Tentara Menulis

Kamis 27-07-2023,04:02 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

Saya latihan menembak dan tentara latihan menulis.

Saya diberi Pangdam /Brawijaya Mayjen Farid Makruf 10 peluru. Tidak ada yang mengenai sasaran pun lingkarannya.

"Menulis itu mestinya tidak sulit. Yang sulit itu memulainya," ujar seorang jenderal bintang dua Selasa kemarin.

Hari itu staf ahli Mabes TNI-AD mengadakan rapat koordinasi. Lebih 100 perwira hadir. Mulai kolonel sampai bintang tiga. Tempatnya di aula Mabes dekat Monas itu. Aula yang masih terlihat baru. Modern, nyaman dan bersih. Ketika memandang keluar terlihat pagarnya juga baru, dengan ornamen seni dinamis yang masa kini.

Salah satu acara rakor itu: belajar menulis. Saya yang diminta jadi pembicara. Moderatornya Brigjen J.O. Sembiring.

"Tentara itu dilatih menembak. Tidak dilatih menulis. Sebaliknya saya. Jadi, kalau tentara tidak bisa menulis itu normal. Tenang saja," kata saya. 

Bedanya, tidak ada perlunya bagi saya untuk terus berlatih menembak. Untuk apa. Tapi tentara perlu belajar menulis. Banyak sekali gunanya. Terutama bagi para jenderal yang sangat kaya pengalaman: bagaimana mengatasi tekanan mental bertugas di posisi kritis dan sulit. Juga kaya ilmu kepemimpinan.

Memimpin wartawan sulit, apalagi memimpin tentara.

"Tapi bagaimana cara memulai menulis? Kata apa yang pertama ditulis?"

Menulis memang berbeda dengan menembak. Menembak ada tutorialnya. Pelatih akan mengajari urutan gerakannya. Kecuali sudah sampai tahap mahir. Yakni kalau pelajaran menembak itu sudah sampai tahap ''makrifat'': memadukan feeling, intuisi dan gerakan jari yang ada di pelatuk senjata: dor! Pasti kena.

Menulis tidak ada tutorialnya.

Lalu bagaimana? Tidak sulit.

Saya pun bertanya kepada peserta rakor. Tidak ada yang tidak bisa naik sepeda kan? "Tapi apakah ada yang pernah ikut seminar cara-cara naik sepeda?"

"Tidak ada," jawab mereka.

"Ada yang pernah ikut kursus cara naik sepeda?"

"Tidak ada".

Ya sudah. Yang penting semua masih ingat bagaimana awalnya, kok bisa naik sepeda. Pasti mencoba dan mencoba. Lalu jatuh. Coba lagi. Jatuh lagi. Coba lagi. Lalu bisa.

Begitulah menulis.

Harus dicoba. Jelek tidak apa-apa. Anggap saja itu lagi jatuh waktu latihan naik sepeda.

Maka saya teruskan dengan topik: lima musuh utama menulis. Mungkin Anda bisa tambahkan menjadi 10 atau 15.

Musuh pertama: terlalu banyak yang ingin ditulis. Semua hal mau dimasukkan dalam tulisan. Akhirnya tidak mulai-mulai. Tulisan pun jadi tidak fokus.

Musuh kedua: ingin menulis selengkap-lengkapnya. Akhirnya tulisan jadi ruwet.

Musuh ketiga: dikira ''penting'' itu pasti menarik. Maka tulisan menjadi sangat berat dan kaku.

Musuh keempat: dikira ''menarik'' itu penting. Hasilnya jadi tulisan tidak berbobot.

Musuh kelima: pidato pejabat yang panjang dan isinya tidak ada yang layak untuk dikutip sebagai bahan tulisan.

Saya tahu di antara peserta hari itu adalah staf yang pekerjaannya menyiapkan teks pidato pimpinan.

Maka soal pidato jadi topik bahasan yang menarik. 

Saya heran masih banyak orang yang berpidato panjang. Tidak menarik pula. Padahal di zaman medsos ini semua orang ingin cepat-cepat. Tulisan panjang tidak dibaca. Video panjang tidak dilihat. Apalagi pidato panjang.

Orang sekarang ini hanya mau serba dua menit. Atau kurang. Video lebih dua menit saja malas menontonnya.

