Saya ingin seperti Robert Lai –tapi tidak bisa. Saya tidak bisa marah ketika di hari pertama setelah operasi pasien itu nekat melakukan video call –dari tempat tidur ICU-nya. Begitu berani. Padahal operasi itu sangat berat: ganti hati. Liver pasien terkena sirosis berat. Tidak ada jalan lain kecuali transplant.
Itulah mengapa saya di Beijing sampai 10 hari nonstop makan kambing –bulan lalu.
Saya ingat diri sendiri ketika menjalani operasi yang sama: 18 tahun lalu. Saya didampingi seorang sahabat hebat bernama Robert Lai --di samping istri, anak, menantu, dan satu cucu saya. Anda sudah tahu: Robert itu orang Singapura –lahir di Hong Kong. Disiplinnya luar biasa –khas orang Singapura. Perawat pun ia tegur kalau masuk ruang perawatan saya tanpa masker dan mencuci tangan. Apalagi keluarga saya: dimarahinya!
Ketika giliran saya mendampingi orang yang menjalani transplant hati, saya pun ingin menjaganya –seperti Robert menjaga saya. Apa saja yang dilakukan Robert ingin saya lakukan kali ini.
Tetaplah saya bukan Robert.
Pasien yang saya jaga ini memang jauh lebih muda –dibanding saat saya menjalani operasi yang sama. Umurnya baru 41 tahun. Livernya terkena hepatitis dan sirosis. Wajahnya sudah hitam. Mata kuning keruh. Perut membesar. Dokter mengatakan: satu-satunya jalan, untuk tetap hidup, tinggal satu, transplantasi hati. Mahal.
Tapi ia mampu. Ia ikut dalam tim manajemen perusahaan orang tuanya: di bidang umrah dan haji. Terbesar di Mojokerto. Ia selalu mengantar jemaahnya ke Makkah dan Madinah. Tapi selama ia sakit bapaknyalah, 72 tahun, yang kembali wira-wiri Surabaya–Makkah.
Sang ayah awalnya hanya guru agama. Di Mojokerto. Jujur, rajin, dan tekun. Lalu dipercaya untuk mengelola koperasi kantor Kementerian Agama setempat. Koperasi itu maju pesat. Perputaran uangnya sudah puluhan miliar rupiah. Sampai pun sudah pensiun ia masih diminta mengawasi koperasi itu. Itu koperasi terbaik di seluruh Kementerian Agama se-Indonesia.
Sambil mengajar ia juga jualan jam tangan. Lalu jualan sepeda. Ia keliling desa-desa berjualan apa saja. Setelah mulai punya uang ia terjun ke bisnis pertanian. Akhirnya menekuni jasa perjalanan umrah dan haji.
Setelah ia tua putra putrinya membantu pendampingan haji dan umrah. Ia sendiri mendirikan madrasah di dekat rumahnya. Salah satu anak yang diandalkan adalah yang sakit itu.
Saya menengok yang sakit itu ke rumahnya. Saya lihat keadaannya: parah. Saya ragu: apakah akan menyarankan transplant. Keluarga ini sangat agamis. Belum tentu percaya hati manusia bisa diganti.
Selama itu, untuk penyembuhannya pun banyak mendatangi kiai –¬di samping ke dokter dan keluar-masuk rumah sakit.
Akhirnya saya tawarkan jalan itu. Saya lihat perusahaan ini sangat maju. Sayang kalau harus terhambat dalam regenerasi.
Keluarga ini mendengarkan dengan baik. Saya pun terus diminta menjelaskan apa itu transplant. Juga pengalaman saya menjalaninya.
Sang ayah dengan cepat menyampaikan keputusannya –sambil menahan genangan air mata. Ia menyerahkan anaknya ke saya –untuk mengikuti jejak ganti hati.
"Tidak harus ke Tiongkok," kata saya kepada beliau –jangan sampai ia takut anaknya jadi komunis. Si anak ikut mendengarkan sambil tergeletak di tempat tidur. Saya sungguh khawatir kata T menimbulkan alergi di tubuh mereka.
"Jakarta sudah bisa melakukan transplantasi hati. Di RSCM. Siloam juga bisa," kata saya. "Saya akan hubungkan ke dokter di sana," kata saya.
