THAILAND, DISWAY.ID - Tubuh Panya Kamrab ditemukan terbujur kaku. Ia terbaring tak jauh dari sisi anak, dan istri yang baru saja dibantainya.
Mantan polisi yang gemar menelan pil metamfetamin itu kini dikenang sebagai pelaku kejahatan terbesar di Thailand. Paling sadis.
Frustasi, atas dendam terhadap kemiskinan, larut dalam keputusasaan usai dipecat dari kepolisian, menjadi background aksi pembantaian sadis yang dilakukan Panya Kamrab di tanah kelahirannya Desa Tha Uthai, Provinsi Nong Bua Lam Phu, Thailand.
Sebelum ia membunuh 36 orang, termasuk 22 anak-anak yang ditikam ketika tengah tidur, mantan sersan polisi di Thailand itu sempat menembakkan senjata di halaman belakangnya.
Selama beberapa malam. Suara pistol 9mm Panya Kamrab, pria yang berusia 34 tahun memecahkan keheningan di Desa Tha Uthai yang sepi. Berulang-ulang.
Pembantaian itu seperti pertunjukan kekerasan terbaru dari mantan perwira polisi, yang selama ini dikenal sukses di desanya namun tertutup.
“Bagaimana kami akan melaporkannya ke polisi? Dia polisi,” kata Phuwan Polyeam, 29, yang tinggal dekat dengan kedua anaknya, seperti dilansir Disway.id dari Reuters, Rabu 12 Oktober 2022.
Panya Kamrab membunuh 36 orang. Ia mengamuk selama tiga jam di kampung halaman tempat dia dilahirkan. Menembak, dan menikam tetangga sampai mati, termasuk seorang teman masa kecilnya.
Ke-22 anak korban di panti asuhan itu adalah anak laki-laki dan perempuan berusia dua hingga lima tahun. Tujuh orang kini berada di rumah sakit. Kritis.
Kekerasan paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir dan ini peristiwa mengejutkan di Thailand. Pihak berwenang awalnya menyalahkan obat-obatan. Panya digambarkan oleh polisi sebagai pengguna pil metamfetamin. Ia dipecat pada Januari karena kepemilikan narkoba.
Namun otopsi tidak menemukan jejak obat-obatan dalam sistem Panya pada hari pembunuhan, Kamis pekan lalu, kata polisi.
Wakil kepala polisi Thailand, Jenderal Surachat Hakparn, mengatakan bahwa kekerasan tersebut diakibatkan oleh “ledakan emosi”. Menunjuk pada pemecatannya dan masalah hukum, uang, dan keluarga.
Pergerakan Panya sebelum peristiwa itu pecah tidak jelas. Dikhawatirkan ada korban lain di lokasi yang berbeda. Apalagi polisi belum merilis laporan yang komprehensif.