Road Map AI Indonesia, Strategi Pemerintah Menuju Kedaulatan Teknologi

Kamis 27-11-2025,10:55 WIB
Reporter : Reza Permana
Editor : Reza Permana

BACA JUGA:Kulit Kusam, Cepat Keriput, dan Mudah Lelah? Tren Minuman Kolagen Hadir Jadi Solusi Perawatan dari Dalam

Nezar menjelaskan, melalui program Digital Talent Scholarship, iCall Center, dan pengembangan AI Talent Factory, pemerintah telah menyiapkan pelatihan untuk melahirkan talenta yang tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga perancang dan pengembang AI.

Program AI Talent Factory saat ini berjalan di Universitas Brawijaya dan akan diperluas ke Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, serta sejumlah kampus lainnya pada 2025.

Tak ketinggalan, lanjut Nezar, literasi AI juga mulai didorong sejak pendidikan dasar dan menengah. Nezar menilai sudah waktunya kurikulum sekolah dievaluasi agar siswa memahami teknologi secara holistik.

“Anak-anak perlu diajarkan cara kerja AI, dibentuk awareness, dan dilatih berpikir kritis. Mereka hidup di masa ketika teknologi ini sangat dominan,” imbuh dia.

BACA JUGA:Update Sidang CMNP, Eks Pimpinan Cabang Unibank: Jual Beli NCD, MNC Asia Holding Sebagai Broker!

BACA JUGA:Strategi Cerdik Virgoun Diduga Bongkar CCTV Lantai 3, Video Syur Inara Rusli dan Ihsanul Fahmi Tersimpan: Aku Bawa Dulu!

Menurutnya, penggunaan AI tanpa kemampuan kritis dapat menghilangkan esensi belajar, terutama ketika siswa menyerahkan seluruh proses berpikir kepada mesin.

Di samping potensi positif, perkembangan AI juga menghadirkan risiko besar, terutama terkait keamanan data, disinformasi, dan manipulasi visual.

Nezar mengingatkan bahwa model AI hanya bekerja jika diberi data, sehingga pengguna harus berhati-hati mengunggah foto pribadi atau dokumen sensitif.

Ia menegaskan risiko itu nyata, dari data yang dilatih dalam model dapat muncul di tempat lain, termasuk wajah mirip pengguna pada foto hasil generatif buatan orang lain.

Risiko terbesar datang dari maraknya deepfake, konten palsu yang dibuat AI dengan kualitas semakin realistis. Ia menyoroti potensi kerusakan sosial ketika deepfake digunakan untuk pornografi, ujaran memecah-belah, atau manipulasi politik.

“Deepfake punya dampak sangat besar karena bisa meniru wajah dan suara kita, bahkan menggambarkan seseorang dalam konteks yang tidak pernah dilakukan,” katanya.

BACA JUGA:Bansos BLT Kesra 2025 Cair Rp900 Ribu ke Rekening, Cek Status Penerima di cekbansos.kemensos.go.id.

BACA JUGA:Revolusi Kendaraan Listrik di Indonesia Makin Ngebut, IITS 2025 Ungkap Peta Besar Global South

Mengatasi ancaman ini, pemerintah juga memperkuat kolaborasi dengan platform digital, kepolisian, kejaksaan, serta lembaga terkait lainnya.

Kategori :