Bahkan jika merujuk pada Surat Tugas PBNU Nomor 925/A. II/03/6/1998 tanggal 27 Shofar 1419/22 Juni 1998, maka justru alur logika penulis inilah yang sinkron dengan Surat Tugas tersebut.
Dengan Surat tersebut berarti NU merespon kebutuhan zaman dengan melahirkan partai politik, dan PKB adalah adalah satu-satunya partai yang lahir dari rahim NU. Karena itu, “PBNU Wajib Mengamanahkan Warga NU Menjadi Ber-PKB, Inilah yang Semestinya”, demikian tegas penulis di Bab 2.
Tentu ada banyak alasan besar dan tujuan yang strategis kenapa langkah itu perlu diambil. Di antaranya adalah soal dakwah. Menurut penulis, perlunya politik praktis (politik kekuasaan) demi masa depan akidah ahlus sunnah wal jama’ah (Bab 10).
Selain memberikan landasan dan arahan terkait hubungan NU-PKB yang semestinya, buku ini juga menjadi bacaan segar bagi generasi muda.
Di alam keterbukaan informasi seperti sekarang, semakin banyak jumlah generasi muda yang mengidealisasikan perubahan Indonesia masa depan. Hal ini sangat positif asalkan diwujudkan ke dalam cara-cara yang kuat dan cerdas (al-mukmin al-qowi).
Dalam arti bahwa idealisasi tersebut diwujudkan ke dalam kesadaran untuk berpolitik dengan memenuhi rentetan persyaratannya. Misalnya, antara lain membekali diri dengan pengalaman politik, ilmu politik, terjun di gerakan politik, memiliki visi politik, dan masuk ke partai politik. Menurut penulis, sekarang ini sudah tidak relevan lagi jargon Cak Nur: Islam Yes, Partai Islam No (Bab 6). Bahkan khusus untuk warga NU, saatnya hari ini mengangkat kalimat yang sama: NU Yes, Politik NU Yes (Bab 8).
Jangan sampai idealisasi perubahan tersebut hanya dimuntahkan ke dalam cara-cara orang lemah yang hidup dengan khayalan: banyak bicara perubahan di ruang hampa, ribut sendiri dengan sesama, di grup WA, tidak melakukan apa-apa, dan ini semua berbahaya. Selamat membaca!
*) Penulis adalah Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Wakil Ketua DPR RI