Mati Lagi
Bandara Kertajati--
Tidak ada taruhan yang lebih besar dari ini: menutup bandara Husein Sastranegara di Bandung demi menghidupkan bandara baru Kertajati di Majalengka, dekat Cirebon.
Hasilnya: yang mau dihidupkan mati lagi. Sudah hampir. Tepatnya: nyaris mati lagi.
Penutupan Husein itu, ibaratnya sudah seperti memberikan viagra terbaik bagi Kertajati. Toh tidak mampu bangkit.
Penerbangan-penerbangan yang sempat ''dipaksakan'' kembali harus terbang dari Kertajati satu per satu tutup lagi. Orang Bandung tidak mau terbang dari Kertajati. Pun setelah jalan tol Bandung-Kertajati dioperasikan.
Saya mendarat di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, bulan lalu. Sedih. Sepi. Itu kali pertama saya mendarat di Husein sejak penerbangan komersial ditutup di bandara itu. Begitu sunyi. Berbeda dengan hiruk-pikuk ketika bandara itu masih beroperasi. Saya lihat betapa besar penurunan aktivitas ekonomi di sekitar bandara. Bukan lagi turun, tapi hilang. Begitu banyak bisnis kecil yang tiba-tiba hilang.
Memang bandara Husein dianggap terlalu kecil bagi kota sebesar Bandung. Tidak bisa lagi dikembangkan. Statusnya pun milik TNI-AU. Cepat atau lambat bandara itu harus dipindah.
Ternyata pemerintah menempuh jalan cepat. Cepat pindah. Ke Kertajati –65 km dari Bandung.
Hasilnya begitu dramatis –sedihnya. Dalam keadaan ekonomi lagi lesu seperti ini penutupan bandara Husein patut ditangisi.
Setiap kali bertemu orang Bandung saya sering bertanya: mengapa tidak mau terbang lewat Kertajati.
"Bagi kami, orang Bandung, lebih cepat terbang lewat Halim. Jurusannya juga banyak," ujar Djoni Toat Mulyadi. Saya ngobrol panjang dengan Djoni di lantai 26 Hotel Westin, Kuningan, Jakarta. Sambil menunggu acara The 11th South Asia, Chinese Clans Friendship Conference yang diadakan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI).
"Apalagi sekarang ada Woosh," tambahnya. "Setengah jam sampai Halim," tambahnya.
Djoni, seorang Tionghoa mualaf, adalah pengacara. Juga pegiat sosial. Ia pernah punya banyak bisnis karaoke, night club, dan sejenisnya. Sekaligus di beberapa kota. Sejak ramai obat terlarang masuk tempat hiburan malam ia akhiri semua jenis bisnis itu.
"Kalau dilakukan jajak pendapat, lebih 100 persen menginginkan bandara Husein dibuka kembali," katanya.
Djoni mengingat betapa banyak turis belanja dari Singapura dan Malaysia yang datang ke Bandung. "Kita pun mudah kalau mau ke Singapura," katanya.
Bersama Djoni Toat Mulyadi--
Setelah itu saya ke Cirebon pekan lalu. Bank Indonesia Cirebon sedang mengumpulkan para pengusaha dan pejabat dari lima kabupaten/kota di wilayah kerjanya: kota Cirebon, kabupaten Cirebon, kabupaten Majalengka, kabupaten Kuningan dan Indramayu. Nama acaranya: Ngariung sa Ciayumajakuning 2024.
Ketika kali pertama jalan tol dari Jakarta tembus sampai Cirebon, ekonomi kawasan ini bergerak lebih cepat. Lalu mendatar lagi: sama dengan rata-rata nasional.
Lima daerah itu begitu berharap bandara Kertajati bisa jadi lokomotif bagi perekonomian setempat. Maka di sela-sela topik utama hari itu saya menyisipkan pertanyaan: siapa yang punya ide bagus agar Kertajati bisa hidup lagi.
