GAZA, DISWAY.ID – Pemerintah Israel mengizinkan tim Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dan tim teknis Mesir memasuki wilayah Gaza untuk membantu pencarian jenazah sandera Israel yang tewas, menurut pengumuman juru bicara pemerintah Israel pada Minggu (26/10/2025).
Langkah ini menjadi terobosan signifikan di tengah gencatan senjata rapuh yang dimediasi AS, di mana tim internasional kini boleh melewati "garis kuning" batas penarikan pasukan Israel di Gaza.
Menurut juru bicara pemerintah Israel, tim Mesir tiba di Gaza pada Sabtu (25/10/2025) dengan membawa alat berat seperti ekskavator dan buldoser untuk mempercepat pencarian jenazah sandera yang dibawa Hamas sejak serangan 7 Oktober 2023.
BACA JUGA:Dalih untuk Basmi Geng Bermunculan, Trump Restui Hamas Kuasai Gaza Sementara
Sebelumnya, Israel belum pernah mengizinkan masuknya tim semacam ini ke wilayah di bawah kendali Tentara Pertahanan Israel (IDF).
"Garisi kuning" ini merupakan batas yang ditetapkan dalam kesepakatan gencatan senjata, di mana IDF menarik pasukan dari sebagian Gaza sebagai imbalan pembebasan sandera.
Kepala negosiasi Hamas, Khalil al-Hayya, menyatakan bahwa kelompoknya telah memperluas area pencarian jenazah di Gaza, meskipun menghadapi tantangan akibat kerusakan masif dari perang.
Hamas telah menyerahkan 15 dari 28 jenazah sandera Israel dalam fase pertama kesepakatan, tapi proses terhambat karena lokasi yang sulit dijangkau.
Tim ICRC bertindak sebagai perantara netral, mengawal jenazah dari Gaza ke sisi Israel, sementara tim Mesir—sebagai mediator utama—menggunakan peralatan berat untuk menggali puing-puing.
Seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa perwakilan Hamas juga diizinkan ikut serta dalam pencarian di area IDF, meskipun di bawah pengawasan ketat.
"Israel sadar bahwa Hamas tahu lokasi jenazah sandera kami. Jika mereka lebih berusaha, proses bisa lebih cepat," ujar juru bicara pemerintah Israel, seperti dikutip Sky News.
BACA JUGA:Pembahasan Panja BPIH, Wamenhaj Pastikan Biaya Haji 2026 Turun
Langkah ini bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang didorong AS di bawah Presiden Donald Trump, yang mengharuskan Hamas menyerahkan semua jenazah sandera secepat mungkin. Namun, dalam lima hari terakhir, tidak ada jenazah yang diserahkan, memicu ketegangan.
Sementara itu, serangan udara Israel di kamp pengungsi Nuseirat pada Sabtu malam menewaskan beberapa warga Palestina, menurut Rumah Sakit Awda.
PBB dan organisasi kemanusiaan memuji langkah Israel sebagai "kemajuan positif" untuk mematuhi kesepakatan, tapi mendesak pembukaan penuh perbatasan untuk bantuan kemanusiaan.