Maka, sekarang ini, antara yang berpidato dan yang mendengarkan jalan sendiri-sendiri. Yang berpidato terus berbicara, yang mendengarkan membuka HP. Sibuk dengan layar masing-masing. 

Dulu, pidato yang panjang ditinggal ngobrol dengan yang duduk di sebelah. Sampai ada yang menegur: jangan berisik.

Kini tidak ada lagi suara berisik yang perlu ditegur. Mereka ngobrol secara diam-diam: dengan HP masing-masing. 

Mereka tidak memperhatikan pidato tapi lebih terlihat sopan.

Saya usul: para penulis teks pidato menyadari kenyataan baru itu. Lalu bisa meyakinkan pimpinan: di zaman sekarang pidato panjang tidak ada yang mendengarkan.

Sisi baiknya: semakin banyak pejabat yang memulai pidato dengan komunikatif. Ada yang memulai dengan melontarkan celetukan yang jenaka. Yang mendengarkan senang. 

Yang juga ditanyakan: bagaimana menulis angka-angka dalam teks pidato.

Ini dilema. Pidato sering dijadikan referensi. Tapi jarang yang menggunakan pidato oral sebagai referensi. Yang dijadikan referensi adalah teks pidato.

Maka mudah: di teks yang akan diucapkan jangan diberi angka rinci. Bisa salah baca. Yang mendengarkan juga tidak peduli dengan angka yang panjang.

Maka angka dalam pidato dibuat pembulatan saja. Lalu di bagian bawah teks itu disertakan data dan angka-angka yang rinci. Tidak usah dibaca. Bagi yang ingin menggunakan pidato itu sebagai referensi bisa ambil dari data yang disertakan.

Atau tidak usah ada pidato.

Untung tidak sedikit juga pidato panjang yang menarik. Tergantung yang berpidato dan cara berpidato.

Di kalangan pembaca Disway ini ada juga seorang wanita yang saya kenal. Dulu bekerja di bagian keuangan. Seumur hidupnya yang dilihat dan ditulis hanya angka-angka. Tidak pernah menulis kalimat. Apalagi panjang.

Tiba-tiba dia berkomentar soal satu topik di Disway. Isi komentarnya penting tapi tulisannya kurang baik. Dia tidak berani mengirim ke kolom komentar. Itu dia kirim langsung ke WA saya. Tentu tulisan itu saya puji: baik sekali.

Dia menulis lagi komentar yang lain. Saya puji lagi. Dan lagi. Seperti kecanduan. Saya perhatikan: kian ke belakang tulisannyi kian baik. Sekarang sudah sangat baik. Beneran. 

Maka saya sarankan untuk mulai berani memasukkannya ke kolom komentar. Pak Mirza bisa kalah. Apalagi Leong Putu. Dia pun bisa jadi wanita Disway yang baru. Namanyi: Dwianti Handayani.

Dia bisa menulis baik setelah banyak kali menulis kurang baik.

Kalau saja semua jenderal atau kolonel menuliskan kekayaan pengalaman pribadinya betapa hebat literatur kita.

Tidak harus dipublikasikan. Setidaknya bisa dikirim ke Universitas Pertahanan. Bisa ada satu sudut di perpustakaan di sana khusus untuk buku mereka.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 26 Juli 2023: Doktor Fengsui

Agus Suryono
Pak MZ Arifin Umarzain Saya menerapkan ilmu titen dalam banyak hal dan aktivitas.. Salah satunya saat sekolah di perguruan tinggi. Kebetulan saya kuliah 4 kali. Yaitu 2 kali S1 dan 2 kali S2 Semua, IP saya di atas 3,9, bahkan ada yang 4 bulat. Banyak teman seangkatan mengira saya punya ilmu "gaib" menebak soal ujian. Padahal yang saya terapkan adalah "ilmu terang", yaitu "titen". Maksudnya, tiap kali kuliah, saya selalu duduk paling depan. Kalau dosen menjelaskan: 1). "Ini pasti keluar nanti saat ujian". Maka itu saya catat. 2). Kalau ada topik yang dijelaskan sangat dalam, dan semangar. Itu saya catat. 3). Kalau ada hal yang dijelaskan berulang-ulang, itu saya catat. 4). Kalau ada hal yang menjelaskannya dg cara yang berbefa, itu saya catat. Malam harinya, setiap hari, saya buatkan, catatan: daftar pertanyaan. Dan jawaban. Selama sekitar 1 jam. Saya print. Saat ujian, saat teman-teman jungkir balik, saya belajar cukup sampai jam 22.00. Belajar lainnya secara scanning. Sambil baca latihan ujian dari catatan yang saya bikin tiap malam itu. Tapi baca dengan kritis ya. Pengalaman, 80% teori saya efektif. Baik kuliah di dalam maupun di luar. ###Tentu saja, kita tetap harus aktif diskusi. Saya selalu baca silabus. Kalau dosen menulis di silabus: Anda akan saya nilai berdasarkan: 50% diskusi kelas, 30% ujian, 20% PR, maka cara saya berperilaku - ya memyesuaikan. Ini berlaku saat kuliah saat di umur 20an, sampai 50an ya..

