Dari pemeriksaan genome sequencing dapat diketahui kenaikan dari kasus Covid-19 bukan disebabkan oleh mobilitas atau hari besar melainkan akibat adanya virus varian baru.
Sejak awal 2021 kasus Covid-19 naik karena varian Alpha, selanjutnya varian Delta, diikuti varian Omicron yang kasus hariannya hampir mencapai 60 ribu.
Pada berbagai negara-negara lain terjadi juga dua gelombang besar yaitu ketika adanya varian Omicron BA.4 dan BA.5 di sekitar bulan Juli-Agustus, juga varian BQ.1 dan XBB .
Berkat upaya genome sequencing, Indonesia tidak mengalami kenaikan tinggi pada 2 gelombang tersebut.
''Jadi kita yakin dapat mengendalikan Covid-19 dengan baik karena kita tahu cara cepat dalam mengidentifikasi musuhnya apa, varian barunya apa melalui genome sequencing,'' ucap Menkes.
Pemeriksaan dengan genome sequencing sudah ditata di lebih dari 12 laboratorium di seluruh Indonesia.
''Jadi genome sequencing kayak 'radar'nya ini setiap hari di monitor kalau ada varian-varian baru,'' ungkap Menkes Budi.
BACA JUGA:Ford Pecat 3.200 Karyawan Setelah Tesla Turunkan Harga Mobil, Material Baterai Salah Satu Penyebab
Selain mengetahui variannya, kita mesti tahu juga daya tahan imunitas masyarakat Indonesia.
Indonesia merupakan satu dari beberapa negara di dunia yang mengukur kekuatan daya tahan imunitas tubuhnya.
Selama 6 bulan dari Januari 2022, Kemenkes telah mengukur imunitas masyarakat melalui metode Sero Survey.
Hasilnya 87 persen rakyat Indonesia sudah punya daya tahan atau imunitas di level 400-an.
6 bulan berikutnya dilakukan lagi Zero Survey dan hasilnya naik jadi 98,5 persen masyarakat Indonesia sudah memiliki daya tahan imunitasnya di level 2000-an.