Panya tidak menembak. Sebaliknya, dia mengemudi ke persimpangan di mana dia menabrak sekelompok orang tadi. Ia keluar dari truknya, dan menikam sekelompok orang. Tiga meninggal dan beberapa terluka.
Dari sana ia berkendara ke kompleks administrasi di mana Pusat Pengembangan Anak Uthai Sawan, sebuah gedung satu lantai berwarna merah muda, terletak di sebelah kantor pemerintah.
Para guru di taman kanak-kanak telah menyuruh anak-anak untuk tidur siang pada saat Panya tiba sekitar pukul 12.30.
Entah apa yang melatarberlakangi. Panya tiba-tiba menyerang orang-orang di halaman, menembak beberapa orang, menebas dengan pisau panjang yang digunakan petani untuk memotong tanaman. Sadis.
Beberapa orang terbunuh di sana. “Semuanya terjadi begitu cepat, darah di mana-mana,” kata pekerja kantor Kittisak Polprakap (29).
“Saya melihat yang terluka dan mati duduk bersama di meja seolah-olah tidak ada yang terjadi,” ujarnya.
Orang-orang berlari. Dua karyawan wanita, Jidapha Boonsom (48) dan Saowaluk Keeta (25) berlari ke kantor sambil melihat ke kamar bayi. Beberapa staf menelepon polisi tetapi diberitahu bahwa mereka sibuk di tempat lain.
Panya menembak dua kali di pintu kamar bayi dan menendangnya hingga terbuka. Selama sekitar 20 menit, dia pergi dari kamar ke kamar, menembak guru dan menyayat anak-anak dengan parang.
Beberapa guru melarikan diri melewati tembok tetapi tidak dengan Supaporn Pramongmook (26) yang sedang hamil delapan bulan.
Guru lain, Maliwan Lasopha, mencoba memohon kepada Panya. Mereka pernah bermain bersama sebagai anak-anak.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Maliwan. Pelaku tidak menjawab. Pekerja kantor mengatakan Panya muncul dengan tenang memegang pisau dan pergi.
Seketika berita kekerasan menyebar, disertai foto-foto yang muncul di media sosial. Suwimon Sudfanpitak, bibi dari salah satu anak yang terbunuh hari itu, bergegas ke kompleks untuk melihat dua mayat di luar kamar bayi.
“Gurunya datang untuk meminta maaf, mengatakan tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan anak-anak,” ucap saksi mata.
Satu-satunya anak yang keluar dari kamar bayi tanpa cedera, seorang anak berusia tiga tahun bernama Ammy, dibawa dengan selimut menutupi matanya.
Setelah mengemudi kembali ke lingkungannya, Panya didekati oleh seorang tetangga. “Apa yang sedang kamu lakukan?” pria itu bertanya. “Aku di sini untuk membunuhmu,” jawab Panya.