"Hanya orang dari daerah ini yang mau sungguh-sungguh memikirkan kemajuan daerah ini," kata saya kepada mereka. "Orang di luar daerah ini tidak akan sungguh-sungguh membela daerah ini. Pun yang dari pusat," kata saya lagi.
Empat orang pun unjuk jari. Saya minta mereka naik panggung. Saya ingin mendengar ada ide apa dari orang-orang daerah sendiri.
"Pesawat yang mendarat di Kertajati mengeluh harga avturnya lebih mahal," kata salah satunya.
Saya tidak tahu kebenaran pendapatnya itu, tapi ia bilang begitulah adanya.
"Mestinya ada shuttle bus dari Bandung dan dari Cirebon," ujar satunya lagi. "Saya heran mengapa konektivitas seperti itu tidak dipikirkan," tambahnya.
Saya juga tidak tahu apakah saat penutupan bandara Husein tidak dibarengi pengadaan shuttle bus seperti dimaksud. Aneh juga.
"Kalau saya, rencana besar untuk kawasan ini harus dijalankan. Rencana itulah yang melatarbelakangi dibangunnya Bandara Kertajati," ujar pendapat ketiga.
Memang, dulu, pernah ada rencana besar, dengan nama besar: menjadikan Cirebon dan sekitarnya seperti kawasan ekonomi yang terintegrasi. Nama kerennya: Aglomerasi.
Ketika Bandara Kertajati selesai dibangun jangankan sudah dilaksanakan, wacananya pun tidak bergema lagi.
Dari pendapat-pendapat lokal itu, saya nilai, belum ada yang bernilai viagra. Baru kelas pasak bumi. Harga avtur memang penting. Shuttle bus juga penting. Tapi baru jadi faktor pendukung.
Sedang melaksanakan aglomerasi, Anda sudah tahu, rasanya masih seperti mengharap hujan di musim kemarau.
Yang hebat, Kertajati pernah ditolong dengan cara yang sangat merugikan masyarakat Bandung. Pun tidak berhasil. Sudah saatnya segera diputuskan: bandara Husein dibuka lagi. Mungkin dengan penerbangan lebih terbatas, tapi ada jalan keluar.(Dahlan Iskan)
Komentar Dahlan Iskan di Disway Edisi 17 Desember 2024: Perusuh Bocor
djokoLodang
-o-- KENA TILANG Doni-kecil menemani ibunya yang sedang mengemudi di jalan tol. Sang Ibu mencoba mengikuti sekelompok mobil yang melaju kencang melewati mobil tuanyi, tetapi tetap tertinggal di belakang mereka. Memperlambat laju mobilnyi, dia beralih ke jalur lambat dan membiarkan sekelompok mobil lain di belakang melewatinyi lagi. Saat melirik spidometer dia menyadari telah melaju melewati batas kecepatan. Bersamaan dengan itu dia mendengar sirene mobil polisi meraung-raung dan melihat, dari kaca spion, sebuah mobil polisi melaju di belakangnyi dengan lampu di kap yang menyala-nyala garang. Dia menepi ke bahu jalan, dan menghentikan mobilnyi. Mobil polisi itu berhenti tepat di depannyi. Seorang petugas polisi keluar dan berjalan mendekat. Ia berkata, “Bu, tahu kah Anda mengapa saya akan menilang Anda?” Dari samping ibunya, Doni-kecil langsung berteriak lantang: “Saya tahu! Itu karena Pak Polisi tidak mampu mengejar mobil-mobil yang ngebut itu!!” --koJo.-
Johan
