Artificial intelligence (AI) tidak beriman. Padahal inti dakwah itu untuk meningkatkan iman. Bagaimana bisa barang yang tidak beriman meningkatkan iman.
Itulah salah satu perdebatan dalam kompetisi bahasa Mandarin antar santri di Atrium Tunjungan Plaza 6 Surabaya Jumat-Sabtu-Minggu kemarin.
"Topik ini terlalu berat," ujar seorang pengunjung. Tionghoa. Kristen. "Mungkin berat untuk kita. Sudah terlalu tua," kata saya setengah membela ide itu.
Sedang mereka masih muda. Status mereka masih santri. Debat antar santri harus membawa topik yang cocok untuk masa depan. Bukan masa lalu.
Kata ''santri'' sendiri dipilih agar cakupannya lebih luas.
Final debat tingkat SMA yang dimoderatori Novi Basuki mempertemukan SMA Al Majidiyah, Pamekasan dan SMA Xin Zhong, Surabaya.-FOTO: MOCH SAHIROL-HARIAN DISWAY-
Ternyata benar. Debat ini tidak hanya diikuti oleh santri dari pondok pesantren. Ada pula tim dari SMA Tionghoa, Xin Zhong, Surabaya. Ternyata ada santri yang sekolah di Xinzhong. Rupanya Xinzhong sengaja mengirim siswa yang beragama Islam.
Cucu pertama saya sebenarnya ingin masuk SMA Xin Zhong. Itu setelah dia gagal berangkat ke SMA di Hangzhou gara-gara Covid-19. Dia mundur karena ada aturan di Xin Zhong: waktu di sekolah tidak boleh mengenakan simbol agama apa pun. Termasuk kalung salib bagi yang Kristen maupun jilbab bagi yang Islam. Sedang peserta debat dari Xin Zhong ini mengenakan jilbab karena di luar sekolah.
Diskusi para juru (dari kiri) Elisa Chistiana, Peng Xizhuang, dan Liping, dan Budi Wijaya, bersama Tira Mada, panitia lomba.-FOTO: MOCH SAHIROL-HARIAN DISWAY-
Pun dari Unesa ''dulu IKIP'' Surabaya. Juga Unes ''dulu IKIP'' Semarang dan UM "dulu IKIP" Malang. Mereka bisa kirim peserta. Santri yang dari Unesa mengalahkan tim santri dari pesantren Al Majidiyah, Pamekasan, Madura. Di semifinal. Nilainya hanya selisih 0,2.
Di final tadi malam mereka berhadapan dengan tim lain dari Al Majidiyah –yang di semifinal mengalahkan tim santri dari Unes, Semarang. Ketika naskah ini saya tulis finalnya sedang berlangsung.
Al Majidiyah tergolong baru dibanding pesantren lain di Madura seperti Banyuanyar dan Bata-bata. Tapi mereka masih satu rumpun keluarga –semua keturunan almarhum Kiai Majid. Santrinya sekitar 4.000 orang –bandingkan dengan dua terdahulu yang masing-masing sekitar 10.000.
Tema Dakwah di era AI ini masih dirinci. Tiap debat membicarakan subtema. Misalnya AI meningkatkan atau menggerus peran ulama.
Salah satu tim secara tegas mengatakan peran ulama sangat tergerus di era AI. Ada juga yang berpendapat ulama tidak bisa tergantikan.
Salah satu tim dari Al Majidiyah mengutip ayat Quran. Lalu mereka terjemahkan dalam bahasa Mandarin. "Bertanyalah kepada ahli zikir jika kalian tidak mengetahui".
"Tidak ada ayat Quran yang mengatakan bertanyalah ke 人工 bila kalian tidak mengetahui", ujar tim debat itu. Saya tersenyum sendiri mendengar pendapat jenaka ini.
Peserta lomba pidato Zayyan Muhammad Al Fakih dari MA Unggulan Bina Insan Mulia saat tampil. -FOTO: MOCH SAHIROL-HARIAN DISWAY-
Maka seru juga perdebatan itu. Utamanya soal 人工 kan tidak punya hati dan perasaan. "Padahal dakwah harus dengan hati dan empati," kata mereka.
Subtema lainnya: apakah AI lebih penting dari ulama dalam menerjemahkan/menafsirkan Al Quran. Pendapat antar tim juga tidak sama. Ada yang bilang AI lebih tepat menerjemahkan Al Quran. "Lebih objektif. Tapi bias oleh pandangan politik dan ideologi," kata mereka.
