James Riady Tegaskan Jangan Takut Hadapi 2026: Indonesia Punya Kekuatan yang Dunia Tak Punya

Jumat 12-12-2025,18:50 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

Ada tiga indikasi, yakni kompetisi negara besar semakin tajam. Aliansi global yang bergeser, dan onflik yang sebelumnya regional kini berpotensi meluas.

Lembaga-lembaga dunia — IMF, World Bank, ECB, OECD — menggambarkan ekonomi global sebagai melambat, terfragmentasi, dan sedang mengalami transformasi besar.

BACA JUGA:Kadin Indonesia Fokus Pertumbuhan Ekonomi, Target Investasi Menembus 40 Persen PDB

Ada empat indikasi, yakni perdagangan dunia yang melemah, rantai pasok yang direstrukturisasi demi keamanan, bukan lagi sekadar efisiensi, utang publik di banyak negara berada pada titik tertinggi, dan perlombaan teknologi bergerak lebih cepat daripada kemampuan regulasi yang terseok-seok mengikutinya.

“Secara finansial, kerentanan baru muncul,” ujar James.

Pertama,banyak aset berada di posisi rentan karena valuasinya telah naik terlalu cepat dalam beberapa tahun terakhir, sehingga sensitif terhadap kenaikan suku bunga, perlambatan ekonomi, atau koreksi pasar global.

Kedua, sistem perbankan di beberapa negara belum pulih sepenuhnya karena masih membawa tekanan dari kredit bermasalah, kerugian portofolio akibat suku bunga tinggi, dan lemahnya kepercayaan pasar, sehingga guncangan kecil pun dapat memperbesar risiko instabilitas keuangan.

BACA JUGA:KADIN Aceh Sayangkan Diksi 'Ilegal' Mentan Soal Beras Impor di Sabang: Benturkan Presiden dengan Aceh!

Ketiga, era suku bunga “lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama” menjadi tekanan nyata bagi dunia usaha menjelang 2026.

Secara sosial, demikian James, polarisasi meningkat. Tahun 2026 akan menjadi tahun pemilu di negara-negara kunci — mulai dari pemilu sela di Amerika Serikat, pemilu umum di Brasil, pemilu nasional di Bangladesh, hingga pemilu penting di beberapa negara Eropa — yang semuanya dapat membawa dampak besar bagi pasar dan stabilitas global.

Jika disatukan semuanya, 2026 berpotensi menjadi tahun di mana banyak hal dapat berjalan salah arah. Pertama, perlambatan ekonomi global yang lebih tajam. Kedua, proteksionisme dan pembatasan ekspor yang meningkat.

Ketiga, ketidakstabilan energi. Ketiga, konflik berkepanjangan dengan dampak ekonomi besar. Keempat, disrupsi teknologi yang melampaui kemampuan adaptasi.

“Inilah realitas dunia yang sedang kita hadapi,” papar James.

BACA JUGA:YouTuber Resbob Dibidik Polisi, Heboh Video Rasisme Orang Sunda Sampai Bawa-Bawa Viking

Modal Besar

Namun, kata James, betapa unik dan kuatnya posisi Indonesia dibanding banyak negara lain. Kondisi inilalah yang sering dilupakan banyak orang.

Kategori :