Biang Kerok Gerai Ritel Berguguran
Fenomena tutupnya sejumlah gerai ritel di Indonesia seperti Transmart milik konglomerat Chairul Tanjung mencuri perhatian sejumlah kalangan, salah satunya Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo).
BACA JUGA:Maling Bobol Kantor Ekspedisi SiCepat Terlacak Polisi dari Transaksi ATM dan HP Admin
BACA JUGA:Kemenangan MU Meningkat Pasca Kepergian Ronaldo, Erik ten Hag: Kami Tak Terpengaruh dari Apapun!
Staf Ahli Hippindo, Yongky Susilo, mengaku cukup sedih melihat keadaan hipermarket saat ini. Padahal dulunya hipermarket cukup terkenal lantaran memiliki ciri khas, seperti misalnya dari makanan ataupun merchandise non-food sehingga menarik perhatian konsumen, terutama kelas menengah.
“Nah, dari dulu sampai hari ini nggak ada yang berubah formatnya, mainnya cuma bajak barang, perang harga. Dulu waktu pertama kali muncul ada perbedaan, ada makanan, ada tempat musik, tapi lama-lama ini sudah lebih dari 10 tahun, sudah 20 tahun lebih mereka nggak berubah,” kata Yongky Selasa 31 Januari 2023.
Menurut dia, hipermarket sekarang tak banyak berevolusi dan masih mengikuti pola lama seperti perang harga sehingga membuat konsumen menjadi bosan.
BACA JUGA:Market Test Yamaha EV E01 Kini Mampir di Medan, Mau Ikutan Test Ride? Begini Caranya
BACA JUGA:Ini Hasil Pertemuan Bripka Madih dengan Sosok Penyidik yang Minta 'Upah': Beliau Mengakui
Pola belanja konsumen saat ini pun sudah mulai berubah. Dari yang dulunya konsumen senang mendorong troli dan melihat-lihat barang, kini berubah, apalagi sejak adanya handphone yang bisa digunakan sebagai sarana berbelanja secara online.
Pengamat ritel itu kemudian mencontohkan dua perusahaan ritel yang berevolusi, yaitu Indomaret dan Alfamart. Indomaret sendiri memiliki sejumlah format, seperti Indomaret Fresh, dan Indomaret Point. Sementara Alfamart memiliki Alfamidi dan Alfa Express.
Demikian halnya dengan sejumlah supermarket yang ada di Indonesia. Dia menilai, supermarket lebih fresh lantaran ada restoran maupun produk lain yang terus berevolusi mengikuti tren yang ada.
Melihat kenyataan tersebut, Yongky meminta para pengelola hipermarket untuk mempelajari apa yang diinginkan para konsumen ke depannya dan mengganti format jadul tersebut.