"Tapi kesalahan tafsir oleh AI lebih berbahaya daripada kesalahan tafsir oleh seorang ulama," kata yang lain.
Tentu kualitas isi debat tidak masuk dalam penilaian. Yang dinilai adalah kemampuan bahasa Mandarin mereka. Apalagi para juri bukanlah ahli agama. Bahkan tidak ada yang beragama Islam. Para juri adalah guru bahasa Mandarin seperti彭则翔 Peng Zexiang, 洪丽萍 Hong Liping, Elisa Christiana, Catherina Kijanto, dan Budi Wijaya. Moderator debat, Novi Basuki, memang alumnus pesantren, tapi moderator satunya, Andre So, seorang peramal lulusan Taiwan –juga salah satu pimpinan ITC Centre yang sering berkunjung ke berbagai pesantren.
"Bahasa Mandarin mereka ngeri," ujar Andre So sebelum naik panggung. "Anak-anak pesantren itu luar biasa," katanya.
Pun Kuasa Usaha Sementara Konsul Jenderal Tiongkok di Surabaya Tan Dayou tidak menyangka kualitas bahasa Mandarin para santri itu begitu tinggi.
Sebagian mereka sudah sering mengikuti lomba pidato bahasa Mandarin di Tiongkok. Misalnya Lukmanul Hakim dari Al Majidiyah. Ia pernah ikut lomba pidato di Yunnan. Lalu tur ke Beijing.
Lomba ini diamati juga oleh Mario Agustian Lasut. Ia pemilik PT BRCC Perkasa Indonesia. Perusahaan itu ditunjuk sebagai perwakilan BRCC di Indonesia –Belt Road Cultural Centre yang berpusat di Guangzhou.
BRCC punya sayap di 26 negara –yang jadi anggota jaringan Belt Road Inisiatif yang didirikan Presiden Xi Jinping.
"Sampai hari ini kami sudah mengirim mahasiswa ke Tiongkok sebanyak 700 orang," ujar Mario.
Mirip dengan yang dilakukan ITC Centre, Mario mendapatkan sumber beasiswa dari Tiongkok. Kalau ITC Centre langsung dari sembilan universitas di sana, BRCC Perkasa mendapat dukungan dana dari BRCC pusat.
"Dari 26 negara, yang terbanyak mengirim mahasiswa ke Tiongkok adalah dari Bangladesh. Lalu dari Pakistan, Nigeria, dan Brazil," ujar Mario.
Mario punya ''dendam'' pribadi. Ia selalu dapat beasiswa ke luar negeri tapi setiap kali pula gagal lulus. Waktu dapat beasiswa ke Seattle, Amerika, Mario hanya tiga bulan di sana. Harus pulang. Ayahnya sakit stroke dan jantung. Akhirnya Mario lulus dari Trisaksi, Jakarta.
Sampai hari ini masih terasa kontras: para santriwati berjilbab berdebat dalam bahasa Mandarin. Pun para santri laki-laki. Pakai sarung dan topi haji. Atau songkok. Berdebat dalam bahasa Arab sudah biasa. Kali ini debat dalam Mandarin.
Bisa dibayangkan sepuluh tahun lagi: mereka sudah akan bisa bertengkar pakai bahasa Mandarin. (DAHLAN ISKAN)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan pada Edisi 5 Oktober 2025: Gaya Purbaya
Rafia Akhya Fajrie
Batangguhan nah, Julak Dahlan ni tamasuk atasan pang, didangar panyarikan banar jua lawan anak buah, tapi yakin Ulun, mun dirumah meskipun Julak bini tu tamasuk bawahan, daharap julak Dahlan wani baucap kaya amang Purbaya, babaya handak banganga gin, langsung dipulas Julak bini di talinga
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
GAYA BICARA PAK MENTERI KEUANGAN ITU KHAS.. Yang POSITIF.. 1). To the point – tidak bertele-tele, langsung ke inti masalah. 2). Apa adanya – publik melihatnya sebagai orang jujur, tidak banyak “pemanis kata”. 3). Berani – tidak takut mengungkapkan pandangan meski berpotensi kontroversial. 4). Efektif untuk internal – gaya lugas bisa memotong birokrasi, mempercepat keputusan. 5). Santai – tidak kaku, sehingga suasana rapat atau diskusi lebih cair. Yang NEGATIF: 1). Terlihat “koboi” – ucapan ceplas-ceplos kadang dianggap sembrono. 2). Kurang filter publik – pernyataan bisa disalahartikan, menimbulkan kegaduhan. 3). Suka memotong dan menyela – gaya bicara spontan membuatnya rentan dikritik atau ditertawakan. 4). Tidak selalu diplomatis – dalam politik dan keuangan, kata yang salah bisa mengguncang pasar. 5). Menciptakan ekspektasi berlebihan – bicara terlalu blak-blakan bisa menimbulkan janji yang sulit dipenuhi. ### Jadi rangkumannya, gaya Purbaya itu seperti kopi hitam tanpa gula. Nikmat bagi yang suka, pahit bagi yang terbiasa manis. + Kalau tetap apa adanya, dia bisa jadi menjadi Menteri lintas periode, dan lintas angkatan. + Kalau terlalu “koboi”, bisa cepat jadi sasaran. + Seni jadi pejabat: bukan hanya bisa berhitung angka, tapi juga bisa menghitung kata.