Pun kalau mau di luar negeri tidak harus ke T. Bisa ke India. Saya ceritakan: seorang tokoh politik kita baru saja transplant hati di India. Berhasil. Saya kenal baik dengannya.
Bahkan, kata saya, Iran pun juga sudah bisa. Tapi mungkin ia takut jadi syiah. Sudah banyak yang bisa melakukan. Asal tidak ke Singapura: bagus tapi mahal sekali.
Saya beri waktu mereka untuk berpikir.
Seminggu kemudian saya dikabari. "Hasil istikharah kiai kami, cocoknya di Tiongkok," kata sang ayah. Istikharah adalah satu jenis sembahyang untuk mendapat ilham atas pilihan-pilihan yang ada. Biasanya istikharah dilakukan saat memilih gadis mana yang akan dijadikan menantu.
Saat hasil istikharah kiai itu disampaikan kebetulan saya sedang di Beijing. Makan malam dengan beberapa teman. Salah satunya seorang dokter muda –diajak bapaknya ikut makan malam. Ia bercerita bahwa dokter yang merawat saya di Tianjin dulu sekarang bertugas di sebuah RS baru di pinggiran kota Beijing. Jadi atasan dokter muda itu.
Saya pun minta disebutkan nama dokter pindahan dari Tianjin itu. Betul. Dia adalah ketua tim dokter yang merawat saya. Suaminyi juga dokter yang ikut mengoperasi saya.
Berarti saya tidak perlu ke Tianjin. Besoknya saya tinjau rumah sakit itu. Saya temui dokter –yang dulu mengoperasi saya di Tianjin. Ternyata tidak hanya satu orang. Lima orang. Kami pun kangen-kangenan.
Akhirnya saya bertanya: apakah bisa menerima pasien transplantasi dari Indonesia. "Tentu. Bisa. Bawa ke sini saja," ujar seorang dokter di situ.
Pertanyaan itu saya sampaikan karena Tiongkok sudah berubah. Banyak peraturan lama tidak berlaku lagi. Misalnya, tidak bisa lagi orang asing dapat pendonor dari orang T. Di T sendiri antrean ganti hati sangat panjang. Rakyat bisa marah.
Sepulang dari Beijing saya bertemu keluarga itu. Agenda terpentingnya: siapa di antara keluarga yang bersedia dipotong hatinya separo –untuk dipakaikan mengganti hati yang terkena sirosis berat.
Langkah pertama yang harus dilakukan: semua keluarga tes darah saja. Agar tahu: siapa yang golongan darahnya sama. Tidak usah bicara mau atau tidak mau.
Sungguh ajaib: satu-satunya yang golongan darahnya cocok adalah istrinya sendiri.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 31 Oktober 2025: Bawang Merah
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
ILMU, KULKAS, DAN KESETIAAN JAGUNG.. Kisah Prof Arifin ini seperti sinetron ilmiah: ada tragedi, 400 jenis bawang merah membusuk, ada tekad bangkit, pindah dari bawang merah ke jagung, dan ada sedikit humor genetika—tentang “jagung yang suka selingkuh”. Yang membuat saya kagum, beliau tetap tekun meneliti meski rumahnya sederhana dan kulkasnya delapan. Bayangkan, kalau ilmuwan lain koleksi piala, Prof Arifin koleksi kulkas berisi benih jagung. Itu baru definisi cool scientist secara harfiah. Lucunya, dari tragedi bawang merah yang membusuk, justru lahir jagung ketan yang “bergen enak”—bukan menurut lidah, tapi hasil ukur alat lab. Rasanya, dunia pertanian kita memang butuh lebih banyak ilmuwan seperti ini: jujur, gigih, dan tidak ikut-ikutan “selingkuh” dalam riset. Dan kalau boleh bercanda sedikit—ternyata rahasia sukses Prof Arifin bukan cuma di lab, tapi juga di dapur. Sebab di balik setiap ilmuwan hebat, ada istri yang tahu cara merebus jagung dengan waktu yang tepat.
