5 Pekan Beijing Lockdown, Posting Bernada Sarkasme Jadi Sorotan Pemerintah Tiongkok

Kamis 28-04-2022,21:59 WIB
Reporter : Syaiful Amri
Editor : Syaiful Amri

BEIJING, DISWAY.ID - Pada akhir tahun lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian menyampaikan teguran keras kepada warga yang mengkritik penanganan pandemi Covid-19.

”Respons Tiongkok terhadap pandemi Covid-19 tidak bisa dicela," katanya pada konferensi pers 30 Desember 2021. 

”Kalian di sini pasti tertawa sembunyi-sembunyi untuk bisa tinggal di Tiongkok selama masa pandemi ini,” tandasnya. Pernyataan itulah yang selanjutnya jadi bulan-bulan warganet Tiongkok.

BACA JUGA:25 Juta Warga Beijing Antre Tes Covid-19 

Pernyataan Zhao Lijian sepertinya menjawab kritik media asing yang terus memojokan Tiongkok dari wabah mematikan itu. 

Sayangnya, jawaban Zhao Lijian tidak terbukti. Bahkan menuai reaksi warga. Mereka berupaya mengkritik dengan nada sarkasme yang tak jarang juga absure. Ini cara untuk menghindari sensor dari pemerintah Tiongkok.    

Fakta terbaru, Shanghai kini terjadi pengucian selama 5 minggu. Netizen semakin kreatif dalam memberikan kritik. Ekspresi melalui postingan dipenuhi dengan ironi dan sarkasme.

BACA JUGA:Warga Beijing Panic Buying Setelah Pemerintah Adakan Tes Covid-19 Massal 

”Di Shanghai, orang-orang tertawa diam-diam. Merekas serasa dipenjara saat ini," ucap warga Beijing yang meminta namanya tidak disebutkan kepada Reuters, Kamis 28 April 2022.

Warga tersebut selanjutnya membandingan Tiongkok dengam AS yang terus terjadi defisit penurunan angka kematian dan sebaran Covid-19. 

"Ambil cermin dan lihat bagaimana Anda memperlakukan orang-orang Anda sendiri. Orang-orang di Shanghai kekurangan makanan dan obat-obatan, Anda menutup kota dengan mudah. Di Amerika, orang-orang telah lama belajar untuk hidup dengan virus," ucap warga lain yang lagi-lagi enggan disebutkan identitasnya. 

BACA JUGA:Ketika Beijing Berubah Menjadi Begging 

Sementara itu di Weibo sebuah aplikasi mirip Twitter, memposting gambar dengan sensor. Dengab tagar resmi lainnya untuk melampiaskan rasa frustrasi mereka. Sayang postingan tersebut buru-buru dihapus.

Penyensoran media sosial di Tiongkok seperti permainan kucing dan tikus. Netizen mencoba untuk selangkah lebih maju dari sensor pemerintah. 

”Tetapi ketika volumenya tinggi postingan tersebut, maka tak lama bisa dihapus. Apalagi mencoba-coba mecibir pemerintah. Sulit nitizin menghidari sensor,” kata aktivis Jamestown Foundation Dr Willy Lam, sebuah think-tank yang berbasis di Amerika Serikat.

Kategori :