Sersan Panya Kamrab

Kamis 13-10-2022,04:31 WIB
Reporter : Syaiful Amri
Editor : Syaiful Amri

Jenderal Surachat mengakui respon polisi lambat. Petugas telat untuk menghentikan pembunuhan. Padahal sudah ada kabar pelaku memiliki senjata api. “Kalau ada penangkapan, mungkin ini tidak terjadi,” katanya.

BACA JUGA:Jurnalis CNN Coren dan Hodge Segera Dideportasi dari Thailand, Ini Alasannya

Dari Provinsi Miskin

Nong Bua Lam Phu adalah provinsi timur laut miskin. Namun subur dengan sawah dan tebu. Panya Kamrab dibesarkan di desa terpencil Tha Uthai dan menamatkan kuliah hukumnya di universitas terkemuka di Bangkok.

Dia kemudian mendapat pekerjaan di polisi, bekerja di beberapa lingkungan terkaya di ibu kota. Namun pada tahun 2020, ia tiba kembali ke rumah. Baru saja bercerai, ia pindah dengan seorang wanita yang bekerja di sebuah bar karaoke dan putranya.

Dia bekerja di kantor polisi, tetapi pada bulan Januari 2022 dipecat karena narkoba. Rekan-rekannya mengatakan dia pemarah dan suka berkelahi.

Ada tanda-tanda lain yang mengganggu. Seorang tetangga mengatakan dia mengunci pacarnya dan putranya di dalam ketika dia keluar.

Wakil kepala desa setempat juga menyebut bahwa Panya memuji pembantaian 29 orang tahun 2020 di provinsi lain di tangan seorang tentara. Ia mengatakan bahwa dia akan membunuh lebih banyak lagi. Sayang pria itu enggan disebutkan namanya.

Tetangga lain mengatakan bahwa beberapa hari sebelum mengamuk, kepala desa memperingatkan Panya tentang perilakunya. “Mereka berdebat dan kepala desa takut,” kata tetangganya, Suwan Tonsomsen.

Sehari sebelum Diadili

Sebelum hari pembantaian, Panya memiliki janji untuk datang ke pengadilan setempat atas tuduhan narkoba. Putusan itu jatuh tempo pada hari berikutnya, atau tepatnya pada hari pembantaian.

Menjelang subuh, para tetangga mendengarnya berdebat dengan pacarnya di rumah kecil mereka di pinggir desa.

Setelah keributan terjadi ia keluar dari rumah. Saat berbelok di tikungan, dia menabrak seorang pria yang mengendarai sepeda motor di luar sebuah toko kecil. “Dia menurunkan kaca jendela dan menembaknya,” ujar saksi mata Sombat Rattani, yang mengelola toko.

Pria yang terluka parah itu merangkak menuju toko, memohon bantuan, kata Sombat. Dia melihat sekilas Panya melalui jendela, pistolnya menunjuk ke arahnya, dan mengira dia akan mati. Mereka saling mengenal. Panya sering membeli air dari tokonya.

Kategori :