Agus Suryono
KENAL FENGSHUII PERTAMA KALI.. Saya kenal "maksud" Fengshui pertama kali tahun 1996. Saya mau mengkontrakkan rumah di Pakuwon Surabaya. Saat lihat rumah, calon penyewa ini mengajak ahli Fengshui dari Semarang. Namanya: Mas Dian. Beliau penulis beberapa buku Fengshui, dalam bahasa Indonesia. Kesimpulan mas Dian, rumah saya sudah memenuhi persyaratan Fengshui. Secara sempurna. Maka penyewa langsung teken kontral selama 2 tahun Setelah 2 tahun, penyewa menanyakan apakah boleh dibeli. Saya jawab tidak saya jual. Maka beliau minta tambah kontrak 1 tahun lagi. Tahun betikutnya, beliau merayu lagi untuk membelinya. Saya bilang, tidak saya jual. Maka beliau menambah kontrak lagi selama 1 tahun. Setelah kontrak teeakhir habis, beliau tidak merayiu saya lagi. Tapi pamit, dan mengundang saya, "selametan' rumah, sama-sama di perumahan Pakuwon, yang harganya 4 kali lipat dari runah saya. Nah yang menarik, penyewa ini, setiap kali saya ketemu beliau: pagi, siang, sore, selalu ada di rumah. Kerjanya, jaman itu sudah "online". Tapi tidak akan saya sebutkan. Yang perlu saya sebutkan, hidup beliau makmur, kalau versi yang bekuau yakini, salah satunya karena rumah saya itu sudah memenihi syarat fengshui.. ###Alhamdulillah, penyewa jadi sahabat..

iwan
Ada, saya pernah mengalami mau membeli rumah, trus ahli feng sui bilang kalau beli rumah ini bakal beristri lebih dari 1. Kalau tak salah pintu pagar utama ada pintu kecil nya. Trus lahan nya ada beda tinggi antara kiri dan kanan, di bilang lagi entah nanti nya istri muda atau tua yang nanti akan lebih berkuasa. Akhir nya tidak jadi beli rumah tersebut.

ahmad faqih
Diantara tanggung jawab Ilmuwan adalah menyelidiki fenomena alam, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan, serta mengembangkan pengetahuan baru yang dapat membantu memahami dan mengatasi berbagai masalah atau tantangan yang dihadapi manusia dan lingkungan. Dengan begitu, ditangan ilmuwan, seyogyanya sesuatu yg rumit dapat dijelaskan secara mudah. Fengshui sebagai sebuah produk budaya berbasis keyakinan, perlu dikaji secara ilmiah agar dapat disisihkan unsur "klenik"-nya. Sehingga pada akhirnya penggunaannya dapat diterima oleh user secara lebih luas dari berbagai kalangan dg latar belakang suku, agama, ras dan kepercayaan yg berbeda. Dalam pandangan saya , suatu produk budaya yg berbasis keyakinan akan lebih mudah diterima bila ditopang oleh pembuktian ilmiah. Karenanya apa yg dilakukan oleh pak sidhi ini, menjadi penting untuk dikembangkan secara massive pada berbagai produk budaya berbasis keyakinan lainnya. Wallahu a'lam.

