Agama Ibrahim yang dalam konteks QS. 2:130-132 merujuk pada berserah diri kepada Tuhan seluruh alam selanjutnya disebut Islam dalam QS. 5:3. "Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”. Islam sendiri berasal dari kata aslama yang berarti berserah diri.
Melampaui Agama Samawi
Menarik untuk dicermati, dalam Alquran Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang beriman (orang-orang Muslim), orang-orang Yahudi, orang-orang Kristen, dan orang-orang Shabi’in, siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati” (QS. 2:62). Inilah ayat yang menurut Fazlur Rahman (dalam Amin Abdullah, 2020:89-90) dengan jelas menyatakan bahwa kaum dan pengikut agama apa pun yang beriman dan melakukan amal-kebajikan akan memperoleh keselamatan.
Dalam beberapa ayat (QS. 2:62, 5:69, dan 22:17), “orang-orang Shabi’in” disebut akan memperoleh ganjaran sesuai keimanan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa konsep agama samawi adalah konstruksi sosial dan bukan berasal dari kitab suci. Hal ini juga mengindikasikan bahwa tiap-tiap orang akan memperoleh ganjaran sesuai dengan keimanan mereka, apa agama atau pun kepercayaan mereka.
Uraian di atas menjelaskan bahwa tradisi tidak dapat dipisahkan dari agama. Bahkan, pengertian agama sebagaimana disebutkan di awal tulisan ini berkembang sesuai tradisi yang menjadi konteksnya. Wilfred C. Smith (1962) menyebutnya sebagai tradisi kolektif, keseluruhan usaha manusia mendekatkan diri pada Tuhan melalui peribadatan dan ritual, baik dalam terminologi agama atau pun kepercayaan. Pemahaman akan hal ini diharapkan dapat mewujudkan sikap saling menghormati dan menghargai di antara pemeluk agama atau pun kepercayaan yang berbeda. Semoga! (*)
*) Penerjemah dan Pemerhati Masalah Sosial Keagamaan