Mulus Pegasus

Minggu 19-11-2023,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

PESAWAT kecil ini terbangnya rendah: 6000 ft. Jenis Twin Otter tipe baru: DHC-6 seri 400. Dua mesin. Isi 16 orang.

Saya bisa melaporkan pandangan mata saya untuk Anda: apa saja yang saya lihat di bawah sana.

Itu kemarin siang. Pukul 13.15. Yakni setelah saya menghadiri wisuda ke-11 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusantara Sangatta. Ini masalah pertemanan. Semacam KKN.

Pemilik Nusantara teman semasa mahasiswa di Samarinda: sesama pendemo. Hanya beda kampus dan jurusan.

Ia di perguruan terbaik Samarinda saat itu –sampai sekarang: Universitas Mulawarman. Jurusan ekonomi. Namanya: Amransyah Iskandar. 

Sedang saya kuliah di jurusan paling mudah, yang kampusnya di sebuah rumah kayu yang di kolongnya sering dipakai kongkow biawak.

Begitu terbang, terlihat conveyor menjorok hampir 1 km ke laut. Di ujungnya sana bersandar kapal besar. Dari conveyor itu mengucur batu bara yang sudah dihancurkan menjadi butiran-butiran sebesar jagung. Itulah batu bara dari tambang terbesar di Asia –salah satu terbesar di dunia: milik KPC.

Conveyor itu sendiri panjangnya hanya 13,5 km. Tambang KPC memang tidak terlalu jauh masuk dari pantai. Secara ekonomi sangat menguntungkan: kalorinya tinggi, sulfurnya rendah, lokasinya dekat laut. Anda sudah tahu siapa yang kehujanan emas hitam itu.

Tidak jauh dari dermaga batu bara itu terlihat ada 12 kapal besar yang antre. Begitu kapal besar itu penuh, bisa langsung berangkat ke luar negeri. Ganti kapal besar lainnya yang bersandar ke dermaga.

Pesawat itu menuju selatan: menuju Balikpapan. Dermaga KPC pun segera terlihat di belakang. Yang tampak di depan dermaga lainnya. Juga menjorok ke tengah laut. Tidak ada kapal yang sandar. Sepi. Nyenyet. Tidak pula ada kegiatan apa-apa. 

Itulah dermaga milik pemerintah. Sudah selesai dibangun tujuh tahun lalu. Masih nganggur. Jalan menuju pelabuhan itu masih kurang 1 km lagi. Sedang dikerjakan.

''Oh, ini proyek yang saya lihat tadi pagi. Dari atas justru kelihatan lebih jelas,'' kata saya dalam hati. 

Jam 06.00 pagi-pagi saya memang minta diantar ke situ. Saya ingin tahu: mengapa pelabuhan itu lama sekali tidak beroperasi.

Jalan dari kota Sangatta sudah dibangun. Konstruksinya beton. Jalan kembar. Panjangnya sekitar 15 km. Sudah jadi.

Dari atas juga terlihat kelokannya. Tapi ada masalah tanah di ujungnya. Saya diantar sampai mentok di ujung jalan itu. Tidak bisa sampai dermaga. Sedang dicor.

Saya pun pindah arah: ke pelabuhan ikan. Pelabuhan lama. Lalu cepat-cepat balik ke kota: jadwal wisuda sudah tiba. Saya diminta pidato yang pertama.

Kalau pelabuhan sepi itu sudah beroperasi beban jalan poros Samarinda-Sangatta bisa lebih ringan. Barang-barang dari Surabaya/Balikpapan/Banjarmasin ke Sangatta bisa lewat pelabuhan itu.

Rakyat di sana selalu mengeluhkan jalan poros itu. Lebih sering berlubangnya daripada mulusnya.

Setelah pesawat melewati dermaga sunyi itu tidak ada lagi yang bisa dilaporkan ke Anda. Pantai kosong. Pantai berlumpur. 

Di menit ke 15 barulah tampak pelabuhan besar. Lengkap dengan tanki-tanki raksasa: warna putih metal. Juga bangunan pabrik besar-besar.