Mirza Mirwan
Kalau "Sidhi" dalam nama kandidat doktor fengshui tersebut berasal dari Bahasa Sanskerta, ejaan yang benar adalah "Siddhi". Dan Siddhi artinya bukan putih (shvetah) atau terang (praba), melainkan "pengetahuan", "prestasi", "pencapaian", "sukses". "Shvetah" itulah yang dalam Bahasa Jawa Kuna (Kawi) hingga menjadi "seta" (seto). Tentang Yap Cheng Hai, itu nama grandmaster fengshui dan juga nama akademi di Kuala Lumpur: Yap Cheng Hai Academy yang beralamat di Pecinan KL, Jalan Hang Lekir no.1. Tetapi Grandmaster Yap Cheng Hai sudah meninggal pada 5 Juni 2014. Kayaknya Pak Sidhi juga melayat, wong muridnya yang di Eropa dan AS saja pada berdatangan. Yap Cheng Hai Academi tetap eksis, diteruskan anaknya. Masih menyelenggarakan kursus singkat berbiaya mahal (seperti diikuti Pak Sidhi), bahkan juga kursus online untuk tingkat elementary dan advance. Manteman yang berminat bisa menengok website www.ychacademy.com.

Mbah Mars
Saya menduga banyak orang tidak percaya pada feng shui tetapi tetap mempertimbangkan feng shui ketika membuat bangunan atau mengatur ruangan. Misal, pengusaha properti. Supaya rumahnya laris dan diminati orang-orang yang percaya feng shui maka mau tidak mau, meskipun si pengusaha tidak percaya, tetap saja mempraktekkan feng shui. Mungkin hotel-hotel Trump dibangun dengan falsafah feng shui ya meski ia tidak percaya feng shui. Maka Trump bilang: "Saya tidak harus percaya pada feng shui. Saya melakukannya karena itu menghasilkan uang bagi saya"

Liáng - βιολί ζήτα
Orang yang mempelajari dan mempraktekkan Feng Shui tidak pernah berpikir itu adalah takhayul. Sebaliknya, ini lebih merupakan teori simbol. Semua teori didasarkan pada (I Ching), dan di dalam buku, semuanya diciptakan oleh Yin dan Yang, dan menghasilkan empat orientasi seperti Timur dan Barat ; maka orientasi ini menciptakan delapan Gua. Setiap Gua mewakili fenomena alam seperti Angin atau Air, dan dua Gua bersama-sama digunakan dalam metode ramalan, yang meramalkan masa depan. Kadang-kadang sulit untuk mempercayai prediksi ini, tetapi mereka benar-benar melakukannya dengan baik dalam banyak kasus. Mereka juga tidak menganggap Feng Shui sebagai ilmu, melainkan interaksi sederhana antara manusia dan lingkungan, dan tujuan akhirnya adalah untuk mencapai keharmonisan. Ia memiliki bahasanya sendiri untuk mendefinisikan elemen dan statusnya di dunianya, jadi kita tidak dapat menggunakan kata-kata ilmiah untuk menilai atau mengukur logistiknya. Singkatnya, Feng Shui jelas bukan ilmu melainkan suatu bentuk seni dalam budaya timur. Jika orang mengukur dan menguji falsifiabilitasnya dengan menggunakan definisi sains saat ini, itu pastilah pseudosains dan takhayul. Orang-orang yang mempelajarinya adalah bentuk kesenian tradisional yang telah dihargai dan melewati ribuan tahun. Penciptaannya meminjam banyak teori di berbagai bidang yang membuatnya misterius dan mempesona. Selanjutnya... terserah Anda masing-masing. Sumber : The Ohio State University. [3].

Mbah Mars
Seberapa ilmiah Feng Shui ? Karena penasaran saya googling. Ini hasilnya: Feng Shui tidak dianggap sebagai ilmiah seperti ilmu pengetahuan alam atau sosial yang didasarkan pada metode ilmiah dan bukti empiris yang terukur. Feng Shui lebih merupakan sistem filsafat dan praktik berbasis tradisi, yang berasal dari kepercayaan dan filosofi Tiongkok kuno. Pendekatan dalam Feng Shui melibatkan observasi dan analisis lingkungan fisik, termasuk bentuk tanah, orientasi bangunan, dan penataan ruang untuk menciptakan keseimbangan energi (Qi). Namun, konsep-konsep dalam Feng Shui sering kali sulit untuk diukur atau diuji secara objektif dalam lingkungan ilmiah dan sering bergantung pada interpretasi serta keyakinan budaya.

mzarifin umarzain
Saya milih beli rumah di perumahan. Saya milih yg menghadap ke Timur. Di deret yg paling Utara. Agar selalu terkena sinar matahari, sehat. Pulau Jawa ada di Selatan chottul istiwaa'. Sesuai fengsui?

