Kanani berkata bahwa pihak Washington harus menunjukkan bahwa mereka siap untuk kesepakatan yang wajar, logis dan akan berlaku untuk jangka panjang.
Dilansir dari dailymail.co.uk, perjanjian yang dibuat pada tahun 2015 tersebut memberikan keringanan sanksi pada Iran dengan imbalan pembatasan program atomnya untuk menjamin bahwa Iran tidak dapat mengembangkan senjata nuklir.
Tetapi setelah AS menarik diri dari perjanjian itu pada tahun 2018 di bawah presiden Donald Trump, dan penerapan kembali sanksi ekonomi oleh Washington, mendorong Iran untuk mulai membatalkan komitmennya sendiri.
BACA JUGA:Sanksi ke Rusia Diperlonggar, Inggris dan UE Mulai Menyerah, Nih Buktinya
BACA JUGA:Kopda Muslimin Tinggalkan Surat Wasiat di Saku Celana, Tulis Sendiri Sebelum Tewas Minum Racun
Sejak itu, Iran telah meningkatkan tingkat pengayaan uranium, mencapai tingkat 60 persen, jauh di atas batas 3,67 persen yang ditetapkan dalam kesepakatan.
Wakil kepala Organisasi Energi Atom Iran Behrouz Kamalavandi mengatakan kepada TV pemerintah pada Senin malam bahwa organisasi tersebut telah mulai memasukkan gas ke dalam 'ratusan' sentrifugal baru, termasuk IR-6 yang canggih.
Kamalavandi menambahkan bahwa Badan Energi Atom Internasional (IAEA) 'telah diberitahu tentang tindakan ini', tanpa menentukan berapa persentase pengayaan itu.