Kalender Bagus
Atasan yang cerdik pasti tak kurang akal bagaimana memberhentikan dua tipe bawahan ini: yang gak kompeten dan yang rajin cari alasan. Sehebat apapun bekingnya, pasti ada celahnya. Bisa dengan mendekati bekingnya, bisa dengan mencari salahnya dan paksa mengundurkan diri, bisa membuat dia gak betah dengan memindahkannya ke pulau terpencil, dan sebagainya. Ingat slogan Gojek, selalu ada jalan.
Kalender Bagus
Saya takjub dengan ilmu forecasting Blio, khas karakter pemain saham. Bisa diliat dari grafik-grafik PPT Blio. Saat Blio bilang I*F bodoh, bukannya tanpa dasar. Berdasarkan data yang diolah Blio, jelas-jelas I*F cenderung bias memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama saat ada tanda-tanda krisis. Sepertinya ada misi terselubung, agar pelaku ekonomi desparate, dan agar negara ini minjem I*F lagi.
Kalender Bagus
Padahal kalo para bos itu hanya takut pada Tuhan yang menciptakannya, maka Tuhan akan membuat siapapun di atas bumi ini takut padanya.
Kalender Bagus
Yang menjadi masalah di organisasi apapun, baik pemerintah maupun swasta adalah orang titipan. Dia ini ibarat kanker. Sudah ga kerja baik, malah seringnya cari pengikut untuk mengikuti jejaknya. Ibaratnya seperti sel kanker yang menggerogoti tuannya. Kadang-kadang, sudah dikemoterapi, sudah diamputasi, sudah diradiasi, tetap aja tumbuh dan berkembang. Untuk mengatasinya, terapkan prinsip medisin. Bunuh saat masih benih, atau cabut dia saat masih kecambah.
Kalender Bagus
Jika suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya, tunggu saja kehancurannya. Mengapa para petinggi pondok tersebut hanya menjadikan hadis ini sebatas hafalan, tidak dipraktekkan saat membangun gedung empat lantai itu.
Kalender Bagus
Netes air mata Melihat jasad anak-anak itu dikeluarkan dari reruntuhan Mereka harus hilang nyawa Akibat ada orang yang menyerahkan urusan bangun membangun Bukan pada ahlinya.
Kalender Bagus
Bos yang cerdik pinter memainkan kartunya. Contohnya, ketika memberhentikan mengkof dari negara bawah angin, sang mengkof diberi dua pilihan: rela diganti tapi kasusnya ga diusut, atau ga rela diganti lalu lanjut koar-koar sana sini dan lapor tuannya, dengan risiko besok KPK akan menyambangi rumahnya.
