Belajarlah dari Tragedi KwaZulu-Natal

Senin 18-04-2022,05:07 WIB
Editor : Syaiful Amri

”Kami menangani bencana ini dengan tingkat keseriusan yang diperlukan," katanya, seraya mencatat bahwa kunjungannya akan membantu memutuskan sumber daya apa yang perlu disalurkan ke distrik-distrik yang dilanda banjir.

Tetapi penduduk mengatakan lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mempersiapkan bencana sebelum terjadi, daripada hanya menanggapi setelahnya.

”Kami membutuhkan perencanaan kota yang lebih baik," kata Rex Hunt, seorang aktivis yang bekerja di rehabilitasi narkoba dan skema pemberian makan di pemukiman informal di utara Durban.

Ada arus besar orang ke permukiman informal perkotaan yang putus asa untuk bekerja. 

”Dan kami harus beradaptasi. Kami membutuhkan manajemen dan pemeliharaan sistem perumahan dan sanitasi yang tepat," kata Hunt dari kantornya.

Tumbuhan hijau

Afrika diperkirakan memiliki pertumbuhan perkotaan tercepat di dunia pada tahun 2050, menurut Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). 

Tapi Trisos menyebut permukiman informal menawarkan peluang bagus untuk beradaptasi dengan risiko banjir yang meningkat.

“Ada peluang karena banyak permukiman informal yang belum tertutup aspal, jadi kami masih bisa menciptakan infrastruktur hijau,” dari taman kota yang menyerap air hingga sungai yang lebih baik, katanya.

Peneliti perkotaan di perusahaan desain Arup baru-baru ini menilai kapasitas menyerap air kota-kota di seluruh dunia sangat minim lantaran tertutup aspal dan beton.

Standar bangunan yang baik yang mempertimbangkan topografi daerah dan termasuk sistem drainase air yang kuat juga penting untuk mengatasi banjir di masa depan.

Kemajuan ekonomi, sosial dan lingkungan semua perlu bergerak maju bersama, atau berisiko gagal.

”Kontribusi Afrika Selatan untuk mengurangi pemanasan global sangat penting, maka belajarlah dari peristiwa hujan masih mengguyur KwaZulu-Natal " pungkas Trisos.

 

 

Kategori :