Artikel hari ini saya melihat setidaknya ada dua hal cukup menarik yg nampaknya tidak berkaitan tapi bisa dikaitkan. 1. Mengundang 40 orang perusuh sedangkan tempat inapnya hanya bisa menampung tidak sampai setengahnya. Yang mengadakan acara antara kurang persiapan atau kurang niat. Alhasil ada sebagian besar yg tidak sempat menikmati masakan Bu Dahlan. Mungkin disengaja supaya penghematan. Ini soal menjamu perusuh yg tidak sedikit, ditakutkan ada yg terlalu nggragas. Laporan keuangan akhir tahun bisa tekor. 2. Ternyata ada tamu yg nggragas memang terbukti. Di kebun ada kulit rambutan berserakan tanpa tuan rumahnya tahu siapa yg makan. Sehingga menimbulkan kecurigaan terhadap si bapak yg lagi pruning. Kasihan kalau bapak itu ternyata bukan pelakunya, jadi tersangka. Tapi kalau memang dia pelakunya, ini agak parah. Ibarat tukang ronda merangkap pencuri. Sang tuan rumah pasti ngedumel dalam hati, "Kamu pruning sambil minum air, ehh...sambil makan rambutan. Tanpa izin pula. Kamu kira ini kebun bapakmu?!" Wkwkwkkwkwk
Lagarenze 1301
"Saya lihat banyak yang memotretnya sebelum memakannya. Mungkin baik juga kalau foto itu di-share di kolom komentar." Sayangnya, kolom komentar sejauh ini hanya untuk teks sahaja. Jangankan untuk share foto apalagi video, untuk menambahkan emoji pun belum sepenuhnya bisa. :) :)
Ahmad Zuhri
Wani tok Cak.. sami2, saya udah janji datang menyusul tengah malam, saya pasti akan berusaha menepati komitmen. Ceritanya saya sudah di Km. 12 dari Kota Mojokerto, begitu peserta udah habis lewat Pos saya, saya mmg niat naik bus sekalian mau rekap nilai. Akhirnya saya balik ke terminal Mojokerto nyegat bus, udah 1 jam kok ga ada tanda2 ada bus yg lewat, saya ngobrol dengan calon penumpang di samping saya katanya tahun kmrn jam 23.00 baru ada bus. Waduh.. pikiran saya kl jam 23.00 baru ada bus, trs kapan sampai Sby nya, istirahat nya gimana karena kondisi cukup capek dan kisi2 nya besok pagi senam 2 jam. Akhirnya saya putuskan ambil lagi motor dari tempat parkir, trs naik motor ke Sby.. ternyata mmg macet di jalan, mulai dari perempatan Krian sampai sepanjang jalan di Sepanjang lalin padat merayap diiringi rintik hujan. Akhirnya jam 22.45 bisa sampai Sby, dan tiba dihotel jam 23.00. Setelah mandi lanjut rekap nilai, jam 00.00 baru bisa istirahat persiapan senam besok hari.. malu lah masak senam segitu aja ga kuat hihihi.. Terima kasih untuk room mate saya Uda Udin dan rekan perusuh semuanya..
Liáng - βιολί ζήτα
Psychology of Shapes. CHDI : "Itu metode Wahyu untuk mengajar menggambar di rumah sakit jiwa. Wahyu ingin melihat siapa di antara penghuni RSJ yang sudah bisa membuat lingkaran sempurna. Yakni lingkaran yang ujung dan awalnya bisa bertemu." Mengapa lingkaran ?? Mengapa bukan segiempat atau segitiga, misalnya ?? Sebagai karikaturis, Pak Wahyu Kokang tentu saja sangat memahami Psychology of Shapes (Psikologi Bentuk). Teori Psychology of Shapes adalah studi tentang bagaimana bentuk dapat mempengaruhi emosi, pikiran dan perilaku kita. Aspek psikologis ini berakar pada gagasan bahwa otak kita terprogram untuk mengenali pola dan asosiasi dari rangsangan visual yang kita temui sepanjang hidup kita. Akibatnya, bentuk tertentu dapat memicu emosi, pikiran atau tindakan tertentu, itulah sebabnya bentuk-bentuk tersebut sangat kuat dalam desain. [1/3]
thamrindahlan