djokoLodang
-o-- Editor CHDI ...Begitulah, kalimat itu bisa diwariskan turun-menurun ke lapisan atasan yang lebih bawah. Sampai akhirnya ke tingkat yang tidak lagi punya kemampuan berpikir: saluran saja! Apa susahnya menyalurkan uang. ... *) Kalimat kedua mestinaya: Sampai akhirnya ke tingkat yang tidak lagi punya kemampuan berpikir: salurkan saja! --koJo.-
djokoLodang
-o-- ... Itulah sebabnya atasan juga punya kewajiban lain: melakukan kontrol. ... Atasan (+) "Nah, sekarang aku tanya Apa itu kontrol?" Bawahan (-) "Pengawasan, pak. ..." + Wah, itu jawaban klise. Aku ingin jawaban "out of the box" - Out of the box, pak? + Iya! Gunakan otakmu. Kamu dong yang mikir. Masak saya?! (setelah hening beberapa lama) + Begini saja, biar kubantu kamu. Kita mulai dengan urutan pola berpikir. Apa bahasa Indonesianya kontrol? - Eh, anu, pak. Kemarluan... --koJo.-
yea aina
Pun bukan tiga atasan langsung, tapi diantara empat atasan "bayangan" dirut bank pemerintah. Rasanya ada satu atasan yang paling sering bergumam "kalian dong yang mikir, masak saya?". Karena itu kebiasaan yang diajarkan bapak kepada anaknya: YNTKTS. Sambil tolah-toleh, tanda tidak mengerti bahwa dirinya tidak tahu. Tempe.
Ibnu Shonnan
Saya tahu dan anda juga tahu. Apa maksud di tulisan sebelum paragraf terakhir itu. Kalau tidak uang dan uang. Dan uang lagi. Paling ya karena ia punya hubungan spesial.
Runner
“Di atas langit masih ada mega dan bintang”. Purbaya atau Gatotkaca. Otot kawat tulang besi. Pandai terbang tanpa sayap. Wajahnya ganteng, bisa juga diseram seramkan. Enteng itu menembus mega dan mencapai bintang. Kalau memang seperti “purbaya”.
MZ ARIFIN UMAR ZAIN
Kewajiban bawahan memberi 2 pilihan atau lebih, atasan yg milih, memutuskan. Kewajban atasan memberi pengarahan2, memotivasi. Bawahan & atasan bermusyawaroh, berembuk, berdiskusi, tukar pikiran, brainstorming, saling tetbuka.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
@Everyday Mandarin.. Jawabnya: Kembali Kasih. Begitu ya pak.. Padahal akan lebih heboh kalau jawabnya: Yes. Yes. Yes. Atau: Uraa... Atau: Siap. Siap. Siap. ### Harus ada yang merencanakan tuk tahun depan..
Wilwa
Out of topic. Barusan saya lihat siaran langsung di televisi, presiden menginspeksi pasukan pada perayaan ulang tahun TNI ke-80, di atas mobil dan dengan microphone wireless seperti yang dipakai Xi Jin Ping dan berujar kepada pasukan: “Terima kasih atas pengabdianmu”. Hmmmm. Apakah ini dampak langsung mengikuti parade militer ala Xi Jin Ping di T sono? Sayangnya pasukan tentara hanya terdiam membisu. Tak ada jawaban lantang seperti para prajurit di T sono: “Demi rakyat, kami mengabdi!” Hmmmm
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
@pak Mario.. Kayaknya iya. Tulisan cadangan. Artinya belio mungkin lagi sibuk dan tidak sempat menulis. Padahal saya menunggu CHDI yang menceritakan "lomba pidato dan debat bahasa Mandarin" di TP 6 Surabaya. Karena lombanya sudah selesai lho. Pasti menarik.. ### Gelaran lomba pidato dan debat bahasa Mandarin di Tunjungan Plaza 6 Surabaya akhirnya tuntas. Selama beberapa hari, panggung megah mal ini dipenuhi suara santri-santri yang fasih berargumen dalam bahasa Mandarin, membahas isu-isu kekinian mulai dakwah di era AI sampai problem sosial. Sebanyak 15 tim beranggotakan tiga santri tampil penuh percaya diri. Penonton pun terhibur, sekaligus tercengang, bahasa yang biasanya asing di telinga, kini mengalir lancar dari anak-anak pesantren. Yang menarik, atmosfer lomba mirip kontes ide sekaligus seni retorika. Peserta dinilai bukan hanya dari kefasihan berbahasa, tapi juga kedalaman gagasan dan gesture saat menyampaikan argumen. Novi Basuki, alumni Tiongkok yang dikenal menjembatani dunia Islam–Tiongkok, menjadi moderator sekaligus salah satu juri. Total ada empat juri yang memberi nilai di tiap sesi. Puncaknya, Tim 4 SMA Nurul Jadid Probolinggo berhasil meraih juara dengan skor 84,43, unggul tipis atas tim lain. Mereka membuktikan bahwa pesantren tidak hanya piawai di panggung dakwah, tapi juga di arena debat internasional.
