JAKARTA, DISWAY.ID – Bom waktu Whoosh yang sempat disebut Bobby Rasyidin akhirnya meledak, hingga dugaan mark up Whoosh harus diselidiki.
Dugaan mark up dalam proyek Whoosh yang disampaikan oleh Mahfud MD sebenarnya juga telah disampaikan oleh Anthony Budiawan selaku Econom dari Political Ecomony dan Policy Studies.
Anthony menyampaikan jika proyek Whoosh biaya per kilometer mencapapi 52 juta US dolar, namun menurut China biaya pembangunan kereta cepat tersebut antara 17 juta US dolar sampai 30 juta US dolar per kilometer.
Menurut Anthony adanya perbedaan harga tersebut harus diselidiki apa penyebab dan kenapa adanya selisih harga yang begitu besar.
BACA JUGA:Rp2,2 T Beban Tahunan Whoosh, Pengamat Tolak APBN Bayar Utang: Biar Danantara yang Urus
Sedangkan Bobby Rasyidin yang merupakan Direktur PT KAI dalam rapat dengan anggota DPRI pada Agustus lalu telah menyinggung bahwa persoalan Whoosh ini merupakan bom waktu bagi pemerintah Indonesia.
Pasalnya pendapatan yang dihasilkan oleh Whoosh tidaklah sesuai dengan rencana dan harus mendapatkan batuan agar bisa membayar hutang ke pihak China.
Sayangnya dalam rapat tersebut Bobby tidak sempat melanjutkan penjelasannya karena langsung mendapatkan intrupsi dari salah satu anggota dewan yang ikut hadir.
BACA JUGA:Miris! Pembunuhan-Pencabulan Bocah 11 Tahun di Cilincing: Sosok Pelaku, Modus Hingga Motif Diungkap
BACA JUGA:DPR Ungkap Rencana Sinkronisasi Qanun Aceh dan RKUHAP, Cegah Hukuman Ganda
Dalam penjelasan yan disampaikan oleh Agus Pambagio selaku Analisia Kebijakan Publik bahwa kebijakan memindahkan proyek Whoosh dari Jepang ke China atas insisiasi Presiden Joko Widodo.
Bahkan Ignasius Jonan yang awal pembanggunan menjabat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) 2009 hingga 2014 diberhentikan karena tidak menyetujui skema pembiayaan Whoosh yang akan dilaksanakan.
Agus menyampaikan dalam sebuah wawancara dengan televisi swasta bahwa ide untuk meneruskan pembangunan Whoosh yang ditangani oleh China adalah Jokowi Widodo yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI.
BACA JUGA:Ledakan Tabung Gas di Cengkareng: Pasutri Luka Bakar, Tetangga Tertimpa Reruntuhan