Anshor Laris

Jumat 07-04-2023,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

WAKTU bermalam di kota Tabuk dulu sebagian pikiran saya di Gunung Kidul. Ke seorang remaja kelas tiga SMP. Sepulang dari Makkah saya harus menemuinya.

Maka di Safari Ramadhan ini, Selasa sore pekan lalu, saya ke Gunung Kidul. Saya mencari remaja itu ke sebuah desa sekitar 2 jam dari Yogyakarta. Ketemu. Rumahnya mewah –mepet sawah. Di sebuah pinggir sungai yang dua tahun lalu menimbulkan bencana banjir bandang.

Nama remaja ini sudah saya hafal sejak di atas bus selama 12 jam antara Madinah-Tabuk: Muhammad Yusuf Anshor. Di bus itulah saya berkenalan dengannya: lewat YouTube. Rasa bete kadang diperlukan untuk mengenal sesuatu yang baru.

Remaja Disway ini barang baru bagi saya: semuda itu kok sudah bagus memainkan wayang kulit. Ia sudah seorang dalang. Dari penampilannya ia sudah mengalahkan banyak yang lebih tua.

Sepanjang jalan bagian utara Arab Saudi itu saya pun menonton Anshor. Pikiran saya langsung ke dalang idola Seno Nugroho. Apalagi kalau Anshor lagi memainkan tokoh Bagong. Logat Bagongnya persis almarhum Seno.

Padahal Anshor bukan anak atau cucu dalang. Ayahnya seorang buruh. Serabutan. Di sebuah supermarket dekat desa itu.

Anshor sudah suka wayang sejak kecil. Banyak anak desa yang seperti itu. Orang tua mereka membelikan wayang yang terbuat dari karton.

Ibunda Anshor tahu anak kecilnya ingin juga punya wayang. Sang ibu tidak punya uang. Maka sang ibu sendiri yang membuatkan wayang dari bahan kertas untuk Anshor. Yakni tokoh Adipati Basukarno. Yang dibuat dengan pisau dapur dan gunting. Yang diwarnai dengan goresan krayon. Yang diisi roh lewat doa sang ibu.

Maka di mata si kecil Anshor, kertas Adipati Karno itu menjadi seperti benda hidup. Ia mainkan. Terus. Sampai lungset. Lalu dibuatkan tokoh lainnya. Ditiupkan lagi doa ibu ke ubun-ubun wayang itu. Anshor memainkannya siang malam.

Setelah masuk SD, Anshor mulai melihat wayang di YouTube. Ia, seperti juga anak muda lainnya, menyukai dalang Seno. Nonton penampilan dalang Seno itulah keasyikan Anshor di waktu kecil.

"Jadi, Anda belajar mendalang dari YouTube?" tanya saya.

"Iya," jawabnya.

Bukan main.

Setelah remaja barulah ia mendapat bimbingan dari dalang beneran. Dari Gunung Kidul sendiri. Namanya: Ki Sulis Priyanto. Ki Sulis merupakan sarjana pedalangan yang juga melakukan pendampingan desa budaya.

Saat ini, total, sudah sekitar 50 video penampilan Anshor di YouTube. Pemirsanya ratusan ribu. Banyak dalang lebih terkenal yang penggemarnya di bawah itu.

Berarti Anshor sudah laku dijual. Semua yang ada di YouTube itu adalah rekaman live streaming saat Anshor mendalang beneran di depan umum.

"Kapan kali pertama ditanggap?"

“Tiga tahun lalu. Ketika kelas 1 SMP," jawabnya.

Itulah kali pertama Anshor mendalang dapat bayaran. Yakni di sebuah pernikahan di desa itu. Baru itungan ratusan ribu rupiah.

Orang ternyata senang. Lihatlah suluknya, nyaris sempurna. Ketika mengucapkan dialog, Anshor bisa menyembunyikan suara remajanya. Suaranya begitu dewasa saat di pakeliran.

Keruan saja di kelas 3 SMP sekarang ini yang nanggap Anshor  sudah begitu banyak. "Lebaran hari kedua nanti pun sudah mendalang di sebuah acara perkawinan," ujar sang ayah. Kini sang ayah merangkap manajer Anshor. Mirip ayah penyanyi ''Ojo dibanding-bandingke'' Farel Prayoga.

Di hari Lebaran nanti itu bukan hanya di hari kedua yang di-book. Juga hari ketiga, keempat, kelima, ke enam dan ketujuh. "Enam hari berturut-turut," ujar sang ayah.

Begitu laris.

Sudah bisa pasang tarif. Inilah anak kelas 3 SMP yang sudah punya tarif Rp 30 juta/tampil semalam. Tentu itu harus dipotong sewa gamelan, honor penabuh dan sinden –penyanyi lagu-lagu Jawa.

Anshor telah jadi seniman Jawa yang membanggakan.

Setelah menonton lebih 10 penampilan Anshor di YouTube saya berkesimpulan anak ini punya bakat yang luar biasa. Tidak mudah menjadi dalang. Ia harus vokalis, komedian, teater, sinematograf, penari dan gabungan begitu banyak kesenimanan.

Waktu berjumpa di teras rumahnya, rumah bapaknya, saya sampaikan pertanyaan yang saya simpan sejak di jalan antara Madinah-Tabuk: mengapa tidak mengikuti jenis suara dalang Seno untuk tokoh Sengkuni. Saya tidak puas dengan suara Anshor untuk tokoh Sengkuni. Kurang pas. Kurang 'pengkhianat'.

