JAKARTA, DISWAY.ID-Penderita hipertensi diduga karena merokok meningkatkan 10 persen dari tahun 2020 ke 2021.
Hal itu disampaikan langsung Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan penyakit Sudin Kesehatan Jakarta Barat, Arum Ambarsari, Selasa, 31 Mei 2022.
"Dari se Indonesia diduga ada jumlah peningkatan perokok di tahun 2021 yang didiagnosa hipertensi itu ada 10 persen," jelas Arum Ambarsari kepada media.
Arum mengatakan setiap tahunnya pihak Sudin melakukan pemeriksaan kesehatan kepada 1,8 juta orang dari usia 15 sampai dengan 59 tahun.
Dengan adanya kondisi tersebut, Arum beserta jajarannya berupaya untuk menurunkan tingkat kebiasaan merokok warga Jakarta Barat.
BACA JUGA:Pendapatan Cukai Rokok Tembus Rp 76,29 Triliun per April 2022
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi ke setiap tempat sarana umum.
"Di sekolah-sekolah dan area publik dan kita terapkan beberapa kawasan bebas merokok dan area perkantoran juga bebas merokok. Jadi kalau ada yang merokok Kita sediakan tempat yang tidak tertutup," jelasnya.
Sebelumnya, sosialisasi untuk berhenti merokok sudah pernah dilakukan dari puskesmas. Mereka juga pernah membuka layanan berhenti merokok.
"Kita buka layanan berhenti merokok disitu kita konseling dan kita lihat alat analyzer untuk melihat kadar monoksida dalam tubuh sudah dalam keadaan bahaya atau belum," katanya.
BACA JUGA:Terungkap! Alasan Banyak Perokok Tak kena Kanker Paru-paru, Ternyata Ini Penyebabnya...
Pada tahun 2020, jumlah warga yang terkena hipertensi sebanyak delapan persen dari 1,8 juta orang.
"Itu ada di kisaran 8 persen memang ada peningkatan tapi kita belum bisa pastikan berapa persen dari perokok ya," imbuhnya.
Ia berharap dengan upaya tersebut angka pengidap hipertensi karena rokok di tahun ini bisa turun.
"Untuk tahun ini belum bisa dipastikan datanya karena masih dalam proses pendataan. Kita berharap ada penurunan," jelas dia.