mario handoko
Selamat pagi bp thamrin, bp agus, bp juve, bp em ha, bp udin, ka nimas dan teman2 rusuhwan. "Salah satunya sdh mulai melakukan sidak. Menkeu. 3 hari lalu. Ke bank bni." Apakah ini tulisan cadangan abah, yg baru sempat dimuat? Karena menkeu ke bni tgl 29 sept. 6 hari yg lalu
Juve Zhang
Pak Mario sangat detail luar biasa ingatan nya....kalau tulisan Bos maklum saja maju apapun saya baca saja .....saya kagumi saja nonstop nulis terus menerus.....stamina beliau prima soal salah ketik atau salah nulis biasa....wkwkq
Juve Zhang
Pak Purbaya salah baca ekonomi sekarang.....posisi sekarang bukan kekurangan Likuid atau kering....bank menumpuk Duit banyak....cuma tidak bisa disalurkan karena per mintaan kredit sangat sedikit.....Pak Pur jelas keliru besar ... sekarang di rakyat itu takut buja usaha baru karena pembeli gak ada ... contoh sering saya tulis sewa ruko setahun 250 juta artinya 500 juta per dua tahun ini usaha di coba ternyata dua tahun gak jalan artinya duit sewa ruko 500 juta sudah amblas ....rakyat ketakutan lihat pembeli tidak ada ....jadi rakyat pun sama dengan Bank Simpan saja uang dalam deposito atau Beli OREO.....yg terjadi pembeli hilang karena mereka tidak punya uang.....mengapa tidak punya uang karena memang tidak punya usaha atau penghasilan.... kalaupun ada penghasilan hanya cukup buat beli sembako saja....dan keperluan sangat vital....kalau kita lihat You tuber Rudy Chen mau makan di restoran saja di Dalian harus antrian sabar ....artinya Rakyat punya Duit....sehingga buka restoran pun rakyat di Tiongkok berani karena konsumen rela antri untuk makan....ini ekonomi sehat....kalau di kita ekonomi sakit....anda mau buka restoran sudah saya tulis sewa ruko saja sudah amblas 500 juta.... kalaupun anda cari ruko lebih murah minimal 300 juta siap amblas dalam 2 tahun usaha anda .....jadi jelas gelontorkan 200 triliun pun gak akan jalan ekonomi ini bukan likuiditas kering tapi Likuiditas Dompet Rakyat yg Kemarau Panjang..... Jokowinomics dan Prabowonomics dua duanya sudah GAGAL. TOTAL...
Taufik Hidayat
Jadi ingat salah seorang direktur kueangan (bukan menteri ) di Group tempat saya dulu pernah Ber kata tentang Post Office Mentality. Nah apakah ini juga termasuk ? Saya tidak tahu dan terlalu dini untuk menilai . Konon menurut teori kalau hanya menyampaikan yang 200 T dan kemudian terserah mau diapain dan tidak dikawal prosesnya bisa bisa memang begitu. Tapi kalau dikawal dan besama dicari model inovatf atau sektor yang potensial bisa jadi sukses dan cara ini bisa digolongkan sebagai kepemimpinan yang visioner . Kalau kita omon omon teori rasanya pak menteri lebih suka main dengan kebijakan moneter sementara bu menteri lebih suka main di kebijakan fiskal dengan otak atik pajak . Ah mana saya tahu ? Yuk kita tunggu saja hasilnya dalam beberapa bulan ini.
Liam Then
Entah berapa kali sudah saya singgung tentang masalah kontrol pada tipikal kepemimpinan nasional kita. Hari ini saya puas,Pak DI tuliskan hal serupa. Pemimpin yang bisa bereskan urusan itu biasanya tipikal pemimpin yang punya sifat kontrol kuat. Pak Luhut itu salah satunya, saya masih ingat ketika dijenguk Pak DI waktu itu, sakit begitu, masih kepikiran sempat telepon anak buahnya kontrol kondisi pekerjaan mereka. Kalau pemimpin di pelaksaan program MBG punya kontrol kuat, insiden keracunan makanan, pasti akan lebih minim terjadi, karena kuatnya kontrol seleksi penyelenggara di lapangan.