djokoLodang
-o-- Oh, Tuhan, Kami bermeditasi kepada cahaya ilahi yang maha agung. Bunda ilahi yang menguasai tiga loka, tiga kala, tiga guna, yang memusnahkan kegelapan dan memberi penerangan dalam diri kami. semoga membangkitkan dan menguatkan budhi (intelek) kami, kemampuan membedakan antara yang benar dan yang salah. --0-
Hasyim Muhammad Abdul Haq
"Judul 2 Kata" Saya pernah mencoba bahas tentang judul CHDI yang memakai "jurus" 2 kata di Grup WA perusuh. Kalau bukan penulis level "master", akan kesulitan "menarik" pembaca hanya dengan judul 2 kata. Mungkin karena CHDI itu pembacanya sudah jelas, makanya Pak DI berani pakai judul 2 kata. Toh perusuh pasti akan baca, apapun judulnya. Namun masalahnya bukan itu, Pak DI itu menulisnya tiap hari, maka kemungkinan sebuah judul akan dipakai lagi itu pasti ada. Terutama pada judul-judul yang umum. Bayangkan saja, setahun ada 365 judul. Semua pakai 2 kata, kan mungkin saja judulnya akan terulang. Misalnya judul: Hidup Mati, Santri Mandarin, Sahabat Baru, Tegangan Tinggi, Orang Penting, atau bahkan judul CHDI hari ini: Bawang Merah. Judul-judul itu sangat mungkin "dipakai" lagi jika nanti ada kondisi yang agak mirip. Misalnya tahun depan ada kegiatan santri yang berbahasa Mandarin lagi, ada kemungkinan judul "Santri Mandarin" akan dipakai lagi oleh Pak DI. Apalagi judul Bawang Merah, sangat mungkin "perlu dipakai lagi". Bisa saja saat kondisi bawang merah lagi mahal, atau yang lainnya. Harusnya judul tulisan hari ini bukan Bawang Merah, tapi Gen Pumpkin. Karena hari ini harinya pumpkin: Halloween.
Tivibox
........."Saya disangoni dua amplop kecil. Kalau dilaksanakan bisa menghasilkan ratusan buah pumpkin, melebihi yang ada di dapurnya Prof.Arifin." ----- Mari kita tebak apa isi amplop-amplop itu. 1. Kedua amplop isinya benih pumpkin siap tanam. 2. Amplop pertama isinya benih pumpkin, amplop kedua berisi uraian cara menanam dan memelihara waluh itu sampai panen. 3. Sama seperti poin 2 diatas, tapi amplop kedua ada tambahan catatan cara mengolah buah waluh menjadi makanan olahan selain direbus. Tambahan resep ini bisa saja dari istrinya Prof. Arifin untuk Ibu Dahlan. Tidak mungkin amplop-amplop itu berisi uang. Karena Abah DI tak pernah memakai uang cash untuk pembayaran. Sepertinya begitu.
Mbah Mars
Kemarin lusa saya mendatangi calon jamaah umroh di kampung bawang merah. Nama kampungnya Samiran. Dekat pantai Parangtritis Bantul. Kawasan wisata terkenal di Jogja. Kampung ini, penduduknya terkenal sebagai pekerja keras. Utamanya dalam bertani. Kalau di kampung2 lain kebanyakan menanam padi yg hasilnya tdk "cucuk" alias cuannya kecil, Samiran tekun menanam bawang merah yg ditoping cabe. Jadi setelah panen bawang merah dilanjut panen cabe. Warga Samiran, tua-muda, lulusan SD, SMP, SMA, anak kuliahan, PNS semua turun ke sawah, khususnya di pagi hari. Mereka menyiram bawang merah, menyiangi rumpun, memupuk dan menyemprot hama. Tidak ada gengsi-gengsian. Bonusnya, kesehatan fisik mereka terjaga karena tiap pagi badan berkeringat dan mendapatkan nutrisi dari sinar matahari. Dan yg terpenting, tingkat ekonomi warga dibanding kampung2 lain lebih tinggi. Sebagai gambaran: utk Nopember dari kampung kecil itu akan berangkat umroh 10 orang. Bulan Januari disusul 8 jamaah lagi. Oia, di samping bawang merah dan cabe, tanaman pisang juga menjadi andalan kampung ini. Pisang di tanam di tanah-tanah sekitar rumah. Silahkan lihat foto-foto berikut. Upps. Tdk bisa upload foto.
Jokosp Sp
Ngono to Mbah Mars.....jauh-jauh dari Suroboyo dapete kok yo Samarinda?. Tapi Pak DI ojok gelem kalah diece. Tak belani, tak critakne dikit. Dapetnya juga masih anak turunnya dari Putri Junjung Buih, anak dari Aji Batara Agung Dewa Sakti. Raja Kutaikartanegara-1. Cuma keturunan yang keberapa, saya cari di silsilah gag ketemu.
Mbah Mars
Prof Arifin "penggo" itu bukti kalau menjadi "Laki-laki yg laku". Tetangganya saja tertarik padanya. Nah, kalau orang Jatim kok dapat Kalimantan itu berarti "Laki-laki yg tidak laku". Di daerahnya sendiri tidak payu, maka cari yg jauuuuuuh. Wkwkwkwk.
-o-- Gedang Ijo. ... "Pek-nggo," jawabnya lantas tertawa. ''Pek-nggo'' singkatan dari ''ngepek tonggo'' --mengambil tetangga sendiri. ... *) Di Solo, ada ungkapan "Gedang kepok, gedang ijo" Sing mondok dipek bojo. --koJo.-
Jokosp Sp
Kecurigaan Putu Leong pasti salah. Dikira saya dibawakan seplastik kresek besar jagung ketan dan pumpkin rebus. Tapi perkiraan saya benar : pasti minta benih pumpkinnya seplastik agar bisa ditanam di kebunnya. Benar, bibit seplastik bisa menghasilkan satu ton pumpkin. Coba kalau 1 kg pumpin harganya di kisaran Rp Rp 15.000,- - Rp 35.000,- (tergantung kualitas), apa tidak tebal dompet Galuh Banjar jadi Rp 15.000.000, - Rp 35.000.000,-. Dari umur tanam yang 60 hari sudah mulai berbunga, dan 80 - 90 hari buah sudah tua siap bisa dipanen. Umur panen juga bisa 1 - 2 bulan setelah buah pertama. Loh lak pinter jiwa bisnisnya ternyata, ora koyok Cah Darjo kae. Coba kalau dikirim 2 biji benih dengan perkiraan berat 5 - 10 gram saja ke para perusuh, dan untuk di tanam di pot apa tidak naik jadi 20 - 40 kg dalam 3 bulan berikutnya.....????. Kata Kiai saya : "ini 1 benih amalan yang bisa berpahala 10.000. Cara gampang ngitung pahala amal". Wuihhhhh mantabnyo.
Ahmad Mudzakir
Kok Yo pas tema CHDI hari ini. Sangat menarik dan pas dengan passion saya. Pernah menekuni produksi benih jagung.(syngenta Advanta) dan suka menanam pumpkin...Yang menarik lagi kok Prof .Arifin mengajar di UNIBRAW,dimana saya menekuni bidang Teknik pertanian. Alhamdulillah,bila saya bisa terhubung beliau menjadi bagian team research...jenis kegiatan yang paling menyenangkan...
djokoLodang
-o-- Ketan Canthel ... Itulah jagung hasil penelitian terbarunya: jagung ketan –jagung manis dengan tekstur seperti ketan. ... *) Anda pasti tahu karakteristik ketan, kalau dipegang langsung pakai jari tangan. Lengket di tangan. "Pliket", bahasa jawanya. Selain ketan, ada lagi jenis makanan/kudapan yang juga lengket di tangan. Bahannya dari umbi. Namanya 'canthel'. Kalau ditanya: mana yang lebih lengket? Ketan atau canthel? Endi sing luwih pliket? Pliket ketan opo pliket canthel? Apa jawaban Anda? --koJo.-
Ahmed Nurjubaedi