Awak membayangkan saudaraku sekampong halaman Udin Salemo tersenyum membaca judul Perusuh Bocor. Di kampong halaman kami ada istilah bocor alus (BA) Anda, tanya sama ke om IA apa itu makna BA. Yang pasti bukan tanda nomor kendaraan Sumatera Barat. Setuju disway jilid 4 diinapkan pada kawasan DiC. Sebenarnya perusuh ingin sekali nginap di tenda seru seruan seperti di Agrinex. Namun kami sudah terlanjur pesan tiket PP. Apa boleh buat ditunda tahun depan. Motivasi pul ngumpul bagi 6 perusuh senior kepala 7 tidak lain hanya kasihan sama Abah. Kami rela menemani Abah di kerumunii / dikeroyok perusuh generasi milenial asalkan jangan diajak begadang. Ngantuk tau. Salamsalaman
Ahmed Nurjubaedi
Mestinya Abah beli rumah bambunya ke Ibuku, milik Alora Hardy, di Badung, Bali. Saya pernah ke sana, menyaksikan sendiri bagaimana bambu diolah sedemikian rupa, sehingga bisa kuat, awet, dan estetis. Ayah Elora, John Hardy, membangun Green School Bali ditengah hutan menggunakan bambu. Semua kelas dan bangunan lain terbuat dari bambu. Menurut arsitek yg mendampingi kami waktu itu, jika membeli rumah bambu dari Ibuku, ada garansi 50 atau 60 tahun. Rumah bambu tidak akan dimakan ngengat atau rayap. Desainnya bisa sesuai permintaan. Selain Green School, saya juga mampir ke Green Village, kompleks villa milik Elora Hardy yg juga terbuat 100% dari bambu. Tingginya 4 lantai. Di lantai paling atas, berhadapan langsung dengan tandan buah kelapa yang bergerombol di ketinggian sekitar 20 meter. Menurut Elora, bambu itu sekuat baja, namun juga liat. Sekaligus tahan gempa. Pasti cocok kalau dibangun di DIC Farm. Harga bukan masalah buat Abah, kan?
Jokosp Sp
Ngepek rambutan tetep syah kalau syaratnya dipenuhi secara hukum, biar pemiliknya tidak mengetahui kalau ternyata rambutannya ilang. Kok bisa?. Ini yang diajarkan senior dulu yang keluaran pondok Tebu Ireng. Saya sih pernah mondok di Tebu Ireng juga, sayangnya tidak sampai lulus.... La cuma sering diajak nginep dan makan rame-rame dalam satu compreng besar yang isinya nasi liwet dan lauk yang ditumpah jadi satu....wkwkwkwk. Dan keluar dari pondok, aku cuma dapat gatal-gatal. Maksudnya?. Ya....aku gatal kena glugut pohon tebunya saja....wkwkwkwk, bercanda. Terus yang syah ngambil rambutan tadi bagaimana?. Begini syarat syahnya katanya : 1. Pemilik rambutan tidak makan dan memanfaatkan buahnya, sampai kampret saja yang jadi kenyang 2. Pemilik tidak pernah menawarkan ke orang lain atau tetangganya, padahal di no.1 sudah jelas. Jadi itu dianggap pelit, kikir, merkedit yang itu dilarang dalam ajaran agama. Jadi yang kemarin sudah terlanjur makan rambutan itu cuma satu saja syaratnya, bilang begini sebelum memetik di pohonnya " Boss.....maaf aku memanfaatkan buah ini ya..... daripada busuk, mubasir dan pada jatuh. Kalaupun ini diiklaskan pada akhirnya, yang aku makan adalah sisa dari para kampret-kampret itu". Ada dalil di hadisnya itu?. Ya tidak ada. Ini hukum yang ada di pondok ketika kebun tuan guru banyak berbuah tapi cuma habis dimakan kampret. Bisa diaplikasikan?. Ya bisa saja kalau menemui orang yang masuk di klasifikasi no.1 dan no.2 itu. Oh....paham-paham.