Saya masih menebak-nebak. Proyek apa itu. Teman di sebelah saya tertidur. Telinganya disumpal peredam suara. Semua penumpang memang diberi penyumpal lubang telinga. Tidak ada yang saling bicara.

''Oh...saya tahu: ini pabrik Pupuk Kaltim,'' kata saya dalam hati. Lalu saya reka-reka: mana yang tanki amoniak dan mana tanki bahan baku lainnya. 

Terlihat juga pelabuhannya yang besar. Pabrik pupuk ini raksasa –pun dilihat dari udara.

Belum lagi pandangan Pupuk Kaltim berlalu sudah terlihat tanki-tanki besar lainnya. Juga pelabuhan besarnya. Saya pun langsung tahu: itu kompleks PT Badak.

Di situlah gas blok Mahakam diubah menjadi gas cair (LNG). Lalu dialirkan ke kapal tanki LNG. Dikirim ke luar negeri: Jepang.

Dari atas terlihat kompleks Pupuk Kaltim dan kompleks PT Badak seperti berimpitan. Dua proyek vital nasional itu kini seperti dikepung perumahan penduduk.

Kampung padat. Kampung besar. Itulah kota Bontang.

Terlihat juga stadionnya yang besar. Di situlah dulu tim Divisi Utama Pupuk Kaltim (almarhum) bermarkas.

Langit sangat biru. Hanya sedikit saputan awan putih di sana-sini. Mata saya mulai mengantuk. Tapi saya tidak mau tunduk. Saya harus melaporkan ke Anda ada pemandangan apa lagi di bawah sana.

Di menit ke-25, saya kaget: begitu banyak kapal besar berkerumun di tengah laut. Saya terpana. Saya pun menghitung cepat: ada 57 kapal yang seperti sedang berkerumun itu.

Lalu saya tengok ke kanan bawah. Terlihat muara sungai yang sangat lebar. Airnya sangat keruh. Saya pun tahu: itu pasti muara sungai Mahakam. 

Besarnya kerumunan kapal besar tadi ada hubungannya dengan muara sungai ini.

Sungai Mahakam bermuara di laut Selat Makassar. Begitu mendekati laut, sungai Mahakam bercabang-cabang. Banyak sekali. Di semua cabangnya tetap bernama sungai Mahakam. 

Cabang paling kanan disebut Handil II. Ada dermaga di pinggir muara itu. Dulu, orang dari Surabaya yang mau ke Samarinda harus turun pesawat di Balikpapan. Lalu naik kendaraan umum ke Handil II. Dari sini naik speed boat ke Samarinda. 

Dari Handil II itu terlihat air sungai Mahakam masuk laut. 

Belakangan sudah ada jalan raya Samarinda-Balikpapan. Ada pula jalan tolnya. Samarinda sendiri sudah punya bandara.

Percabangan sungai Mahakam yang banyak itu terlihat indah dari udara. Seperti pohon pisang berdaun banyak. Saya hitung daun itu: 25 cabang. Kalau tidak percaya hitung sendiri.

Cabang muara paling kiri disebut Muara Badak. Kerumunan kapal besar tadi tidak jauh dari Muara Badak itu. 

Itulah kapal-kapal yang menunggu tongkang. Tidak bisa masuk sungai Mahakam. Batubara diangkut dengan tongkang. Menyusuri sungai Mahakam. 

Satu tongkang berisi sekitar 7.500 ton batu bara. Tongkang ditarik melewati Muara Badak. Lalu menuju kapal besar. Di tengah laut itulah batu bara dipindahkan. Dari tongkang ke kapal besar.  Kalau satu kapal berisi 100.000 ton, berarti 15 tongkang yang harus memindahkan muatan.

Betapa sibuknya bongkar muat batu bara di tengah laut itu. Kejujuran mendapatkan ujian terbesarnya di tengah laut.

Saat pesawat melewati sungai Mahakam saya menoleh ke jendela kanan: ampuuuuuun!!!

