Pembebasan kedua lansia ini pun telah dikonfirmasi oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
"Kami berharap mereka akan segera kembali dengan orang yang mereka cintai," kata ICRC di X.
Diketahui, ini adalah pembebasan kedua sejak kelompok militan melintasi perbatasan ke wilayah Israel bagian selatan lebih dari pekan lalu, membunuh sekitar 1.400 orang dan menculik lebih dari 200 sandera.
Seorang perempuan warga negara Amerika Serikat dan anak perempuannya, juga telah dibebaskan pada Jumat 20 Oktober 2023. Hamas sejauh ini telah membebaskan 4 sandera.
Hamas menangkap lebih dari 200 orang Israel, termasuk mereka yang berkewarganegaraan ganda, dalam serangan mendadak di sejumlah kota Israel pada 7 Oktober lalu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berulang kali mendesak pembebasan tanpa syarat semua sandera yang ditahan di Gaza.
Kelompok hak asasi manusia, organisasi internasional, dan keluarga mereka yang ditawan juga menyerukan pembebasan segera para sandera.
Di saat militer Israel tengah berupaya melancarkan invasi darat di Gaza, keluarga para tawanan Hamas ini dilema dan terbelah.
Ada yang mendesak pemerintah Israel memprioritaskan pembebasan sandera, sementara yang lain mengaku memahami fokus Israel untuk menumpas Hamas.
Mereka yang ingin keluarganya segera dibebaskan menilai bahwa pemerintah Israel perlu duduk bicara dengan Hamas alih-alih menggunakan kekerasan.
"Kita perlu bicara dengan Hamas. Kita tidak bisa selalu menggunakan perang. Kami punya banyak sekali tawanan Palestina yang dapat ditukar dengan rakyat kami yang ditahan," kata Carmel Gorni, aktivis politik yang sepupunya tewas dalam serangan.
"Jika tentara kami masuk, banyak orang yang akan tewas, termasuk para sandera."