Berbagai upaya promosi kesehatan dilakukan tim, mulai dari kampanye #jangantungguhaus dari awal sebelum keberangkatan jemaah haji.
Selain itu juga seruan terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri terutama saat keluar pondokan dan beribadah.
Selain itu juga adanya kampanye untuk minum obat teratur bagi jemaah haji risti dan memiliki komorbid.
BACA JUGA:Tak Ada Penembakan Antar Polisi Brigadir J dan Bharada E, Kuasa Hukum: ‘Hanya Sekadar Narasi’
''Untuk menjaga jemaah tetap sehat dan mencegah atau memperburuk kekambuhan,'' ujarnya.
Sedangkan dari sisi kapasitas tenaga kesehatan, dilakukan melalui penguatan formasi 30, dimana setiap 30 jemaah paling risti di masing masing kloter harus selalu didampingi oleh Tenaga Kesehatan Haji (TKH) Kloter.
Ada juga screening atau pemeriksaan ulang serta kontrol rutin bagi jemaah haji risti di tiap tiap kloter.
BACA JUGA:Hotman Paris Meradang Hingga Somasi dr Richard Lee dan Seorang Selebgram
BACA JUGA:Banyak Kejanggalan, Keluarga Desak Jenazah Brigadir J Diautopsi Ulang, Kuasa Hukum: Jangan-jangan...
Pihaknya juga meminta agar kerjasama yang baik dapat terus terjalin sehingga angka kesakitan dan kematian jemaah dapat terus terjaga.
''Jika dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya, ini sesuai dengan yang kami prediksikan. Mudah mudahan dengan kerjasama berbagai pihak angka 1 per mil bisa kita jaga,'' kata dr. Budi.
Dilansir dari kemkes.go.id, pihaknya juga mengusulkan untuk rekomendasi kebijakan haji di tahun mendatang, perlu adanya rekomendasi dari Tenaga Kesehatan haji (TKH) Kloter bagi jemaah yang akan menjalankan ibadah sunnah.
''Jika dimungkinkan ke depannya, untuk ritual ibadah sunnah, para KBIH membawa jemaah konsul dulu ke dokter kloter untuk mendapatkan izin. Sehingga betul-betul jemaah sehat yang bisa lakukan ibadah sunnah,'' ucap dr. Budi.