Duwi Setiyo Utomo Samaan Widjojo Koesumo
Haaaaaaaaah Saya harus sering mengambil nafas panjang dan berat. Ketika kepanjangan DIC adalah "Demi Indonesia Cerah". Kalimat motivasi palsu, ambigu dan abstrak. Selama 35 tahun masih saja kalimat abstrak semacam itu dilemparkan kepada publik. Sudah kurang relevan. Jauh dari tujuan. Seharusnya narasinya lebih ke motivasi nyata. Melihat kenyataan dan keadaan sesuai dengan visi misi bapak DI yang terhormat. Sebagai masyarakat Timur yang menjunjung nilai sopan santun dan tata krama kepada yang lebih sepuh, ijinkan saya menyampaikan beribu maaf tulus dari batin semoga bisa mewarnai perspektif di rubrik ini. Sejujurnya, kalimat Demi Indonesia Cerah dan sejenisnya membuat saya "NYESEK". 15 tahun yang lalu saya selalu membayangkan kemolekan Indonesia yang bisa diwujudkan dengan nyata. Kalimat harapan yang memotivasi untuk belajar lebih. Tapi, kenyataan memang jauh dari harapan. Semakin jelas kalau kalimat tersebut hanya imajinasi palsu tentang surga yang nyata. Orang Bilang Tanah Kita Tanah Surga Tongkat Kayu dan Batu Jadi Tanaman Benar, tanah kita tanah surga. Tapi terbuai dengan "abab" surga ternyata membuat kita lalai merawat surga. Sampai-sampai mencaci tanah yang menghidupi dengan kalimat "nggen e wes elek, sampahe ra ukuran". Banyak surga yang tercemari. Karena buaian "abab" surga hingga lupa menjaga tanah surga. Benar, tongkat kayu dan batu tumbuh jadi tanaman. Tapi faktanya sering demo urusan sembako. Masih ribut BLT dari penguasa negara. bersambung
Kuswandi Furoda
Juga ada satu orang mantan TKW. Perusuh lulusan SMP ini dikawini perusuh laki-laki jauh sebelum ada rubrik komentar. Hebatnya Sang TKW mempunyai data berharga di negara tempatnyi bekerja. Info itu disampaikan kepada sang suami. Lantas info itu pun jadi ladang bisnis suami-istri ini. Bisnis itu menghasilkan. Belakangan dia sering diajak suami mondar-mandir ke negara tempat dia jadi TKW dulu. Kali ini dalam status yang sudah sebagai juragan bisnis. Hidupnya pun kelihatan bahagia. Wajahnya ceria. Banyak senyum. Tinggi. Langsing. Perusuh lain pun salah sangka berapa umurnya. Rupanya ia sadar: tampangnya jauh lebih muda dari umurnya. Maka di depan para perusuh itu ia mengadakan sayembara: siapa yang bisa menebak berapa umurnya. Tebakan itu berhadiah: yang bisa menebak dengan benar diberi hak memilih hadiah. Yang mana? Yang di dalam kantong kanan atau kantong kirinya. Akhirnya ada satu yang benar: Si pedagang dari Palembang itu. Tebakannya tepat: umurnya 50 tahun. Maka ia memilih hadiah yang di kantong kanan. Ternyata isinya uang dua lembar warna merah. Nilainya ternyata lebih besar dari isi kantong kiri: dua lembar juga tapi warna biru. #mengenang gathering 1 #agrinex
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
SAYA JUGA PERNAH MENJALANKAN PERAN "MANAGER" ATAU "CAREGIVER" BAGI ALMARHUMAH ISTRI SAYA, SELAMA 6 TAHUN.. Saya juga pernah menjadi "caregiver" bagi almarhumah istri selama 6 tahun. Yaitu saat istri pertama menjalani operasi "ca mamae", saya sedang tugas belajar S2. Namun, selama 7 bulan perawatan—dari operasi, rawat inap, penyinaran 35 hari, hingga 6 kali kemoterapi—saya memilih mendampinginya penuh, memanfaatkan waktu, yang seharusnya merupakan waktu untuk menyusun thesis. Alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan thesis plus konsultasinya, dengan sangat lancar, sampai ujian hanya sekitar 2 bulan. Saya rela melepas promosi Vice President, meski kemudian juga harus menerima penurunan pangkat, demi menjadi pendamping istri, teman hidup sejak masa sulit. Beliau adalah teman seangkatan saat pendidikan Tamtama. Peran ini, menurutvsaya, bukan hanya tanggung jawab, tetapi juga bentuk cinta dan penghormatan. Setelah beliau berpulang, saya mendapat banyak dukungan dari teman dan kerabat. Alhamdulillah, saya akhirnya menikah lagi, dengan lancar, dan mendapatkan juga yang terbaik. Karier pun kembali membaik dan bersinar, menyala, hingga pensiun diperpanjang beberapa kali. Bahkan sampai hari ini. Di usia yang tidak muda lagi. ### Pengalaman ini menunjukkan, suami dan istri itu setara, dan sama aja. Saat yang sakit suaminya, maka istrinya, bu Lia lah yang jadi caregiver. Dan saat istri saya sakit, sayalah caregivernya. Dengan sepenuh hati..
