Memaknai Kembali Agama

Memaknai Kembali Agama

--

AGAMA dianggap sama sekali terpisah dari tradisi. Bahkan, tradisi dianggap mengotori dan merusak agama. Dalam KBBI, agama didefinisikan ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Disebutkan pula agama samawi: agama yang bersumberkan wahyu Tuhan, seperti agama Islam dan Kristen.

Agama samawi/langit dikontraskan dengan istilah agama ardhi/bumi yang dianggap sebagai agama yang tidak berdasarkan wahyu. Di Indonesia ada kategori lain: kepercayaan. Penganutnya disebut penghayat kepercayaan. Mereka dianggap tidak beragama. Dampaknya, mereka sering mendapat perlakuan diskriminatif dan cenderung diarahkan memeluk salah satu agama yang diakui di Indonesia. 

Ungkapan yang diakui ini sebenarnya salah kaprah. Mengapa? Karena negara menjamin warganya beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya (Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945). Yang disebut sebagai agama samawi adalah Yudaisme, Kristen, dan Islam.

Yudaisme: Tradisi Monoteistik yang Dimulai oleh Abraham

Dalam Stanford Dictionary of Philosophy, Yudaisme didefinisikan salah satu dari tiga tradisi monoteistik yang bersumber dari Abraham. Meliputi serangkaian kepercayaan (beliefs) dan peribadatan (practices) yang menunjukkan adanya perjanjian (covenant) antara Tuhan dan orang Israel. Dalam Taurat—Kejadian 32:28—disebutkan bahwa Israel adalah nama yang diberikan Allah kepada Yakub, yang mempunyai 12 anak yang menurunkan bangsa Israel. 

Kata Yudaisme berasal dari bahasa Yunani Ioudaismos yang berarti memihak atau menyerupai orang Yudea. Ungkapan memihak itu ada karena kata ioudaismos. Konteksnya adalah pemberontakan Makabe pada abad ke-2 SM. Pemberontakan itu terjadi karena adanya konflik antara helenismos—mereka yang tunduk pada tradisi Yunani—dan ioudaismos—mereka yang mengikuti tradisi Yahudi.

Dalam The Beginning of Jewishness, Shaye J. D. Cohen mengemukakan bahwa istilah ioudaismos menghimpun seluruh karakteristik yang membuat orang-orang Yahudi layak disebut orang Yahudi. Ia menambahkan bahwa karakteristik tersebut juga mencakup semua keyakinan beserta amalannya yang sekarang ini kita sebut agama dan mengakomodasi seluruh tradisi Yahudi. Jadi, Yudaisme pada hakikatnya adalah keseluruhan tradisi Yahudi sebagai bangsa.

Peribadatan bangsa Yahudi mengikuti tradisi nenek moyang mereka: Abraham, Ishak, dan Yakub. Mereka menyembah Allah yang disembah Abraham, yang secara tradisi disebut Allah Abraham, Ishak, dan Yakub (Keluaran 3:6, 3:15, 3:16, dan 4:5). Praktik ini diwariskan turun-temurun sampai sekarang.

Pengertian agama sebagai sistem kepercayaan tidak dikenal dalam Yudaisme. Tidak ada satu pun kata agama dalam keseluruhan Tanakh, kitab sucinya. Yudaisme terkait dengan etnisitas (ethnicity) dan bukan dengan agama. Orang non-Yahudi disebut goyim, yang berarti bangsa-bangsa lain. Secara teologis, goyim artinya kafir, bangsa-bangsa lain yang tidak menyembah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Dalam Yudaisme, monoteisme dinyatakan dalam, “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa” (Ulangan 6:4).

Kristen: Umat yang ”Melanjutkan” Tradisi Monoteisme Yahudi

Kristen berasal dari Christian, sebutan bagi para pengikut Yesus Kristus yang awalnya diberikan kepada jemaat di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:26). Antiokhia adalah kota kuno, kini disebut Antalya, ibu kota provinsi Antalya yang terletak di sebelah barat Turkiye. Dalam bahasa Yunani, Kristus berarti yang diurapi (dituangi minyak di kepalanya). Dalam bahasa Ibrani disebut mesias (Mesiakh). Dalam bahasa Arab disebut Al-Masih (al-Masiyah). Adanya padanan kata mesias dalam bahasa Arab menunjukkan bahwa tradisi lisan tentang mesias juga beredar di antara orang-orang Arab.

Umat Kristen melanjutkan tradisi umat Yahudi dalam hal ini: menyembah Allah yang sama, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub (Matius 22:32, Markus 12:26, Lukas 20:37, dan Kisah Para Rasul 3:13). Tradisi keimanan yang berlanjut itu juga tampak dari fakta bahwa Kitab Suci umat Yahudi—yaitu Tanakh—diterima secara keseluruhan oleh umat Kristen dan disebut Perjanjian Lama dalam Alkitab. Dalam Kekristenan (Christianity)—yang diimami oleh orang Kristen, ke-esa-an Allah disebutkan dalam Markus 12:32, Yohanes 17:3, Roma 3:30, 1 Korintus 8:4, 1 Korintus 8:6, Galatia 3:20, Efesus 4:6, 1 Timotius 1:17, 1 Timotius 2:5, dan Yakobus 2:19.

Islam: Sebutan bagi Tradisi Monoteisme Ibrahim

Dalam Alquran, kesinambungan dengan tradisi monoteistik Abraham—yang di Alquran disebut Ibrahim—dinyatakan secara eksplisit sebagai berikut: "Katakanlah (Muhammad), kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub, dan anak cucunya” (QS. 3:84)." Yang diturunkan kepada Ibrahim (QS. 3:84) disebut dengan agama Ibrahim (QS. 2:130) di mana Ibrahim berserah diri kepada Tuhan seluruh alam (QS. 2:131), dan dilanjutkan wasiat Ibrahim kepada anak-anaknya:  "Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. 2:132).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait