Hewan inang NiV adalah kelelawar buah atau genus Pteropus yang juga dikenal sebagai rubah terbang.
BACA JUGA:Mau Pinjam Uang Rp 5 Juta Tanpa Jaminan? Ajukan Saja di 5 Pinjol Ini, Bunga Rendah dan Diawasi OJK!
Virus ini dapat ditularkan melalui kelelawar buah, babi, dan manusia ke manusia melalui air liur atau urin.
Kontaminasi awal dari hewan ke manusia dikenal sebagai peristiwa limpahan atau spillover event dan begitu seseorang terinfeksi, penyebaran NiV dari manusia ke manusia dapat terjadi.
Infeksi pada manusia berkisar dari infeksi tanpa gejala hingga infeksi saluran pernapasan akut maupun ringan serta berat dan ensefalitis atau pembengkakan otak yang dapat menyebabkan koma dalam waktu 24-48 jam.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ensefalitis memiliki angka kematian 40-75 persen.
Mereka yang selamat dari ensefalitis akut dapat pulih sepenuhnya, namun kondisi neurologis jangka panjang dapat terjadi seperti gangguan kejang dan perubahan kepribadian.
Sebagian kecil orang yang selamat dan kemudian kambuh atau mengalami ensefalitis yang tertunda.
BACA JUGA:Sepeda Listrik Nultron-Wuyang Buka Pabrik di Indonesia, Kapasitas Produksi 120 Ribu Unit Pertahun
Cara mencegah virus Nipah
Saat ini, tidak ada vaksin yang tersedia untuk melawan virus Nipah dan berdasarkan pengalaman yang diperoleh dan informasi yang dikumpulkan selama epidemi sebelumnya, pembersihan serta disinfeksi peternakan babi secara rutin dan menyeluruh dengan deterjen yang tepat mungkin efektif dalam mencegah infeksi.
Dalam kasus hewan, jika diduga terjadi wabah maka tempat tersebut harus segera dikarantina.
WHO juga menyarankan untuk memusnahan hewan yang terinfeksi dengan pengawasan ketat terhadap penguburan atau pembakaran bangkai yang mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko penularan ke manusia.
BACA JUGA:Wulan Guritno Datangi Bareskrim Polri, Jalani Pemeriksaan Promosi Judi Online