Selepas dari Singapura, kami-- saya dan 10 siswa SMP Khadijah Surabaya --melawat ke KL, Malaysia. Agenda kami adalah berkunjung dan unjuk kebolehan bernyanyi lagu daerah di sebuah SMP, bertemu pengusaha asal Gresik yang sukses punya resto dan perusahaan kontraktor, dan bersilaturahmi dengan mahasiswa pengurus PPI. Lagu Soleram dan Rek Ayo Rek sukses dibawakan anak-anak kami dihadapan guru dan siswa SMP KL. Berkenalan dan ngobrol dengan teman dari sekolah yang kami kunjungi jelas sekali membuka wawasan pergaulan mereka. Ternyata anak-anak KL asyik juga ya. Itulah kesan yg saya tangkap dari obrolan mereka selepas kunjungan. Kami tidak berhasil berjumpa dengan pak pengusaha karena mendadak beliau ada acara. Tapi pertemuan dengan pengurus PPI sungguh seru. Proses berkuliah, godaan 2 selama di Malaysia, juga biaya kuliah dan biaya hidup adalah sebagian topik yg jadi perbincangan. Sopir van yang mengantar kami berkeliling KL adalah seorang Melayu. Bicaranya penuh semangat. Seperti Tuk Dalang di Upin Ipin. Ia begitu membanggakan Malaysia. Dan merasa kasihan melihat Indonesia. Tidak seperti Singapura, bagi kami. Indonesia itu saudara. Kami sebenarnya iri dengan Indonesia. Semua punya. Dari budaya sampai nikel. Orangnya juga banyak sekali yang pintar. Sayangnya, yang urus negara kurang cakap. Yang pintar-pintar, tak diberi kesempatan. Itulah sebagian ungkapan pak sopir. Dan yang hebat-hebat itu sering ditulis Abah DI. Seperti Prof Arif hari ini. Ah, Indonesiaku. I love you...
Taufik Hidayat
Prof mendapat hibah sekian M dari Kyushu University. Mau gak mau saya bahas karena tahun lalu saya juga baru ke Kyushu dan sempat mengintip kampus Kyushu Daigaku yang biasa disingkat Kyudai atau 九大 。kebetulan bisa naik Subway ke stasiun Hakozaki Kyudai Byon Mae. Kota Fukuoka sendiri memang bukan kota yang terlalu besar di Jepin. tapi di pulau Kyushu kita bisa sekalian mampir ke Nagasaki, Yufuin, Oita, Beppu, Aso, Kumamoto atau Misumi. Jauh lebih santai dan tidak terlalu ramai dibandingkan pulau Honshu. tapi kata Kyu menengah mengingatkan saya akan permainan kartu Kyu Kyu yg pakai domino dan memang Kyu di sini sesuai tulisannya 九 artinya memang sembilan. Namun kalau Ryukyu ternyata Kyu nya bukan sembilan . He he . Oke sudah dulu dongengnya …
Hery Purwanto
UB dengan Prof Arifin, IPB dengan Prof Andreas. Kedua duanya ilmuwan yang meneliti sumber makanan pokok sebagian besar orang Indonesia. Bibit padi dan jagung adalah hal mendasar untuk meningkatkan hasil produksi kedua sumber pangan tersebut. Dari keduanya, PTN atau PTS juga institusi penelitian bisa belajar mendapatkan dana research mandiri tanpa bantuan negara. Prof Andreas dengan AB2TI untuk benih padi dan Prof Arifin dengan menjual benih jagung ke industri pengolahannya. Penelitian jalan karena mandiri riset dan langsung aplikasi di lapangan. Bukan sekedar riset untuk menaikkan ranking PTN dan dosen mengejar gelar Profesor semata.
Tiga Pelita Berlian
Ingat Jagung ketan jadi ingat Pantai Rhee di Pulau Sumbawa, di pinggir pantainya banyak lapak2 penjual jagung ketan rebus + aneka minuman. Menjadi semacam rest area yg wajib disinggahi jika ke arah Sumbawa besar atau ke Dompu Bima jalur darat. Seklangkong
Sumartan
Abah DI pura pura mau ke kamar kecil, padahal mau 'nilik' isi rumahnya tuan rumah, kata mbah dulu ga boleh gitu loh, kalau bertamu. sehat selalu Abah DI..
