JAKARTA, DISWAY.ID -- Serangkaian kasus dugaan keracunan makanan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan.
Kejadian ini dilaporkan terjadi di berbagai daerah, seperti di Garut, Kupang, dan Banggai Kepulauan, di mana ratusan siswa mengalami gejala mual, muntah, dan diare setelah mengonsumsi menu MBG.
Menanggapi situasi ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meminta peran aktif pihak sekolah untuk membentuk tim pengawasan mandiri guna memastikan keamanan pangan.
BACA JUGA:UI Resmi Dirikan Palestine Center, Wujud Komitmen Akademik dan Advokasi untuk Kemerdekaan Palestina
Keracunan Massal Menjadi Bahan Evaluasi Pemerintah
Kasus terbaru yang paling menonjol terjadi di Garut, Jawa Barat, dan Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, di mana total lebih dari 750 siswa dilaporkan mengalami keracunan.
Gejala serupa juga menimpa 140 siswa di SMPN 8 Kupang.
Rentetan kejadian ini menunjukkan adanya masalah serius dalam rantai distribusi dan pengolahan makanan, mulai dari penyiapan bahan baku, proses memasak, hingga penyajian.
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, menyatakan bahwa kasus keracunan ini menjadi bahan evaluasi serius bagi pemerintah.
BACA JUGA:Pantang Mundur! Kejagung Telusuri Dugaan Aliran Dana ke Nadiem Makarim dalam Korupsi Chromebook
BACA JUGA:Presiden Prabowo Tetapkan IKN Jadi Ibu Kota Politik 2028, Target ASN Pindah hingga 4.100 Orang
Pihaknya meminta agar penanganan medis segera diberikan kepada para siswa yang terdampak, sembari menunggu hasil uji laboratorium untuk mengetahui penyebab pasti keracunan.
BPOM Dorong Keterlibatan Sekolah dan Orang Tua
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, mengusulkan agar setiap sekolah yang menjadi sasaran program MBG membentuk tim pengawasan khusus.
Tim ini diharapkan melibatkan berbagai pihak di lingkungan sekolah, termasuk guru, staf, bahkan perwakilan orang tua.