Foto Kemesraan Puan-Anies di Formula E Representasi Teuku Umar-Istana? Ini Jawaban Para Pakar

Minggu 05-06-2022,20:55 WIB
Reporter : Syaiful Amri
Editor : Syaiful Amri

Mungkin saja, sambung dia, merak yang tidak datang di Formula E kali ini mungkin akan hadir di Formula E tahun depan. “Mungkin ya, mungkin nanti ada Formula Esemka,” sindir Efendi Gazali.  

Menanggapi pertanyaan seputar makna dari foto yang beredar termasuk ketidakhadiran sejumlah petinggi partai dan kepala daerah seperti Ganjar Pranowo, dan Menteri BUMN Erick Thohir, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, secara tegas mengatakan, Formula E merupakan proyek Mercusuar Anies Basewedan. 

Kehadiran Presiden Jokowi, sambung Adi Prayitno membuktikan bahwa Formula E tidak dianaktirikan. Penegasan ini pun disampaikan Presiden kepada awak media.

BACA JUGA:Munaslub Kendaraan 

“Ini (Formula E) kan wajah Indonesia di mata internasional. Maka Jokowi datang. Terlepas bergemuruhnya pandangannya yang ada, cebong dan kampret tetap terbelah, dengan dihadap-hadapkannya mbak Puan dengan Jokowi. Di depan mesra foto-foto bareng, di belakang kita mana tahu," tutur Adi.    

Lalu mengapa ada kesan politiknya? Adi menjawab karena ini adalah Mercuar Anies Baswedan, berbeda dengan yang terjadi di Mandalika. 

“Hilir-mudik mereka (Menteri dan Gubernur, red) menyaksikan, sampai ada yang ikut pasang bendera. Wajar ketika saat ini (Formula E) diblok, ini kan hajatannya Anies, arah dan nuansanya berbeda dengan di Mandalika,” tutur Dosen Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah itu.  

Formula E sambung Adi, banyak orang tidak tahu. Berbeda dengan balapan atau olahraga lainnya. Formula E seperti berada di ‘Menara gading’. 

“Formula E seperti perjudian Anies. Bisa, karena karena gengsi yang ingin dia klaim,” tandasnya.

Maka, lanjut Adi, tidak salah jika ada sudut pandang atau anggel yang berbeda-beda memaknai kehadiran mereka di Formula E.

 “Ada kemesraan, tapi disi lain mewakili pula representatif keterbelahan antara Teuku Umar (Megawati) dan Istana (Jokowi). Itu  yang beredar selama ini,” tutur Adi.

Keterbelahan yang dimaksud Adi, lebih pada sisi siapa yang akan ditetapkan sebagai Capres nantinua, dengan latarbelakang nasionalis dan keterwakilan Islam. 

“Kecenderungan saat ini NKRI dan non NKRI. Tinggal bagaimana menerjemahkannya. Karena dalam Pilpres bukan partai politik yang dipiih, tapi figur,” jelas Adi.

 

 

Kategori :