Sosok Mohammad Nuh, Kandidat Pjs Ketua Umum PBNU dengan Pengalaman Komprehensif

Rabu 26-11-2025,10:54 WIB
Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc. MA*

WACANA mengenai posisi penjabat sementara (Pjs) Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah memunculkan beberapa nama sebagai kandidat potensial. Selain nama Gus Zulfa, figur Prof Dr Ir H Mohammad Nuh DEA, muncul sebagai sosok yang dinilai sangat layak. Rekam jejaknya solid baik di struktur internal NU maupun di kancah nasional dan internasional. Setidaknya ada lima alasan kuat, beliau layak Pjs ketum PBNU.

Pertama, rekam jejak organisasi dan keagamaan. Prof Mohammad Nuh saat ini menjabat sebagai salah satu rais syuriyah PBNU periode 2022-2027, posisi kunci dalam struktur pengambilan keputusan tertinggi di NU. Jabatan ini menunjukkan pengakuan atas kapasitas keilmuan agama dan kepemimpinan spiritualnya di mata para ulama sepuh NU.

Peran sentral di Syuriyah PBNU periode ini memberikannya pemahaman mendalam tentang dinamika internal organisasi, nilai-nilai, dan arah kebijakan strategis NU secara keseluruhan.

Kedua, telah berkontribusi nyata di NU. Kontribusi Prof Nuh untuk NU tidak hanya bersifat seremonial, tetapi nyata, terutama di sektor pendidikan, diantaranya: Penguatan Pendidikan Tinggi NU (PTNU): Ia aktif mendorong peningkatan kualitas Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU). Prof Nuh berpesan agar PTNU berorientasi pada peningkatan prestasi dan memiliki rasa ownership (kepemilikan) yang kuat di kalangan warga Nahdliyin. Ia menekankan pentingnya penguatan SDM dan digitalisasi untuk kemajuan PTNU.

Kemudian, promotor moderasi beragama dan Islam Nusantara. Prof. Nuh sering menjadi juru bicara PBNU dalam menggaungkan nilai-nilai Islam Nusantara dan moderasi beragama. Ia mempromosikan Islam yang damai, toleran, dan sesuai dengan budaya lokal, sikap yang membuatnya disegani oleh berbagai kalangan. Selain itu, juga inisiator program kemasyarakatan. Di luar struktur formal, ia terlibat dalam berbagai inisiatif, seperti program sekolah rakyat, menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan dasar masyarakat.

Ketiga, pengalaman manajerial dan birokrasi yang luas. Salah satu keunggulan utama Prof Nuh adalah pengalamannya yang luas di bidang manajerial dan birokrasi pemerintahan, yang jarang dimiliki oleh banyak tokoh NU lainnya. Ia pernah menjabat sebagai: menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo). Kemudian menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

Dalam kapasitasnya sebagai menteri, Nuh terbiasa mengelola institusi besar dengan tantangan kompleks, merumuskan kebijakan publik, dan memimpin ribuan staf. Pengalaman ini sangat relevan untuk memimpin PBNU, sebuah organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia yang juga memiliki kompleksitas manajerial yang tinggi.

Keempat, latar belakang akademisi dan intelektualnya. Sebelum terjun ke birokrasi, Mohammad Nuh adalah seorang akademisi ulung. Ia pernah menjabat sebagai Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, sebuah perguruan tinggi teknik terkemuka di Indonesia.

Dengan latar belakang pendidikan insinyur dengan gelar DEA (Diplôme d'Études Approfondies) dari Prancis menunjukkan kapasitas intelektualnya yang kuat dalam sains dan teknologi. Keahlian ini memungkinkan membawa perspektif modern, terutama dalam hal digitalisasi sistem tata kelola, yang dianggapnya sangat penting untuk pengembangan institusi NU di era digital.

Apalagi NU, sebagai organisasi massa terbesar, membutuhkan manajemen modern. Keahlian Prof. Nuh dalam tata kelola institusi pendidikan dan kementerian dapat diaplikasikan untuk memastikan efisiensi dan transparansi PBNU. Ia sering menekankan pentingnya digitalisasi sistem tata kelola di lingkungan NU.

Kelima, kemampuan membangun prestasi dan jaringan. Prof Nuh dikenal sebagai sosok yang menekankan pentingnya budaya menghargai dan berprestasi. Selama masa jabatannya di pemerintahan, ia menerima berbagai penghargaan, termasuk Bintang Mahaputera dari Presiden RI dan penghargaan dari Kaisar Jepang, menunjukkan pengakuan internasional atas kontribusinya. 

Jaringan luas yang dimilikinya, baik di tingkat nasional maupun internasional, akan menjadi aset berharga dalam memajukan agenda PBNU. Karena itu, Prof Dr Mohammad Nuh memiliki kombinasi langka antara kepemimpinan teknokratis yang teruji di pemerintahan dan institusi pendidikan tinggi, serta legitimasi spiritual dan struktural yang kuat di dalam NU sebagai Rais Syuriyah. 

Rekam jejaknya dalam memajukan sektor pendidikan NU dan mempromosikan moderasi beragama menjadikannya figur yang sangat kapabel untuk memimpin PBNU, baik dalam kapasitas penuh maupun sebagai Pjs Ketua Umum. Kehadirannya dapat menjembatani faksi-faksi yang mungkin ada dan membawa perspektif manajemen modern tanpa mengabaikan tradisi pesantren yang mengakar. Wallahu'alam bishawab. (*)

*) Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon


Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia KH Imam Jazuli Lc MA-Dokumentasi Harian Disway-

Kategori :