Gregorius Indiarto
Yang punya bawahan, silahkan bergaya seperti Purbaya. Gaya atas menyuruh bawah, supaya yang dibawah berpikir kreatif. Saya, tidak punya bawahan. Saya diposisi terbawah. Tapi, dengan rekan setara, kadang saya suka gaya diatas, kadang juga dibawah. Tergantung kesepakatan. Kalau saya dibawah, yang diatas tidak pernah menyuruh saya untuk berpikir. Pun ketika saya diatas, saya tidak pernah menyuruh yang dibawah untuk berpikir. Diatas maupun dibawah, kami sepakat untuk mencari selamat dan nikmat.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
TENTANG ATASAN.. Direktur utama bank pemerintah itu seperti sopir angkot di terminal. Penumpangnya banyak, semua merasa berhak memerintah, "stop kiri pak". Bayangkan, atasan langsungnya Dirut Bank saja sudah tiga: Menkeu, OJK, dan Menteri BUMN/Danantara. Itu belum ditambah atasan “tak langsung” yang jumlahnya bisa segudang. Mulai dari Menko, Wapres, ketua partai, Komisi XI DPR, sampai Ketua OJK. Lalu datanglah Menkeu Purbaya, melakukan inspeksi mendadak ke BNI. Tentu membuat para dirut bank pemerintah semakin sering melirik ke langit-langit. Apakah atasan berikutnya turun dari plafon? Kalau semua atasan bicara bersamaan, dirut bank bisa jadi seperti operator telepon di era Morse: sibuk mencatat pesan, tapi bingung mana yang harus ditransmisikan dulu. Maka, setinggi-tingginya jabatan dirut bank pemerintah, tetaplah ia seorang bawahan. Kalau mau benar-benar jadi bos tanpa atasan, solusinya cuma satu: buka warung kopi sendiri. ### Itu pun hati-hati, karena di rumah masih ada atasan yang lebih galak: istri.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
ILMU SELAMAT HADAPI ATASAN.. Bawahan itu seperti nelayan kecil di tengah laut. Aman kalau tahu arah angin. Kalau angin dari barat (menteri), ikuti arus. Kalau angin dari utara (OJK), jangan melawan ombak. Kalau angin dari selatan (DPR), cukup pasang senyum dan catat. Sikap paling aman? Tiga S: Senyum, Setuju, Selamat. 1). Senyum: walau dalam hati teriak, wajah tetap teduh. 2). Setuju: meski isi kepalanya berkata lain, mulut harus selaras dengan atasan. 3). Selamat: kalau bisa menghindar dari jebakan pertanyaan, itulah prestasi. Ada juga jurus klasik: “Siap laksanakan, Pak!” Lalu diam-diam mencari cara agar tetap waras. Karena kalau semua atasan dituruti mentah-mentah, bisa-bisa kapal karam. Bawahan cerdas bukan yang melawan atasan, tapi yang bisa bertahan di antara banyak atasan tanpa tenggelam. Itu seni yang tak diajarkan di kampus. Boleh beda pendapat, tapi timing bicara itu kuncinya. 1). Jangan di depan umum. 2). Jangan saat atasan lapar. 3). Jangan pula saat baru kena semprot atasan yang lain. ### Singkatnya, bawahan yang selamat adalah yang bisa membaca cuaca. Bukan yang nekat melawan badai.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
DWI FUNGSI: TNI, POLRI, DAN DWIFUNGSI PENGUSAHA-PENGUASA.. Melanjutkan obrolan di kolom komentar Disway kemarin, saya ingin menggarisbawahi tiga hal. 1). Pertama, Dwifungsi TNI jelas harus tetap dilarang. Itu sudah prinsip. 2). Kedua, Dwifungsi Polri juga wajib dilarang dengan ketegasan yang sama. Saat ini, larangan terhadap Polri terasa kurang menonjol, seolah-olah hanya TNI yang dibatasi keras. Padahal, keduanya harus setara dalam aturan maupun praktik. 3). Ketiga, perlu tambahan: Larangan Dwifungsi Pengusaha sekaligus Penguasa. Bahayanya bukan hanya soal rangkap jabatan, tetapi juga ketika seorang penguasa membuat atau memengaruhi aturan—langsung maupun tidak langsung—yang menguntungkan perusahaannya sendiri. Relasi kuasa, kolusi, bahkan “titipan regulasi” lewat pejabat lain, semuanya harus diantisipasi. Untuk itu, SOP dan juklak tegas perlu disiapkan. Bukan hanya eksekutif, tapi juga legislatif—anggota DPR maupun DPRD—harus masuk dalam bingkai larangan ini. Sederhananya, negara butuh pengabdian penuh, bukan penguasa yang diam-diam jadi pengusaha. Cc: Liam Then. Gregorius Indarto. Yea Aina.