Gianto Kwee
Percaya Fengsui ? Iya, tapi hanya berada "Diluar" Karena profesi desain tehnik selalu bersinggungan biar sedikit dengan "Fengsui" Saya adalah penganut "Estetika" dan juga "Pakem ", Harus mau Repot, Njelimet juga "Complicated" 

Ahmad Zuhri
Kl udah kaya dan takut miskin lagi akhirnya jadi ikut mempertimbangkan fengsui wkwkwkwkw..

Liáng - βιολί ζήτα
Mari kita berpikir jernih, contoh di bawah ini adalah FAKTA..... Apakah mereka yang saat ini sangat kaya-raya (para konglomerat), dahulunya ketika memulai usahanya... mengikuti feng shui ?? boro- boro... bisa jadi, mereka itu - para pengusaha besar saat ini - dahulu ketika memulai usahanya di bangunan seadanya, bisa jadi bangunannya juga butut dan réot... wkwkwkwkwk. Kegigihannya, Kerja-kerasnya, Keahliannya mengelola usaha, Kepintarannya mengelola keuangan, dll, dlsb, dst... itulah KOENTJI suksesnya !!

Ahmad Zuhri
Kl tanah tusuk sate, yg penting saat bangun rumah pintu utamanya jangan langsung menghadap ke jalan.. Insya Allah aman..

Alex Ping
Akhirnya bisa komen lagi. Jika berbicara klenik, seberapa jauh kita bisa menghindar klenik-klenik di sekitar kita? Di kalender ada shio, baca koran ada zodiac, jenguk orang lahiran; ari2nya dikubur sambil diterangi lampu, mau melakukan sesuatu yang besar tunggu hari baik, masuk lift banyak tombol angka yang hilang -sampai pernah suatu ketika ditanya anak saya yang 4tahun "kenapa setelah 1,2,3, kemudian 5?"-. Itu semuanya tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Kita tidak bisa menghindarinya tapi tidak harus pula mempercayainya apalagi mempermasalahkan kebenarannya. Tidak ada kebenaran yang mutlak, semuanya hanya masalah sudut pandang. Sesuatu yang kita dengar atau kita baca itu sudah merupakan opini/sudut pandang seseorang. Saat kita benar-benar merasa paling benar, saat itulah kita sudah salah.

Johan
Fengshui adalah salah satu cabang ilmu dari 5 ilmu dalam Taoisme. 1. Shan (gunung) 山. Cabang ilmu: filsafat, beladiri, meditasi, diet/pola makan, dll 2. Yi (pengobatan) 醫. Cabang ilmu: peramuan obat, akupuntur, psikologi, senam, dll. 3. Xiang (bentuk) 相. Cabang ilmu: fengshui, raut wajah, garis tangan, dll. 4. Ming (jalan hidup) 命. Cabang ilmu: bazi, dll. 5. Bu (ramalan)卜. Cabang ilmu: qimen dunjia, dll. Seorang praktisi fengshui biasanya juga menguasai ilmu garis tangan dan raut wajah untuk kebutuhan konsultasi dengan klien. Disamping itu kadang juga memiliki bekal pengetahuan filsafat Taoisme. Perlu dicatat, ke 5 ilmu dalam Taoisme diatas adalah sarana manusia untuk lebih memahami Tao (道). Fungsinya untuk melatih diri dan membantu sesama, bukan untuk memperkaya diri. Ini yang sering diabaikan oleh para praktisi dan mereka yang menyandang panggilan Master (Sifu).

