Sementara itu, para perdana menteri dari kubu kanan Macron gagal mendapatkan dukungan luas.
Ia juga bisa memilih untuk membubarkan parlemen dan menggelar pemilu cepat, atau bahkan mengundurkan diri.
Dalam beberapa bulan terakhir, Macron yang masa jabatannya berlangsung hingga Mei 2027 berkali-kali menolak untuk mundur atau menggelar pemilu, meskipun Prancis semakin terjebak dalam krisis, termasuk yang terbaru soal kesulitan mendapatkan dukungan untuk anggaran tahun 2026.
Lecornu mengundurkan diri setelah sekutu maupun lawan politiknya langsung mengancam akan menjatuhkan pemerintahannya yang baru.
Partai-partai sayap kanan ekstrem dan kiri radikal langsung mengincar Macron, mendesaknya untuk menggelar pemilu legislatif cepat atau mengundurkan diri.