Angka empat juga menuntut seseorang untuk keluar dari kesulitan sehingga mendapatkan hidup yang lebih baik.
Tapi lebih dari semua itu, dalam tradisi Jawi, angka empat bisa dimaknai secara lebih dalam. Inilah empat unsur hidup yang menyertai setiap bayi lahir. Empat unsur hidup itu dikenal sebagai sedulur papat. Ada kakang kawah dan adi ari-ari. Kemudian getih dan puser.
“Secara batin, kakang kawah adalah pendamping hidup kita yang siap membantu setiap kesulitan. Ia adalah air ketuban yang mendahului jabang bayi. Air ketuban atau kawah menjadi penanda kelahiran seorang bayi,” paparnya.
“Setelah bayi lahir, akan lahir yang disebut adi ari-ari. Ia juga menjadi pendamping batin setiap manusia dalam menjalani kehidupan,” imbuh Nera.
Dalam tradisi Jawa, kakang kawah dan adi ari-ari merupakan bagian terpenting dalam tata batin seseorang. Keduanya selalu menyertai kita, yang jika diminta pertolongan, akan membuat setiap problematika bisa diatasi.
BACA JUGA:Aji Santoso Ingin Pemain Persebaya Surabaya Punya Ketahanan Fisik Selama 90 Menit
Selain kakang kawah dan adi ari-ari, ada unsur getih atau darah. Kemudian puser, yang menjadi bagian penting dalam proses kelahiran manusia. Itulah yang disebut sedulur papat bagi orang Jawa.
“Empat saudara batin itu menjadi bagian dari kesempurnaan hidup seseorang yang disebut pancer, sehingga lengkaplah sebutan sedulur papat kalimo pancer,” pungkasnya.
Seperti diketahui, mulai bulan Mei 2023 ini pendaftaran Calon Legislatif dibuka. Inilah saatnya anak-anak muda muncul, ikut memperjuangkan kepentingan-kepentingan rakyat. Sebab, munculnya generasi muda sekaligus memberi harapan masa depan perpolitikan di tanah air.
Dan, dari Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, salah satu anak muda yang secara sadar ikut nyemplung ke panggung politik adalah Anis Rupata Nera.
Dia merupakan cucu dari Mbah Idrus, seorang tokoh masyarakat yang disegani. Selain pensiunan TNI, banyak jejak perjuangan positif Mbah Idrus yang dicatat masyarakat Ngawi.
Mewarisi karakter sang kakek, Nera juga seorang yang sangat disiplin. Wanita kelahiran 25 September 1997 ini lulus SMK Negeri 6 Surabaya tahun 2015. Ia mengambil jurusan Tata Kecantikan, sesuai dengan passion yang membuat hatinya bersemangat.
Selesai merampungkan sekolah di Surabaya, Nera melanjutkan pendidikan di Mustika Ratu Jakarta. Mengambil jurusan tata rias pengantin pakem, ia lulus tahun 2016. Setelah itu, Nera mulai berkarir.
Saat ini, putri pertama Syahnoer Karang Tengah Kota (Katengko) itu bergabung dengan Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (Harpi) Kabupaten Ngawi. Resmi menjadi anggota Harpi sejak 2018, Nera kini menjadi Sekretaris I.