JAKARTA, DISWAY.ID - Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Pelalawan, Riau mengumumkan kematian anak gajah bernama Tari.
Anak gajah bernama Tari ditemukan mati saat Mahout akan melakukan aktivitas rutin pada Rabu, 10 September 2025 pagi.
Kematian Tari diumumkan TN Tesso Nilo melalui media sosial Instagram.
"Keluarga besar Taman Nasional Tesso Nilo kehilangan salah satu anggota kecil yang paling berharga. Anak gajah binaan kami, Kalistha Lestari (Tari)," demikian pernyataan di akun Instagram @btn_tessonilo, dikutip Kamis, 11 September 2025.
Diketahui Tari disebut masih dalam kondisi sehat, aktif bermain dengan nafsu akan normal.
Selain itu, tidak ada tanda-tanda sakit sebelumnya. Hanya intensitas menyusu yang sedikit berkurang.
Kepala Balai TNTN Heru Sumantoro mengatakan kematian Tari menjadi kehilangan besar bagi jajarannya maupun para Mahout.
Tari yang merupakan anak dari gajah betina Lisa memiliki peran penting dalam perawatan serta upaya konservasi gajah Sumatrea di Tesso Nilo.
BACA JUGA:Mengenal Museum Gajah dan Koleksinya sebagai Museum Pertama dan Terbesar Asia Tenggara
“Kehadiran Tari selama ini menjadi bagian penting dalam upaya konservasi. Tentu kematiannya sangat meninggalkan duka bagi kami semua,” kata Heru.
Penyebab Anak Gajah Tari Mati
Dari hasil pemeriksaan fisik terhadap Tari oleh dokter hewan Teguh, tak ditemukan adanya luka trauma pada gajah tersebut.
Namun, perut gajah tari terlihat sedikit mengembung.
"Karena tidak ditemukan adanya luka, memar, atau trauma di badan Tari," kata Heru.
BACA JUGA:Sambil Menangis, Korban Dugaan Eksploitasi OCI Akui Disetrum dengan Setruman Gajah hingga Pelecehan
"Tidak ditemukan adanya unsur atau bahan racun di feses maupun di pencernaan," sambungnya.
Untuk memastikan penyebab kematian Tari, tim langsung melakukan nekropsi atau bedah bangkai.
Bahkan, sampel organ tubuh Tari juga akan diterbangkan ke laboratorium di Bogor guna diteliti lebih lanjut untuk mencari tahu penyebab kematian.
"Tindak lanjutnya kita pastikan melalui organ sampel yang akan diambil, yang akan diperiksa, dianalisis pada laboratorium yang kompeten baik itu di Bogor atau di Sumbar," paparnya.
"Untuk memastikan penyebab kematiannya, apakah memang ada penyakit tertentu, atau virus atau memang ada keracunan," sambungnya.