heru santoso
Ini bukan tentang CHD hari ini. Bukan juga menjawab atas pertanyaan swasembada pangan yg dilontarkan saat Gathering Perusuh. Saya tak mau terlibat sesat mazhab dan sesat logika. Swasembada yang berfokus hanya pada kuantitas produksi : x-gram beras. Yang memicu segala cara dicari. Apapun. Pun lupakan subyek, proses etik...pokoknya apappun. Sejarah kejayaan kapitalisme abad pertengahan memberi banyak pelajaran. Tanah2 dijual dan dikuasai para spekulan. Petani tergusur dan menjadi buruh harian (proletar). Dan itupun kini bisa kembali dijadikan stempel pengesahan demi produksi x-gram beras. Dibumbui dg logika pembenar yang mungkin sesat itu. Kesalahan ditimpakan ke petani saat beras kurang: Petani tidak produktif! Ups ... Petani itu golongan paling tangguh. Tidak mudah mengeluh seperti karyawan atau pengusaha. Petani itu selalu adaptif menyikapi keadaan apapun, bahkan terhadap alam yang selalu berubah. Pun bencana alam. Kecuali bencana permainan harga panen tengkulak jahat atau bencana bibit dan pupuk palsu yang gak ketulungan kejamnya yang membuat hasil pertanian tidak produktif.
Beny Arifin
Tak terasa Dolar sudah kembali melewati 16rb. Apakah akan ada guncangan ? Ataukah hanya sekedar gronjalan ? Atau malah tak terasa apa apa karena suspensi ekonomi kita sudah sedemikian stabil ? Wallahua'lam...
Mirza Mirwan
Saya mengikuti cerita gathering ke-3 justru dari Harian Disway e-paper. Dari sana saya tahu bahwa Pak Djoko Lod(h)ang nama aslinya Djoko Rijanto. Usia 72 tahun. Gegara asam urat di kaki Pak Djoko memerlukan tongkat untuk berjalan. Tetapi ternyata berjalan 1,8 km tetap oke. Lalu Pakcik Datuk Diraja Dimyani yang dari Malaysia. Semula saya kira Pakcik Chei Samen, yang dulu aktif menulis 2 a 3 komentar tiap hari. Tetapi demi melihat fotonya ternyata relatif masih muda. Kayaknya bukan Pakcik Chei Samen yang dulu itu, yang isterinya dari Sumatra Barat. Pakcik Datuk ini pengusaha, sedang Pakcik Chei yang alumnus Universiti Kebangsaan -- pernah menjadi presiden alumni -- mengisi hari tuanya dengan berkebun. Jelas dua orang yang berbeda. Lewat kolom komentar ini, saya doakan Pakcik Chei Samen sentiasa sihat dan bisa menyaksikan tumbuh-kembang cucu-cucu, serta lebih intens beribadah. Tak mengapa bila Pakcik tidak lagi menulis komentar. Pekan terakhir November yang lalu saya bilang peserta gathering akan bisa membuktikan kepiawaian Bu Nafsiah memasak. Eh, ternyata hanya 12 orang yang bisa membuktikannya. Berarti kalian, selain yang 12 orang tadi, lagi apes, wkwkwkwk.