imau compo
Saya sudah lama mendengar tentang Feng Shui tapi tidak paham sama sekali sampai seorang engineer dari Malaysia keturunan Tionghoa meminjamkan saya buku introduction to Feng Shui di lepas pantai laut Jawa. Satu narasi yg terpenting yg saya ingat dari buku itu adalah, "bila anda mempercayai metode akupunktur seharusnya anda juga percaya Feng Shui. " Pengalaman itu berlalu begitu saja sampai sebelum covid saya bertemu seorang old boy waktu kuliah dulu. Waktu itu, sahabat ini menjabat experienced senior manager (rekrutmen utk yg berpengalaman) di sebuah BUMN utk menyambut proyek di PLN, pembangkit berdaya kecil dgn penggerak renewal energy. Sayang proyek ini urung direalisasikan atau dilanjutkan di PLN sehingga beliau juga tidak berlanjut dengan jabatan tsb. Sebagai orang minang yg umumnya tidak percaya Feng Shui, beliau dengan bangga dan lucu menceritakan pengalamannya mendapatkan rumah murah di sebuah perumahan yg bertaut dgn mall besar karena posisinya yg tusuk sate. Dari cerita itu, beliau mendapatkan best buy, bahkan perlu ditambah lagi dgn luar biasa. Sayang, waktu pandemik covid, dia yg mengidap penyakit diabetes, terkena covid dan penyakit itu yg mengiringi ajalnya. Sampai hari ini segi tiga rezeki, kesehatan (diabetes) dan feng shui beliau tidak bisa saya hubungkan karena minimnya informasi dan ilmu ttg ketiganya pada kasus teman ini. Setiap melewati mall tsb ingatan saya selalu berputar pada sahabat yg hebat dan segi tiga Feng Shui. 

Gregorius Indiarto
Pun saya, tidak paham fengsui dn klenik, tp dulu, duluuuu sekali, pernah akan melakukan perjalanan (bersepeda) bersama sepupu, berlima. Waktu tempuh lebih kurang 7 jam. Persiapan di rumah simbah, sekalian pamit. Mbah, besok kami mau main tempat om Jo, bersepeda. Mbah Putri komatkamit, mengernyitkan dahi, seakan memainkan jari2, seolah2 sedang berhitung. Dan, "kalau pergi jangan besok, rumah Om mu kearah Barat, besok gak baik pergi ke arah Barat" Baiknya mbah? "Senin" Senin sekolah mbah!. "atau hari ini" Kalau hari ini belum punya sangu mbah. Mbah Putri mengeluarkan kantung kain (bukan dompet) dan memberi kami sejumlah uang. "Berangkat hari ini, sebelum siang" Dan beda sama mbh Kakong, kalau kata mbah Kakong punya prinsip tdk mengenal hari, tapi "Mlakuo wayah dino iseh padang, ati2 ben ora numbor, lan waspodo ben ora di tumbor, lan pasrah marang Gusti Allah" Dan kami berangkat, hari itu, karena dapat sangu. #jaman mbingen.

Komentator Spesialis
Fengsui ? Saya tidak paham dan tidak terlalu ingin tahu apa itu fengsui. Apakah hanya kepercayaan ataukah punya dasar ilmiah. Saya beli rumah di cluster yang baru buka. Tempatnya strategis. Sebenarnya sama marketingnya saya ditawari rumah di cluster lain. Tetapi saya lebih tertarik di cluster yang satu ini. Mulanya saya santai saja. Toh belum seminggu dibuka penjualan. Ada sekitar 100 unit. Belanda masih jauh. Tidak perlu terburu buru. Sepekan kemudian saya info ke marketing bahwa saya mau beli. Jawabannya : maaf Pak sudah habis sold out. Waduh. Menyesal !!! Esoknya saya dapat telpon dari si marketing. Intinya ada 1 yang sudah dibooking tapi belum diduitin DP nya. Kalau mau bisa diambil asal langsung bayar. Tapi, lokasi di tusuk sate. Saya jawab langsung saja : saya ambil sekarang. Mertua saya madura, saya suka sate. Alhamdulillah, ternyata memang saya tidak salah pilih. Menjadi lokasi yang termasuk paling bagus di cluster. Jalannya lebar. Saking lebarnya Mobil 2 atau 3 deret diparkirpun orang masih bisa U turn

Jimmy Marta
Dalam waktu tdk berapa lama, bbrp PT akan membuka jurusan baru. -Kedokteran spesialis penyakit pelet. -Komunikasi dunia lain. -Administrasi Manajemen rumah berkah. -Manajemen Keuangan usaha cepat maju. Semua dalam satu Fakultas. Fak. Fengshui Scientific...