Sadewa 19
Teknokrat di Indonesia tidak hanya dituntut pintar namun juga dituntut untuk "pandai" berpolitik. Pandai membaca arah mata angin, mengendalikan awan dan hujan sekaligus. Sialnya orang-orang yg hanya"pintar" akan mudah tersingkir dan orang yg "pandai" berpolitik justru bisa lebih bertahan lama. Bisa dua periode bahkan bisa lebih. Pak Menteri pasti sedang menyesuaikan diri. Politik kantor beda dengan politik beneran, posisinya saat ini. Di kantor mungkin kita dengan mudah bisa percaya kepada anak buah. Kepada teman satu peers. Namun di kantor yang setengahnya "titipan" para politikus akan jadi beda cerita. Pun jika ingin "ganti orang" kita musti pinter lihat dia "titipan" siapa. Siapa dibelakangnya. "Kita mempekerjakan orang orang pintar, agar mereka memberi tahu apa yg harus kita lakukan" Itu kata Steve Jobs. Masalahnya nggak semua orang-orang titipan itu, direktur-direktur itu pinter semua. Jadi kata-kata nya mungkin bisa diperhalus. Kata kata "kalian dong yang mikir, masak saya". Bisa diganti kata-kata model politikus. Model pak Jokowi misalnya : "Lha..jangan tanya saya.." atau mungkin model Gibran "Sudah tanya CEO Danantara ?" Ada satu ungkapan film koboi yg saya suka "Jangan pernah dekati banteng dari depan, kuda dari belakang, atau orang bodoh dari arah manapun". Sebuah ungkapan klasik untuk berhati hati akan bahaya yg kita ketahui maupun bahaya dari arah yg tak terduga.
Juve Zhang
PM India Modi hebat ditengah Himpitan tarif tinggi Trump 50%.....beliau menurunkan pajak GST atau PPN.....dan menyerukan gerakan Swadesi.... artinya Anda masih bocah kecil atau belum lahir ketika Mahatma Gandhi menyerukan Swadesi........ Swadesi artinya beli lah produk dalam negeri India.....lupakan iPhone McD KFC.. Starbucks.....rupanya Modi akan perang All out lawan Amerika.....ketika Amerika terang benderang menyerang ekonomi India .....maka Swadesi muncul lagi.....Mahatma Gandhi hidup lagi....ini jelas Modi pemimpin Berkelas Tidak Tunduk pada maunya Amerikana..... walaupun Modi paling awal Kow Tow ke Washington nyata nyata Modi di tampar tarif 50%..... Om Jin Ping ketawa lebar Ha Ha Ha .....Jangan Kow Tow Sama orang sakit jiwa anda ikutan gilanya.....Om Jin Ping gak Sudi Kow Tow ke Washington....lagian urusan tarif itu PM Li Qiang.....nelpon pun Om Jin Ping malas malasan.....wkqkqk....LI Qiang pun gak Sudi Kow Tow ke Washington....malah suruh Mentri nya yg rundingan di London atau eropa ....jelas Orang sakit jiwa dihindari.....wkqkwk
Prieyanto
GAYA BATU Di setiap masa, Indonesia selalu melahirkan figur pemimpin dengan gaya yang khas. CHD sedang perbincangkan Purbaya Yudhi Sadewa, padahal penulisnya juga punya gaya unik. Ke-2 nya menunjukkan dua sisi kepemimpinan yang sama-sama kuat, memperlihatkan karakter pemimpin yang berani mengambil risiko dan menolak berjalan di jalur aman, namun datang dari arah yang berbeda. Di sisi lain sebuah organisasi militer, memerlukan gaya kepemimpinan 'satu komando'; tegas, teguh, tanpa kompromi dan tangguh bak batu karang. Komandannya harus bisa ber-"gaya kepala batu” saat memimpin anggota-nya. Secara psikologis, pemimpin 'gaya batu' biasanya memiliki kombinasi dominance tinggi (D) dalam model DISC, dan low openness dalam Big Five Personality. Mereka percaya bahwa: “Jika saya yakin benar, tidak perlu mendengar semua orang". namun bisa bertransformasi menjadi : “Keras dalam prinsip, lembut dalam sikap". Kepemimpinan 'gaya batu' dibutuhkan ketika organisasi butuh stabilitas dan ketegasan, dan hanya berguna bila ia diarahkan oleh visi dan empati. Bukan demi kepentingan pribadi. Keteguhan tanpa arah adalah kekerasan, Keteguhan dengan visi dan nilai adalah kekuatan. Pemimpin yang benar-benar kuat bukanlah yang tak tergoyahkan, melainkan yang tahu kapan harus jadi batu, kapan harus jadi air. ~~~~ DIRGAHAYU HUT KE-80 Tentara Nasional Indonesia. #prie
Juve Zhang
Seorang Santri yg kejebak reruntuhan bangunan ponpes ambruk di Sidoarjo terpaksa tangannya yg kegencet balik beton di potong oleh dokter di lokasi langsung sehingga bisa dikeluarkan selamat.....jelas ini pengorbanan yg mahal sekali hilang tangan karena kejepit beton.....lihat you tuber menvideo bangunan ponpes yg gak ambruk.....saya geleng kepala lihat sutruk bangunan yg ada .....ampuuun ngeri nya.....
