyerang terbaik dunia beraksi, kesalahan tersebut akan dihukum tanpa ampun.
Jika kesalahan serupa yang terjadi di Antwerp berubah menjadi gol di Old Trafford, bisa dipastikan bahwa fans dan media akan segera mengkritiknya dengan keras.
Menyadari tekanan besar yang ada, Lammens telah mengembangkan mekanisme koping psikologis untuk membantunya tetap fokus.
"Sebelum dan sesudah pertandingan, saya menuliskan kata-kata kunci dan sedikit pemikiran saya," ujarnya dalam wawancara dengan situs resmi klub.
BACA JUGA:Pemain Favorit Ruben Amorim Senilai Rp1,5 Triliun Tanggapi Minat Manchester United
"Ini membantu saya tetap tenang dan tidak bereaksi berlebihan terhadap situasi."
Meskipun ini adalah pendekatan yang bijak, pertanyaannya adalah, apakah pena dan kertas cukup untuk membantu Senne Lammens mengatasi tekanan besar yang datang dengan bermain di "Theatre of Dreams", tempat yang telah menenggelamkan banyak talenta muda sebelumnya?
Sejarah menunjukkan bahwa kesabaran adalah sesuatu yang langka di Old Trafford. David De Gea, misalnya, mengalami kesulitan di awal kariernya.
Namun ia diberkahi dengan perlindungan penuh dari Sir Alex Ferguson yang memberi ruang baginya untuk berkembang.
Kini, situasinya berbeda, dan manajer mana pun bisa menjadi sasaran kritik hanya dengan beberapa kegagalan, dan mereka tidak akan rela mengambil risiko memberi kepercayaan jangka panjang kepada kiper yang tampil tidak konsisten.
BACA JUGA:Fakta Transfer Kobbie Mainoo di Deadline Day: 6 Klub Menggoda, MU Usir Semua!
Pada akhirnya, memberikan Senne Lammens kaus nomor satu bukan hanya ujian keterampilan, tetapi juga ujian ketahanan mental dan karakter.