BACA JUGA:Erick Thohir Wanti-Wanti! Anggaran SEA Games 2025 Turun, RI Terancam Anjlok ke Peringkat 6
Penggunaan APD juga sudah menjadi prosedur standar dari tahap masuknya bahan baku hingga tahap akhir pengemasan.
Masker, penutup kepala, sarung tangan, dan alas kaki yang higiensi menjadi barang wajib untuk dipakai saat bekerja.
"Semua harus dalam keadaan higienis. Jadi, tidak ada kontaminasi dari pegawai sendiri pada makanan yang sudah diproduksi," kata Tessa.
Pemilihan menu juga dilakukan secara serius. Tak sekadar bervariasi, menu yang disajikan harus sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG).
"Misalkan, untuk anak sekolah susunya harus berapa mililiter. Kemudian, untuk buahnya itu harus berapa gram. Jadi, jangan sampai ada buah atau makanan yang tidak sesuai gramasinya. Kalau tidak sesuai berarti kami tidak bekerja maksimal," kata dia.
BACA JUGA:Profil Wamenkeu Anggito Abimanyu yang Terpilih Jadi Ketua LPS Gantikan Purbaya
SPPG Tanah Sareal memproduksi lebih dari 3.500 porsi MBG setiap harinya. Makanan itu didistribusikan ke 15 sekolah TK, SD, SMP, dan SMA sederajat yang berada pada radius 5 kilometer dari lokasi dapur SPPG. Selain anak sekolah, penerima manfaat MBG ini adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Pada tahap akhir, SPPG Tanah Sareal juga memilah sampah dari MBG. Sampah yang dipilah terdiri atas sampah sisa makanan dan sampah bahan makanan. Sampah-sampah ini didistribusikan untuk pengusaha kecil di sekitar lokasi SPPG, seperti peternak lele atau peternak maggot.