Ternyata Anshor sengaja ingin membuat suara Sengkuni seperti itu. "Sengaja saya buat nggece," ujar Anshor. Saya tidak paham bahasa Gunung Kidul apa itu nggece. "Seperti suara dalang Hadi Sugito," ujarnya.

"Dalang terkenal dari Yogyakarta itu?" tanya saya.

"Iya," jawabnya.

"Lho, beliau kan sudah meninggal jauh sebelum Anda lahir?" tanya saya.

"Saya lihat di YouTube," jawabnya.

Saya senang berada di Desa Katongan, Nglipar, Gunung Kidul ini. Apalagi di senja hari seperti ini. Padi menghijau, langit memerah dan perut lapar puasa mencapai puncaknya.

Saya tidak mau merepotkan tuan rumah. Saya pamit menjelang saat berbuka puasa. Ibunda Anshor bergegas menyusulkan tas kresek plastik. "Bisa untuk berbuka di jalan," katanyi. Isinya lengkap sekali: empat botol air putih, ketela rebus, lepet dibungkus daun kelapa dan kacang rebus.

Saya pun menuju Yogyakarta. Bos Rich Hotel sudah menanti saya untuk makan malam di hotelnya yang gandeng dengan Yogyakarta Mall itu. Saya juga sudah janji untuk salat malam di masjid Jagakaryan dan disambung ke pondok Krapyak di dekatnya.

"Anda sudah punya jadwal begitu padat untuk mendalang. Masih tertarik meneruskan ke SMA?" tanya saya.

"Harus," jawabnya.

"Ke SMA mana?"

"Ke Madrasah Aliyah Negeri Wonosari," jawabnya.

Saya pun mengayunkan tangan kanan. Ia pun menyambut dengan menaikkan telapak tangan kanannya: toast! (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan  Edisi 6 April 2023: No Gag

Samsul Arifin
Jangan ada kata BLOKIR diantara kita. Biarkan tetap jalan silaturahmi virtual melalui TULISAN KOMENTAR di CHD walaupun kadang ada yang kosong seperti saya kemarin atau apapun bentuk komentarnya. Yang terpenting kita tetap bisa NGERUSUI Blog Abah DI ini... Salam Damai Dari Al Khoziny Buduran Sidoarjo 

Rasyid Farhan
Trump ditahan, judul Di cnbc... Ternyata isinya..... " Ditahan sebentar sebelum sidang dimulai " Wadaw, pantas heran koq Abah tidak menulis penahanan nya, akhirnya baru baca isi dari cnbc itu wkwkwkwkwk Beneran dont judge the book from its cover

Pryadi Satriana
Banyak sampah dibiarin. Admin bego. Orang bego mempekerjakan orang bego. Jadi, yg punya blog juga bego...

Liáng - βιολί ζήτα
@iMM Indonesia Markup & Maju, Saya pribadi, jauh lebih mengapresiasi comments yang keras sekalipun - mengkritisi tulisan Abah DI dengan sangat keras misalnya (walaupun saya pribadi sebenarnya tidak begitu sreg dengan gaya bahasa yang cenderung kasar misalnya) tetapi comments keras semacam itu setidak-tidaknya memberi wawasan baru bagi kita untuk berpikir lebih kritis. Ataupun comments berupa guyonan misalnya, sebagai selingan untuk bisa tertawa lepas, itu jauh lebih baik daripada comments anda. Comments anda yang sampai ribuan - tanpa isi... jauh lebih buruk daripada comments apapun... dan yang saya khawatirkan imbasnya akan merugikan Abah DI dengan penurunan jumlah pengunjung/pembaca CHDI.

iMM Indonesia Markup & Maju
Ada yang lurus tapi bukan tujuan. Ada yang keras tapi bukan kepala. Ada yang tegak tapi bukan keadilan. Ada yang mau ngerusuh tapi tak punya skill. 

Leong Putu
Hari kamis besok jumat / Kalau sabtu besoknya pasti minggu / Hujan gerimis berdua sungguh nikmat / Anak lagi sekolah tak ada yang mengganggu / ...... 365_mantun gerimis   

ahmad riza
Tulisan yang bikin ketawa dan ngajak berpikir khas Abah DIS. Dengan terpaksa saya memelototi uraian wikipedia terkait sejarah gag. Tadinya saya pikir gag ini ada hubungan dengan video lucu-lucuan. Rupanya tidak. Sejarah gag rupanya dimulai pada abad kesembilanbelas Amrik. Tepatnya tahun 1836-1844 saat U.S. House of Representatives menyatakan aturan gag ini sebagai serangkaian larangan menaikkan, mempertimbangkan, atau mendiskusikan ihwal perbudakan. 

thamrindahlan
Prediksi ; DT Bebas dari hukuman penjara. Bangsa Amerika pasti tidak mau sejarahnya tercoreng tinta merah. Bagaimanapun besar kesalahan seorang Mantan Presiden seyogyanya dimaafkan rakyat. 

Handoko Luwanto
Peluang DT untuk bebas dari semua perkara yg dituduhkan kepadanya masih amat besar. Asal dia mau ikuti step-2 di bawah ini : tuduh, t^eduh, te^guh, tegu^r, teg^ar, tega^s, te^bas, ^bebas.

Kategori :

Terkait

Selasa 24-09-2024,04:00 WIB

Berani Mati

Senin 26-08-2024,04:00 WIB

Damai Ahok

Selasa 20-08-2024,04:48 WIB

Akselerasi Yasonna

Rabu 07-08-2024,04:43 WIB

Pikul Agama

Minggu 21-07-2024,04:57 WIB

Terbaik Baru