Kang Sabarikhlas
Hari ini ada 2 hal manarik diketahui Apa bedanya Hongshui & Fengshui? Dan 'bagaimana menulis yang baik' menurut Pak DI, bahkan di IG beliau tambahkan "5 musuh utama tulisan jadi tidak manarik, apa saja?"...…akan tetapi ndak dijelaskan beliau. Saya jadi "ber-mungkin²', apa tulisan Pak Mirza, Pak Pry, Koh Liam dll. yg tiap hari komen terpilih itu tulisan yang baik?…. apa tulisan harus tegak ndak boleh nglawak? ndak boleh miring atau nyindir²? Apa saja ya? saya kan ingin diajar, anu maksudnya belajar dan diajari. duh, saya belum diajar dah gemetar

Mirza Mirwan
Untuk mengikuti beberapa kali kursus fengshui, Pak Sidhi menghabiskan US$50.000, termasuk tiketnya. Itu setara Rp751,5 juta. Mahal atau murah? Kalau pertanyaan itu ditujukan kepada mahasiswa kedokteran di Indonesia, di PTN/PTS mana pun, pasti jawabannya: mahal banget. Tetapi kalau ditujukan kepada mahasiswa Indonesia yang kuliah di Columbia University, bahkan yang mendapat beasiswa LPDP atau Fullbright, jawabannya pasti: murah banget. Hagimana, coba. SPP (tuition) di Columbia University itu per semester US$32.670 (setara Rp491 juta). Penerima beasiswa LPDP untuk kota New York nggak sampe Rp1 M per tahun. Jadi untuk bisa hidup mesti bekerja part-time. Tasya Kamila dulu itu mengaku megap-megap meski mendapat beasiswa LPDP. Padahal artis. Kalau penerima beasiswa fullbright, meski nominal per tahun lebih kecil, masih mending. Kenapa? Karena bisa mengajukan keringanan SPP. Isteri teman putri saya, orang Thailand, guru SMA, 21 Juli kemarin berangkat ke AS. Ia penerima beasiswa fullbright untuk mengambil program master di fakultas keguruan (Teachers College) Columbia University. Dengan berbagai alasan ia mengajukan permohonan keringanan SPP. Dan berhasil: hanya membayar 30% per semester. Teman putri saya dari Cilacap. Meski berangkat 21 Juli, tapi mulai kuliah masih awal September. Istri teman putri saya itu harus mengikuti pelatihan untuk para penerima beasiswa fullbright selama sebulan. Katanya di Ohio. Mungkin di Athens (kampus Ohio University).

Property 2208
Dulu, waktu almarhum ibu saya masih hidup,. Setiap mau menanam padi di sawah, selalu menghindari hari pasaran "Manis". Alasannya, kalau menanam di hari pasaran "manis", nanti dimakan tikus. Karena tanamannya rasanya manis. Hehehe...... Kalau mau pergi jauh, ke Jakarta misalnya. Tidak boleh di hari selasa. Karena Mbah Kakung (bapaknya ibu) meninggal di hari Selasa. Ini termasuk Fengsui? Serius nanya.

imau compo
Tidak percaya primbon? Sesuatu yang melekat pada orang Jawa, terlepas dia bilang percaya atau tidak. Suatu hari, tetangga saya yang minang di kompleks beli rumah yang saling mengekor ke rumahnya. Rumah ini disatukan di ekor tadi, sehingga rumah tadi seolah-olah memiliki dua halaman depan di jalan yang berbeda. Tetangga lain, yang jawa, saat itu berucap, "ini jelek menurut primbon Jawa." Yang lain jawab, "yang percaya......." "Kita lihat saja ke depan," kata yang ngomong pertama. Pemilik tadi pada saat itu pengusaha yang cukup moncer. Perlahan, bisnisnya ditinggalkan, entahlah atas dasar redup atau alasan lain. Sempat kesulitan keuangan, namun saat ini hidup tenang saja dan sederhana dengan istrinya yang pensiunan PNS.

