"Ada pendapat sedikit sebenarnya itu dari ulama yang membolehkan hisab itu. Hukum asalnya tetap rukyatul hilal (melihat hilal).
Ustaz Syafiq pun menegaskan, penentuan awal Ramadhan dan bulan Syawwal amannya tetap berpatokan pada hukum asalnya, melihat hilal (rukyatul hilal).
"Apa sikap kita sekarang? Karena Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam sudah memberi patokan kepada kita, maka kita ikut itu.
"Kalau memang mendung nggak kelihatan, namun secara hitung-hitungan itu masuk, ya kita jaga puasa (lengkapi 30 hari).
"Loh, antum gimana puasa, ini Idul Fitri sudah, kadang-kadang seperti itu. Iya, itu Idul Fitri menurut hitungan (hisab).
"Menurut yang diperintahkan Nabi untuk melihat (hilal), belum (nampak)," imbuh Ustaz Syafiq.
Kata Ustaz Syafiq, jangan heran ketika melihat bulan di hari ketiga atau lebih, posisi bulan terlihat sudah besar.
BACA JUGA:Ferdy Sambo Cs Tak Hadir Dalam Putusan Sidang Banding di PT DKI Jakarta, Ini Alasannya
Jika itu terjadi, menurutnya, penentuan awal Ramadhan atau Syawwal sudah tepat mengikuti arahan Nabi.
"Makanya kadang kala, hari ketiga itu bulan itu sudah besar (pergeseran cahaya matahari terhadap bulan). 'Wohh iyo, kita kayaknya salah nih'. Ndak, ndak salah. Karena kita mengikuti arahan Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam.
"Kalau nggak kelihatan, kan, selesai, sama kalian nggak kelihatan, kan, aman. Memang ya sudah nggak kelihatan gitu, loh. Berarti kita lengkapi 30 hari.
"Tapi ini mendung. Mendung itu memungkinkan hilalnya ada dan secara hitungan mungkin lahir (nampak hilalnya). Tapi kita tetap ngikuti, lengkapi 30 hari," tukas Ustaz Syafiq.
Berlapang Dada
Ustaz Syafiq pun meminta agar umat Islam tetap berlapang dada, menghormati setiap terjadi perselisihan pendapat.