JAKARTA, DISWAY.ID – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan bahwa penyelidikan dugaan korupsi proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh masih terus berjalan.
Lembaga antirasuah itu menegaskan akan melaporkan hasil penyelidikan kepada Presiden Prabowo Subianto bila ditemukan indikasi tindak pidana korupsi.
“Kalau hasil penyelidikan memang terindikasi cukup bukti ada perbuatan tindak pidana korupsi, kami akan sampaikan,” ujar Wakil Ketua KPK Johanis Tanak, di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Rabu (5/11/2025).
BACA JUGA:Prabowo Tegaskan Tak Takut dan Tak Dikendalikan Jokowi: Aku Hopeng Sama Beliau Kok Takut
Menurut Johanis, proses penyelidikan masih dalam tahap pengumpulan bukti awal.
“Kalau tidak ada, ya selesai. Tapi kalau ada, kami bisa sampaikan kepada presiden bahwa ini ada perbuatan yang dikualifikasi sebagai tindak pidana korupsi,” jelasnya.
KPK diketahui telah memulai penyelidikan dugaan penggelembungan dana atau mark up proyek Whoosh sejak awal 2025. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Plt. Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu.
“Saat ini sudah pada tahap penyelidikan,” kata Asep kepada wartawan, Senin (27/10/2025).
Meski demikian, Asep enggan membeberkan detail penyelidikan. Ia menyebut tahap ini masih dilakukan secara tertutup, sebagaimana lazimnya penyelidikan di KPK.
Isu dugaan mark up proyek Whoosh sempat diangkat oleh mantan Menko Polhukam Mahfud MD. Dalam salah satu unggahan di kanal YouTube-nya, Mahfud mengungkap adanya perbedaan mencolok antara biaya pembangunan versi Indonesia dan China.
BACA JUGA:Rosan Roeslani Buka Peluang Subsidi Whoosh: Pemerintah Siap Tanggung PSO Rp1,2 Triliun per Tahun
“Menurut pihak Indonesia, biaya per kilometer kereta Whoosh itu 52 juta dolar AS. Tapi di China hanya 17–18 juta dolar AS. Naik tiga kali lipat kan,” ujar Mahfud.
Mahfud juga menyoroti beban utang proyek Whoosh yang mencapai sekitar Rp4 triliun pada 2025, akibat perubahan skema pembiayaan dari tawaran Jepang berbunga 0,1 persen ke pinjaman China berbunga hingga 3,4 persen setelah terjadi cost overrun.
Meski begitu, Mahfud mengakui bahwa biaya pembangunan Whoosh per kilometer, yakni sekitar Rp780 miliar, masih lebih rendah dibandingkan proyek MRT Jakarta yang mencapai Rp1,1 triliun per kilometer.
Mahfud mendukung langkah KPK untuk terus menyelidiki dugaan mark up tersebut dan menilai transparansi menjadi kunci agar publik memperoleh kejelasan soal penggunaan dana proyek raksasa itu.