Target CURIOOkids adalah anak-anak berusia dari 4 tahun sampai 12 tahun.
Ada 4 filosofi yang dianut oleh CURIOOkids. Pertama, setiap anak itu unik yang memiliki talenta masing-masing.
Kedua, setiap anak membutuhkan perkembangan learning behaviour yang spesifik, tidak bisa disama-ratakan.
BACA JUGA:3 Trik Jitu Menghafal Materi Pelajaran Sebelum Ujian Sekolah, Coba Lakukan Ini
Ketiga, penggunaan Bahasa Inggris membuka ‘pintu’ untuk anak-anak supaya dapat berkomunikasi lebih luas secara efektif di dunia nyata.
Keempat, materi pengajaran yang bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak agar dapat berhasil secara akademis dan dalam kehidupan sehari-hari.
Kish Gill, President Director CURIOOkids Indonesia menekankan, “CURIOOkids percaya bahwa learning behaviour menjadi kunci krusial agar anak mampu bertahan, dan bahkan sukses menjalani situasi zaman yang terus berubah.”
“Learning behavior tersebut dikembangkan oleh CURIOOkids dengan memberikan pendampingan kepada anak-anak dalam mengasah hard skill dan soft skill mereka, antara lain dalam kecakapan berbahasa, penggunakan teknologi digital, pemikiran kreatif, kolaborasi tim, pemecahan masalah, dan berpikir secara kritis,” jelasnya.
BACA JUGA:Kemendikbud Buka Pendaftaran PPG Prajabatan Gelombang 3 2023, Cek Syarat dan Ketentuannya
Efektivitas kurikulum CURIOOkids juga diakui secara internasional.
Salah satu penghargaan internasional yang diraih tahun ini yaitu Edtech Breakthrough Award 2023 dan Creativity Curriculum Solution of the Year 2023 di Amerika Serikat.
Kurikulum komprehensif CURIOOkids Indonesia berfokus pada empat subjek pelajaran utama, meliputi: 1) Desain Kreatif, 2) Teknologi, 3) Wirausahawan; dan, 4) Komunikasi (Bahasa Inggris).
Keempatnya merupakan hard skills penting untuk membentuk fondasi yang menunjang perkembangan anak-anak.
BACA JUGA:Kemendikbud Buka Pendaftaran PPG Prajabatan Gelombang 3 2023, Cek Syarat dan Ketentuannya
CURIOOkids juga mengusung empat metode untuk membangun soft skills anak-anak dalam berkembang, yang antara lain adalah: 1) Cross-Curricular Learning, 2) Project-Based Learning, 3) Experiential Learning, dan, 4) Inquiry-Based Learning.
Kish Gill menambahkan, “Anak-anak yang lebih aktif dan dominan berbicara dibanding para pengajarnya dapat mendorong anak-anak untuk lebih kritis mengajukan lebih banyak pertanyaan agar mereka menciptakan proyek sendiri, bahkan lambat laun anak-anak dapat menyelesaikan masalah yang muncul secara mandiri.”