JAKARTA, DISWAY.ID-- Insiden kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang hingga menyebabkan kematian sebanyak 129 orang, menjadi perhatian serius Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD.
Diungkap Mahfud MD, insiden kerusuhan di Stadion Kanjuruhan tersebut bukanlah bentrok antar suporter Arema FC dan Persebaya.
Tidak disebabkan antar suporter, menurut Mahfud MD, saat tejadi kerusuhan laga di stadion Kanjuruhan lantaran tidak dihadiri suporter Persebaya alias Bonek.
"Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antar-supporter Persebaya dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu supporter Persebaya tidak boleh ikut menonton. Supporter di lapangan hanya dari Arema," kata Mahfud dalam pesan singkat yang beredar, Minggu 2 Oktober 2022.
Mahfud mengungkapkan para penonton sepak bola di Stadion Kanjuruhan yang menjadi korban umumnya meninggal dunia akibat desak-desakan, saling himpit, terinjak, hingga mengalami sesak nafas.
Sedangkan terkait insiden kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu 1 Oktober 2022 malam, Polda Jawa Timur telah memberi penjelasan.
Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta didampingi oleh Ketua DPRD Provinsi Jatim, Pejabat Utama Polda Jatim dan Forkopimda Kabupaten Malang menggelar konferensi pers pasca terjadinya kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang
Konferensi pers untuk memberikan penjelasan lebih lanjut terkait insiden kerusuhan, digelar di Lobby Mapolres Malang.
BACA JUGA:Perintah Tegas Ketum PP ke Kader Jika Anies Baswedan Capres 2024
Irjen Pol Nico Afinta menjelaskan, awal mula insiden kerusuhan di Stadion Kanjuruhan bermula saat laga pertandingan antara Arema Vs Persebaya dengan kekalahan Arema skor 2 : 3 oleh Persebaya.
Hal tersebut memicu suporter Aremania yang berada di tribun masuk ke dalam lapangan untuk mengejar pemain dan official Arema.
Petugas yang saat itu tengah bertugas mengamankan laga pertandingan berusaha menghimbau aremania untuk kembali ke tribun, namun tidak diketahui kenapa, massa semakin anarkis sehingga menyebabkan 2 petugas kepolisian meninggal dunia.
Kemudian petugas melakukan tembakan gas air mata ke arah massa.
Korban dari aremania yang meninggal di rumah sakit mayoritas nyawanya tak tertolong karena sudah dalam kondisi memburuk setelah kerusuhan yang terjadi.