Lukman Nugroho
Selalu jatuh cinta. Dengan para peneliti, ilmuwan yang hidupnya rendah hati dan sederhana. Saya juga meyakini. Meski belum sempat di tulis. Mobil Prof Arifin juga mungkin sederhana. Bukan kendaraan seri terbaru atau mobil listrik. Ilmuwan sejati itu tidak rakus dan memilih jalan hidup sederhana. Mereka memilih, bukan berarti tak bisa.
djokoLodang
-o-- Kamar Kecil ... Saya ingin melihat keadaan dalam rumah ilmuwan ini. Seperti apa. Apakah kesederhanaan penampilannya seirama dengan isi rumahnya. Saya pun pura-pura ingin ke kamar kecil. ... *) Pengalaman saya waktu dinas LN, ke kota kecil Linz di Austria tahun 1998. Saat saya minta ijin ke kamar kecil di rumah, tuan rumah langsung mengajak saya naik mobil ke kedai terdekat. Rupanya, di sana, kamar kecil di rumah merupakan ruang privacy. Tidak untuk dipakai tamu. --koJo.-
WIRA
Abah, garis antara enak dan gratis sangat tipis. Bisa merasakan enak karena gratis atau karena diberi gratis jadi merasa gak enakan, akhirnya dibikin enak.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
ASAL-USUL NAMA KOTA BREBES.. Konon, nama Brebes punya kaitan unik dengan karakter alam dan hasil bumi daerahnya. Kota ini dikenal sebagai penghasil bawang merah terbesar di Indonesia. Nah, bawang merah itu punya “daya magis” — saat dikupas atau diiris, airnya bisa membuat mata “brebes mili”, alias meneteskan air mata tanpa sadar. Dari sanalah muncul istilah “Brebes mili,” yang kemudian melekat sebagai nama daerah. Kata brebes dalam bahasa Jawa sendiri juga bermakna “air yang mengalir pelan”, selaras dengan kondisi wilayah Brebes yang dulunya berupa dataran rendah berawa. Jadi, bisa dibilang nama Brebes mencerminkan dua hal sekaligus: 1) air yang mengalir dari alam 2). dan dari mata. Bahkan di dunia film, kalau ada adegan yang menuntut aktor atau aktris menangis, sang sutradara kerap memakai air bawang merah — semacam penghormatan tak langsung pada si “penghasil air mata alami” dari tanah Brebes. ### Tuk pak Bupati Brebes, maaf. Saya cuma "ngarang"..
Gregorius Indiarto
Kerusuhan tahun 1998 tidak hanya membuat sedih banyak warga Tionghoa, pun saya yang bukan Tionghoa. Bagi yang tahu apalagi mengalami peristiwa '98 akan meneteskan air mata, bukan karena terpapar bawang merah, tapi karena melihat manusia tidak berprikemanusiaan kepada sesama manusia.
Gregorius Indiarto
Hebatnya negara maju, pemerintah membiayai penelitian hingga 10 M. Saya membayangkan jika itu terjadi di negeri Q, negeri yang selalu berbunga dan belum berbuah, anggaran 10 M pasti jadi rebutan. Akan semakin banyak tangan yang ingin turut andil menyerahkan, dan semua tangan minta bagian, minta tempelan. Pun penerima, banyak yang mendadak ingin jadi peneliti, demi anggaran yang 10 M, "yang penting saya terima, 50 ℅ ndak papa" Kata peneliti jadi-jadian, demi anggaran M an. Dan hasil penelitiannya pun bisa dipastikan. Pasti tidak berkualitas.
