Nah, jika PDIP tetap memaksakan Puan untuk maju bertarung dengan Prabowo dan Anies, maka data survei menunjukkan Puan tertinggal jauh dan tidak kompetitif.
Puan tidak memiliki kemampuan untuk menyalip Prabowo dan Anies, apalagi Ganjar Pranowo yang notabene kader PDIP.
“Jika Puan yang dicalonkan, sangat jauh gapnya. Akan sangat berat,” jelasnya.
BACA JUGA:Capres 2024 Gerindra Sudah Pasti Prabowo Subianto, Cawapresnya Muncul Beberapa Nama
Kok bisa? SMRC ternyata memiliki hasil simulasi. Ada tiga kandidat yang maju dalam Pilpres mendatang yakni Puan Maharani, Prabowo dan Anies.
"Puan hanya mendapat 10,1 persen bahkan turun 7,8 persen. Untuk Prabowo Subianto dari 40 persen menjadi 40,2 persen sedangkan Anies yang awalnya 28,1 persen menjadi 27,5 persen," jelasnya.
Lalu apa risikonya jika Puan Maharani tetap dipaksakan maju sebagai capres.
Kerugian bagi PDIP pertama, kemungkinan kalah sangat besar. Kedua, untuk bangkit lagi memenangkan Pemilu dan Pilpres juga sangat besar.
BACA JUGA:Pilgub DKI Jakarta 2024, Pengamat: Saya Lihat Gerindra Bakal Gaet Gibran dan Usung Ahmad Riza Patria
"Artinya harapan PDI Perjuangan untuk memiliki presiden lagi menjadi susah," jelas Saiful.
Beda persoalan jika PDI Perjuangan mencalonkan Ganjar Pranowo. Kemungkinan besar PDI Perjuangan akan memenangi kontestasi Pilpres 2024.
Menurut Saiful jika dalam simulasi tiga tokoh itu nama Puan dikeluarkan dan Ganjar yang masuk untuk melawan Prabowo dan Anies, hasilnya suara Ganjar mengalami kenaikan dari 25,5 persen pada bulan Mei 2021 menjadi 32 persen pada bulan Agustus 2022.
Sementara itu, Prabowo melemah dari 34,1 persen menjadi 30,8 persen dan Anies relatif stabil dari 23,5 persen menjadi 21,9 persen pada periode yang sama.
Dalam survei Februari sampai Maret 2021, ada 60 persen warga yang tahu Puan menyatakan suka padanya. Pada survei terakhir Agustus 2022 mengalami penurunan menjadi 44 persen.
"Tingkat penerimaan publik kepada Puan rendah dan cenderung melemah," jelasnya.