Bangun. Jual. Bangun lagi. Jual lagi.
Orang sudah mulai ketagihan jalan tol. Orang mulai mimpi kapan ada jalan tol Bandung-Tasikmalaya. Atau Tegal-Banyumas. Purwokerto-Yogya. Siantar-Balige. Banjarmasin-Barabai. Pontianak-Mempawah. Makassar-Parepare. Bahkan Mataram ke Timur. Surabaya-Bojonegoro. Kudus-Rembang. Dan banyak lagi. Bahkan tol dalam kota seperti dari Surabaya Timur ke Surabaya Barat. Maka tidak ada jalan lain kecuali ide lama dilaksanakan. Tol yang sudah jadi segera dijual. Hasilnya untuk membangun tol yang baru. Sekalian agar perusahaan BUMN grup Karya bisa punya uang. Bisa sekalian untuk membayar sub kontraktor yang kini banyak menjerit-nyeri. Rasanya rakyat sudah tidak sabar dengan kemacetan. Sub kontraktor juga tidak kuat lagi kalau tidak dibayar. Sudah terlalu lama. Maka di samping menekan perusahaan BUMN untuk membangun jalan tol mereka juga harus didorong untuk mempercepat penjualan tol yang sudah jadi. PT Hutama Karya yang mendapat penugasan membangun jalan tol di Sumatera sudah melakukan bangun-jual itu. Tapi untuk anggota grup Karya yang lain masih banyak hambatan. Salah satunya: sulit cari pembeli. Harga yang ditawarkan terlalu mahal. Dulu saya memang berharap agar jalan-jalan tol itu bisa segera dibeli oleh SWF. Waktu itu pemerintah memberikan angin yang sangat surgawi: begitu banyak negara yang berkomitmen untuk menaruh uang di SWF Indonesia. Sampai akhir tahun 2022 Lembaga Pengelola Investasi, yang lebih dikenal dengan istilah SWF, atau di Indonesia disebut INA ( Indonesia Investment Authority), baru punya aset Rp 100 triliun. Itu pun masih banyak yang ditanam dalam bentuk deposito dan di lembaga keuangan. Belum berani lebih banyak untuk membeli infrastruktur seperti jalan tol. Sudah ada. Lewat Hutama Karya. Tapi belum banyak ke Karya yang lain. Itu karena INA juga harus mengejar laba. Tahun lalu labanya mencapai Rp2,62 triliun. Investasi di ekuitas lembaga keuangan mencapai Rp 64,21 triliun. Dalam bentuk deposito Rp 10 triliun. Itu saja sudah Rp 74 triliun. Tentu bukan tujuan INA untuk berbisnis keuangan. Maka Karya perlu lebih gigih meyakinkan INA untuk membeli jalan-jalan tol yang sudah jadi. Para Sub kontraktor pun punya harapan untuk dibayar. Pasti ada jalan. Para manajer pendanaan begitu banyak. Yang lokal maupun yang global. Maka para manajer dana itu bisa memberikan usulan jalan keluar terbaik. Agar jalan-jalan tol yang sudah jadi bisa cepat terjual. Jalan tol baru bisa segera dibangun. Sub kontraktor bisa dibayar. Ekonomi berputar.(Dahlan Iskan)Sub Kontraktor
Selasa 25-07-2023,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan
Kategori :
Terkait
Minggu 12-05-2024,04:00 WIB
James Today
Senin 06-05-2024,16:27 WIB
Dukungan BUMN Terhadap Pengembangan Olahraga di Indonesia, NOC Indonesia: Sebagai Stimulan Pihak Swasta
Selasa 30-04-2024,20:27 WIB
Indonesia Gandeng Rumah Sakit Terbesar di Singapura, Sasar 3 Prioritas Strategis
Sabtu 27-04-2024,05:25 WIB
Orang Kuat
Jumat 26-04-2024,04:00 WIB
Maraton Pilpres
Terpopuler
Rabu 15-05-2024,09:26 WIB
Daftar Pemenang SCTV Music Awards 2024, Lyodra Ginting Borong Penghargaan!
Rabu 15-05-2024,07:00 WIB
5 Pemain Manchester City Hengkang Musim Panas Ini, Ayo Tebak Siapa Saja!
Rabu 15-05-2024,08:33 WIB
2 Bulan Sejak Ancaman Eksekusi Pilot Susi Air, Egianus Kagoya Hilang Tanpa Kabar
Rabu 15-05-2024,09:33 WIB
10 Contoh Soal Tes Tulis PPS Pilkada 2024 dan Kunci Jawaban, Referensi Belajar agar Lolos Seleksi!
Rabu 15-05-2024,15:59 WIB
Adanya Dugaan OTT di Lampung, KPK Beberkan Faktanya
Terkini
Kamis 16-05-2024,02:00 WIB
Pantangan Jamaah Haji Jika Tak Ingin Koper Dibongkar Petugas di Bandara
Kamis 16-05-2024,01:00 WIB
Indra Sjafri Bocorkan Persiapan Timnas Indonesia U-20 Hadapi Toulon Cup 2024
Rabu 15-05-2024,23:11 WIB
Minyak Cong Rugikan Negara dan Konsumen, Praktisi Hukum: Polisi Harus Bergerak Cepat
Rabu 15-05-2024,23:01 WIB
Selamat! Thariq Halilintar Resmi Lamar Aaliyah Massaid
Rabu 15-05-2024,22:53 WIB