Wilwa
Korban tewas mushola ambruk sudah mendekati 40 orang dan diperkirakan angkanya naik terus menjadi 60+. Jenazah sudah membusuk, sidik jari sudah menghilang. Satu-satunya jalan untuk identifikasi adalah DNA. Penemuan biologi terbesar dekade 1950-an. Sangat berguna untuk identifikasi jenazah yang sudah membusuk atau terbakar hangus dalam kasus kebakaran. Juga berguna untuk mengetahui dalam tubuh kita ini mengalir darah suku bangsa apa saja. Karena tak ada yang namanya suku bangsa “asli”. Sudah campur baur tak karuan semuanya. Fakta biologi ini seharusnya menyadarkan homo sapiens bahwa semua suku bangsa di dunia itu masih satu species. Definisi kemanusiaan/humanity seharusnya direnungkan secara mendalam. Segala macam konflik ipoleksosbudhankam hingga homo sapiens baku bunuh menunjukkan “kesadaran” homo sapiens terhadap fakta kemiripan DNA sesama manusia secara “general” masih sangat sangat rendah. Apalagi “kesadaran” bahwa homo sapiens dan species primata dan mamalia punya hubungan yang sangat dekat dalam evolusi kehidupan di planet biru ini, jauh lebih rendah lagi. “Hindu” Jaina dan “Buddha” Mahayana punya istilah “Satwa” yang merujuk pada manusia dan hewan yang memiliki syaraf sehingga bisa merasakan nyeri dan sakit. Entah mengapa satwa harus memiliki Indra yang bisa merasakan sakit dan nyeri. Rasa sakit dan nyeri adalah sebuah penderitaan yang umumnya tak bisa dihindari dan harus dialami satwa sebelum meninggal. Ah, kita hanya bisa berharap SSHB Semua Satwa Hidup Berbahagia.☕️
Wilwa
Anyway, The Time Machine / Mesin Waktu karya Herbert George Wells tahun 1895 adalah sebuah karya science fiction yang paling saya ingat tahun 1980-an melalui komik di sebuah majalah. Kisahnya kita dibawa ke tahun 800.000 SM. Dan saat itu bumi seperti surga yang dihuni species manusia yang rupawan yang disebut Eloi yang punya pola makan vegan. Namun ternyata ada satu species keturunan homo sapiens lain yang tinggal di bawah tanah yang gelap gulita yang bentuknya menyeramkan dengan gigi seperti hewan predator yang disebut Morlock. Ternyata Eloi hanya sekedar ternak yang digemukkan dan diburu Morlock saat malam gelap gulita. Morlock takut pada api dan terang matahari. Wells kemudian dengan mesin waktu kembali ke tahun 1895 dan membawa korek api untuk menghabisi species Morlock dan menyelamatkan species Eloi. Perlu diingat saat 1895, lampu listrik belum populer karena baru ditemukan 1879. Time Machine adalah sci-fi paling klasik. Dan membuat saya merenung dan menyadari bahwa tanpa disadari kita semua adalah Morlock. Yang memangsa satwa lain dengan kejam tanpa belas kasihan. Menternakkan satwa lain. Dan ketika saya mulai belajar aksara Mandarin dan memahami arti daging 肉 yang berarti manusia makan manusia, memori saya kembali pada Time Machine H.G. Wells. Betul kata Benazir Bhutto yang konon pernah berkata: manusia adalah monster di mata hewan. Saran saya hanya satu: kurangi makan daging. Semoga bumi ini damai seperti di surga. Tapi saya yakin saran saya takkan pernah dihiraukan.