djokoLodang
-o-- ... Ada dua topik yang dibahas di kolong rumah bambu itu: swasembada pangan dan swasembada pikiran. Yang terakhir itu dipimpin oleh karikaturis terkemuka Wahyu Kokang (Disway 21 November 2024: Kokkang Ibunda). ... *) Saya belajar banyak sekali dari sesi Swasembada pikiran ini. Mas Wahyu benar-benar mencontohkan bagaimana menjalani hidup. Menyikapi hidup. Menggambar lingkaran besar dikaitkan dengan menhadapi hal-hal yang besar dalam kehidupan. Bagaimana menghadapi seseorang. Memahami pemikiran orang lain. Menerima kritik/pandangan orang lain terhadap kita tanpa menjadi marah atau berkecil hati. Bisa menjadi anak-tangga pertama dalam menjalin persahabatan. Menggambar wajah orang lain, dan ada makna yang tersirat dari coretan gambar itu. *) Matur sembah nuwun, mas Wahyu. --koJo.-
MULIYANTO KRISTA
Testimoni untuk komentar pak Joko Sp di bawah sana: Kemarin lusa waktu nunggu trip kedua balik ke Surabaya diberangkatkan, saya blusukan ke kebun abah.Berbagai macam buah-buahan dan sayur-sayuran ada Saya tertarik mendekati pohon-pohon kelengkeng yang buahnya sangat lebat sekali.Tapi sayang buahnya masih belum cukup umur. Sekitaran dua bulan lagi layak panen. Lanjut mendekati dua pohon mangga.Yang satu mangga golek satunya lagi mangga irwin. Di bawah pohon mangga irwin ada beberapa buah yang jatuh karena "kematengen".Iseng2 saya pijitin beberapa buah yang telah "dibungkus",lha kok ada yang "gembuk"/matang.Sebelum mengambilnya saya nyebut terlebih dahulu:" Bah kulo nyuwun peleme". Sesampainya di rumah Manado, saya ngomong ke Abah :Bah kulo mundut peleme damel setri teng griyo. Dijawab oleh Abah : monggo-mongo. Alhamdulillah bisa merasakan buah mangga irwin dari kebun Abah DI. ... Matur suwun bah. ..
Udin Salemo
#Serba Gratis orang yang hadir di acara gathering tentu merasakan betapa seru acaranya. menginap di hotel sahid surabaya gratis, makan gratis, transportasi ke & dari tempat acara gratis, wisata sungai gratis, makan buah-buahan gratis, camilan gratis. dapat pula pencerahan dari mantan menteri bumn & mantan dirut pln. nilai tambah yang didapat dari acara gathering perusuh disway terpilih kemaren tak ada apa-apanya dibanding dengan ongkos transportasi yang saya keluarkan dari tempat domisili. saya yakin perusuh lain mungkin juga merasakan hal yang sama. kalau tidak begitu masa, sih, ada peserta yang rela datang dari Kuala Lumpur, Ketapang Kalimantan Barat dan daerah lainnya. andaikan ada acara serupa enam bulan lagi dari sekarang, saya berusaha untuk ikut lagi. suer... ini kesaksian, bukan memuji pak boss. lha, pak boss gak butuh pujian untuk kebaikan yang Beliau berikan. malah, pak boss waktu sarasehan kemaren berpesan: teruslah berbuat rusuh, jangan sungkan. sebab pak boss merasakan belakangan ini komentar perusuh kurang greget. ayo, terus semangat merusuh. sekalipun anda dapat sepatu hitam nomor 42, hahaha....
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
Komentar: 20
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google