Udin Salemo
#everyday_berpantun 

Koh Asui belanja ke Surabaya/ 

Membeli buku dan banyak pensil/ 

Perhitungan fengsui boleh percaya/ 

Kerja keraslah kunci berhasil/ 

Guruku bernama Pak Syahpinal/ 

Dia mengajar pelajaran fisika/ 

Kaum rebahan fengsui tak kenal/ 

Yang penting ada udud dan kuota/ 

kalintin kapa kalintin/ 

nangkodonyo si marah katik/ 

suai guntiangnyo kain/ 

luluih banang jo pinjaik/ 

udin barangkek malam/ 

marantau ka pandai sikek/ 

bukan pisau kurang tajam/ 

pandeka pandai basilek/ 

katangga bulan puaso/ 

manunggu si hari rayo/ 

kok nyampang galeh balabo/ 

zakat wajib hukumnyo/

Liam Then
Sering nggacor nyebut fengsui, sekali jadi topik malah ngga bisa komen tentang fengshui. Jadi malu. Tradisi orang tionghoa banyak bersentuhan dengan ilmu fengshui. Dari mencari jodoh contohnya selisi umur dulu sering dicerewetkan oleh orang tua. Sekarang sudah mulai ditinggalkan, apa itu lokasi tusuk sate,tusuk konde, jika mampu beli ruko tepi jalan, sudah diartikan sukses berhasil, fengshui nomer sekian. Fengshui cabang ilmu kuno yang berkaitan dengan Metafisika. Boleh percaya boleh tidak. Saya pribadi netral saja, yang terbukti berguna diambil manfaatnya, yang tak berguna ,tinggalkan. Wong orang Tiongkok sana kirim Taikonot ke stasiun ruang angkasa mandiri diatas orbit sono,tidak pakai ilmu fengshui kok. Pakai ilmu fisika. Fengshui itu ilmu tentang energi yang tak kasat mata. Secara kebetulan para ilmuwan fisika di barat juga sedang gelut aktif teliti tentang unit energi yang lebih kecil dari atom, dark matter-materi gelap, dan lain sebagainya. Sama-sama meneliti energi tapi lain caranya. Juga lain kegunaannya. Percaya tidak percaya, tapi mau mau tidak berani bilang tidak percaya, soalnya bagaimana menjelaskan, fenomena pelaku seni kuda lumping nggragas kaca, Tatung di Singkawang, pakai tusuk konde gede nembus pipi? Metafisika dan Fisika, sama-sama tentang energi. Mungkin seribu tahun lagi, bisa ketemu dua ilmu ini. 

Mbah Mars
Saya penasaran bagaimana ilmu psikologi memahami fenomena kesurupan masal. Bagaimana Om Liang ?

Johannes Kitono
Perjalanan Fengsui diterima sebagai ilmu S 3 di Fakultas Teknik bisa diibaratkan Akupuntur diterima di Fakultas Kedokteran. Dulu masyarakat merasakan manfaat tusukan jarum akupunktur tapi tidak bisa dijelaskan ilmu Kedokteran. Begitu dengan rumah yang tusuk Sate. Faktanya rumah seperti itu dihindari. Kalaupun laku tentu dengan diskon tinggi dan harus tahu kiasnya. Tolak bala supaya yang tinggal enteng rezekinya.Feng Shui secara harafiah adalah perpaduan Angin dan Air supaya harmoni.Makam etnis tinggi selalu perhatikan unsur Feng Shui. Di belakang makam biasanya ada bukit atau gunung dan makam menghadap Laut atau Sungai. Etnis Tionghoa percaya bahwa lokasi makam yang Feng Shui nya bagus akan membawa berkah bagi anak cucunya. Bangunan atau gedung Bank di Hongkong atau Singapore selalu melibatkan Konsultan atau pakar Feng Shui. Kalau tidak katanya Bank tsb akan banyak masalah, misalnya jadi tempat Money Loundring. Dulu setiap awal tahun Bank besar di Jakarta selalu undang pakar Feng Shui sebagai pembicara dan penuh. Bayaran tinggi dan paling seru ketika sampai sesi Q dan A. Ketika mendapat pertanyaan yang sulit pakar cuma menjawab. Pertanyaan ini sangat bagus dan untuk menjawabnya perlu sesi tersendiri. Then, penanya akhirnya menjadi klien pakar Feng Shui. Semoga Dr Ir. Sidhi Wiguna Teh menjadi doktor Feng Shui yang mumpuni,bisa mengatasi kemacetan di kota besar Indonesia.Congrat atas gelar Doktor Feng Shuinya.

Kategori :