Johannes Kitono
Pakar Benih. Indonesia harus bangga punya pakar seperti Prof Arifin dan Drh Yuda. Mereka mengabdikan diri fokus ke penelitian bidang pangan dan kesehatan manusia. Ketika masih di CP grup. Dr Sumet Jiaravanon punya visi kedepan. Mendatangkan Dr Banjard, pakar benih dari Thailand. Beliau sering meneliti Jagung di Lampung. Tapi CP mendirikan pabrik Jagung hibrida BISI di Kediri, Jawa Timur. Merk hibrida BISI salah satu cap Kapal Terbang. Satu ha diperlukan 15 - 20 kg bibit dengan hasil 9 - 12 ton jagung dalam waktu 106 a 120 hari. Tentu sangat menguntungkan petani. Now banyak bibit unggul bermunculan di NKRI. Persaingan cukup ketat dan masing masing punya keunggulan tersendiri. Bibit Pertiwi klaim bisa panen 12 - 15 ton / hari. Bertongkol 6 dan tinggi pohon 2,2 m. Tinggi mendekati Pebasket Yao Ming. Keberhasilan panen sangat tergantung bibit, lahan dan managemen. Lahan di NKRI kaya dengan tanaman pangan yang layak diteliti seperti Sukun, Sago dan Edadame. Potensi pasarnya didepan mata, ada 280 juta jiwa manusia yang setiap hari harus makan.Pemerintah cq Perti perlu memberi dana dan insentif kepada peneliti. Pembagian hasil paten 80 - 20 untuk penelitian cukup fair. Kedepan perlu dicari peneliti Pohon Gaharu ( Agaar wood ). Pohon yang terinfeksi virus nilainya bisa Rp.1 mily/ kg. Konon, dulu etnis Dayak bakar kayu gaharu dibulan untuk usir nyamuk. Seperti orang Sanggau makan ikan asin Arawana / Siluk yang banyak tulangnya. Selamat buat Prof Arifin. S S H B
Johannes Kitono
Raja Tambang. Perjalanan naik mobil 200 km Sanggau - bandara Supadio Pontianak. Makan waktu 4 jam, itupun sempat macet 30 menit di Jembatan Kapuas. Teringat cerita teman.Kisah timbulnya Raja Raja Kecil didaerah tambang emas sekitar Sanggau. Pokoknya sekali pasang mesin harganya Rp. 25 juta dan bagi hasil 20 - 80 buat pemilik tanah tambang emas. Urusan izin dsb.nya bagian pemilik tambang. Maka bermunculanlah Raja Raja Kecil Tambang Emas yang luput diurus Menteri ESDM. Bagaimana kontrol bagi hasil 20 - 80 cuma mereka yang tahu. Sejarah menunjukkan sejak dulu daerah Kalbar kaya akan SDA berupa Emas. Dan timbulnya Lan Fang Kongsi yang berpusat di Mandor. Bisnis intinya adalah menambang Emas yang lokasi pertamanya di Monterado, 30 km dari Singkawang. Kalau kongsi di Monterado setor upeti berupa Emas ke Sultan Sambas. Di Mandor kepada Raja Mempawah. Nah Raja Raja Kecil didaerah Sanggau ini setor kepada siapa. Jelas, bukan kepada Gusti Arman, Raja Sanggau sekarang. Yang hanya dapat sedikit subsidi Pemda untuk merawat Istana Surya Negara. Dan melestarikan Adat Istiadat Melayu di Sanggau. Semoga Semuanya Hidup Berbahagia.
Liáng - βιολί ζήτα
Pak DI, "gen enak" itu apa ?? sangat membingungkan !! (membingungkan lahir dan batin, wkwkwkwkwk.....) aya-aya wae atuh..... Mungkin yang dimaksud "gen enak pada jagung" oleh Prof Ir Arifin Noor Sugiharto MSc PhD. adalah : ● gen su1 (sugary1) ● gen se (sugar enhanced) ● gen sh2 (shrunken-2) Bagi yang berminat untuk mengetahui lebih detail, silakan ditelusuri saja..... https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov PMC8235792 https://www.lubbockonline.com good-corn-taste-genes https://niksharma.substack.com the-sweet-science-of-corn-from-fields
DeniK
melihat kebun tebu di Merauke seperti melihat lahan pertanian di Amerika . sangat luas , rata , dan memakai peralatan tractor yg modern . mungkin bisa jadi contoh lahan tanam yng lain . seperti jagung , kalau produksi jagung melimpah pasti harga pakan ternak akan semakin terjangkau .dan tidak perlu impor ,bisa menghemat devisa .
MZ ARIFIN UMAR ZAIN
Yg geratisan biasa nya barang sisa2, yg murahan. Yg hasil keringat sendiri, bisa milih yg bermutu tinggi, lezat, fresh.
pak tani
Penelitian Prof. Arifin tentang gen enak belum tuntas. Ada pertanyaan yang masih mengganjal. Kalau diberi gratis, entah kenapa kadar enak nya melonjak berlipat2 ? Lalu, dengan munculnya nama perusuh Utup Ngeol di artikel + bumbu ngece, kemungkinan besar topi dan jaket akan segera terkirim sebagai royalti. #menang banyak
Liam Then
Tanam sebatang pohon kelengkeng rindang. Dari kecil dipangkas dan diatur dahan utamanya, agar bisa membentuk kanopi. Nanti di bawahnya bisa ditaruh meja kecil dan beberapa kursi, untuk ngopi santai.