Pemerintah Genjot Bahan Bakar Berbasis Etanol, Ekonom: Peluang Ekonomi dan Energi Sekaligus!

Sabtu 11-10-2025,18:13 WIB
Reporter : Dimas Rafi
Editor : M. Ichsan

BACA JUGA:Timnas Wajib Menang! Ini Taktik Ideal Bung Kusnaeni untuk Patrick Kluivert Hadapi Irak

BACA JUGA:SPESIAL! Nomor HP Kamu Siap Dapat Saldo DANA Gratis Rp324.000 dari Aplikasi Penghasil Uang Favorit 2025 Sore Ini, Cek Cara Klaim

Lebih dari sekadar transisi energi, Fahmy menilai kebijakan E10 juga memiliki dampak ekonomi ganda.

"Penggunaan etanol mendorong petani tebu, ketela, dan komoditas lain untuk menghasilkan bahan baku. Ini bisa membuka peluang usaha dan mendorong pertumbuhan pabrik etanol di dalam negeri," tuturnya.

Dengan begitu, program E10 tidak hanya menyasar pengurangan emisi karbon, tapi juga menjadi stimulus ekonomi dari hulu ke hilir.

Meski mendukung penuh program E10, Fahmy memberi catatan penting. Ia menolak bila pemerintah memaksakan produk E10 sebagai satu-satunya pilihan di pasar.

BACA JUGA:Pasca Gencatan Senjata Hamas–Israel, Indonesia Dukung Bangun Kembali Gaza

BACA JUGA:Ramai Gubernur Protes Pemangkasan TKD, Sultan: Terjebak Tanggung Jawab Politik ke Rakyat

Selain itu, kata Fahmy, konsumen tetap harus diberi opsi untuk memilih bahan bakar yang sesuai dengan kebutuhan dan jenis kendaraannya.

"Jangan sampai di pasar hanya ada E10 atau B50, sementara BBM fosil dihilangkan. Konsumen seakan dipaksa. Biarkan saja konsumen yang memilih," tegasnya.

Sebagai penutup, Fahmy menegaskan bahwa dirinya mendukung penuh diversifikasi energi seperti E10 dan B40/B50 (biodiesel berbahan baku sawit), selama dilakukan secara bertahap dan terencana.

"Dengan campuran yang terus meningkat, maka ini akan mengurangi impor BBM yang selama ini cukup besar. Selain ramah lingkungan, ini juga mendukung ketahanan energi nasional dan ekonomi rakyat," pungkasnya.

Kategori :