Kendati menyebut anggota Polri, namun Novel enggan menyebut sosok aslinya.
"Saya sulit menuduh salah satu, bisa saja dia berkolaborasi, sebetulnya beking-beking orangnya itu-itu aja," ucap Novel.
Alasan Novel enggan menyebut sosok asli penyiramnya, hal itu menurutnya bisa jadi tuduhan.
Ia seolah tidak mau gegabah dalam kasus penyiraman air keras ini.
BACA JUGA:Respons Jisung NCT Dream Saat Dipanggil Hyung Buat Fans Gemas Fans!
"Ketika saya menuduh sesuatu saya punya beban pembuktian, yang kedua ketika saya menyebut salah satu, ketika ternyata mereka kolaborasi itu kan bisa menyenangkan pihak lain, dan itu gabaik," ujar Novel.
"Tapi yang pasti itu berhubungan dengan perkara yang saya tangani secara pararel," tandasnya.
Namun Novel berharap agar kasus ini tidak dibawa ke ruang gelap dan dilupkan.
"Karena perbuatan jahat seperti kalau berhasil lolos atau tidak diungkap, maka kita sebenarnya sedang mendukung perbuatan itu dilakukan di kemudian hari," tegasnya.
BACA JUGA:Program Ekonomi Biru Harkannas 2022 dari KKP di Parigi Moutong
Sebelum peristiwa penyiraman air keras, Novel Baswedan tengah menangani kasus suap hakim konstitusi Patrialis Akbar dari Direktur CV Sumber Laut Perkasa, yakni Basuki Hariman.
Kisah Pelik Mantan Penyidik KPK, Novel Baswedan dengan Kasus Buku Merah Basuki Hariman-@novelbaswedanofficial-Instagram
Nama Basuki Hariman juga sempat heboh karena dikaitkan dengan skandal buku merah.
Buku merah itu jadi pesoalan karena diduga dirusak oleh 2 penyidik KPK dari anggota Polri.
Buku merah itu merupakan terkait keluar-masuknya uang dari Hariman.
Diduga ada nama Tito Karnavian dalam buku merah tersebut.