Sungai Mahakam padat dengan tongkang! Bajurut. Bakajal. Seperti tentara Korea Utara yang sedang latihan perang. 

Saya kembali tertegun. Sebentar. Saya segera sadar: harus menghitung tongkang itu. Belum selesai menghitung pesawat sudah melewati sungai Mahakam. Hitungan saya berhenti di angka 112. Masih banyak lagi.

Pemandangan pun berubah. Terlihat tanah Borneo bopeng-bopeng. Bopeng-bopeng. Bopeng-bopeng. Sejauh mata memandang: galian batu bara. Triliunan rupiah digaruk dari permukaan wajah tembem remajanya.

Saya lama tertegun-tegun. Lalu melintaslah nama-nama orang yang menjadi kaya raya dari bopengan itu. 

Hanya pemandangan baru yang membuat saya bangun dari lamunan: tampak jalan tol Samarinda-Balikpapan. 

Pesawat pun seperti menyusuri sebelah kiri jalan tol sepanjang 87 km. 

Jalan tol itu menuju Balikpapan. Pesawat saya juga menuju Balikpapan. 

Ujung jalan tol itu tidak jauh dari bandara Balikpapan. Pesawat saya juga sudah mulai menurunkan ketinggian. Sudah 50 menit saya bersama pesawat Pegasus ini.

Saya bisa melihat mobil berhenti di pintu terakhir tol. Saya juga sudah bisa melihat ujung landasan.

Landing. Mulus. Pegasus. Hanya hati saya yang bergolak. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 18 November 2023: Minus Dua


Lagarenze 1301
Pertamax milik Dulur Rungkut/ 
Dulur Darjo kok ngajak kelahi/ 
Balige hebat tak hanya Luhut/ 
Jangan lupa yang marga Silalahi//

Rodrygo Goes
Kalau maksa di tanya ya????. Minimal saya kayaknya tidak berdarah Fir'aun atau dukunnya fir'aun (wkwk).

Agus Suryonegoro III
@pak Udin Saya menyadari dan tau kelebihan dan kekurangan saya. Jadi setiap ditawari jabatan executive, meski rendah, apalagi tinggi, saya tidak mau. Termasuk tawaran jadi Dir Keuangan anak persh, saya tidak mau. Bagi saya, mending milih jabatan fungsional, baik tingkat bawah, menengah maupun atas. Pilihannya, cuma akunting, audit atau risk management..

 

Udin Salemo
Sugoooiii. Pak Agus hebat bukan kaleng kaleng. Kalau punya paman yang kera di Emka mungkin pak Agus bisa jadi dirut perusahaan bumn.

gus Suryonegoro III
Saya plus "tiga". Jawa. Islam. Pribumi. Memulai bekerja dari "Tamtama BUMN". Alhamdulillah pensiun sebagai "perwira tinggi BUMN". ### Bukan "Jenderal BUMN"..

Handoko Luwanto
Jurnal Perusuh Disway Edisi: Tahija Wolbachia (Jum,17-11-2023) #.Nama (Komen;Kata)AWARD [diReplyOrangLain;meReplyOrangLain] #1.ACEP YULIUS HAMDANI (1;35) #2.Agus Suryonegoro III (3;224)★ #3.Agus Tejo (3;11) [1;0] #4.ahmad faqih (1;84)★ [2;0] #5.Ahmad Zuhri (5;124) [3;1] #6.alasroban (1;6) #7.Amat K. (2;27) [0;2] #8.ari widodo (3;280)★ [0;1] #9.Azza Lutfi (1;11) [0;1] #10.balagak nia (1;214)✏️ #11.Beny Arifin (4;173)★★★ [2;0] #12.bitrik sulaiman (2;15) [0;1] #13.DeniK (1;33)★ [2;0] #14.didik sudjarwo (1;3) [1;0] #15.Dwi Marfuji (1;35)★ #16.Echa Yeni (4;80) #17.Em Ha (2;96)★ [0;1] #18.Er Gham (6;161) [4;1] #19.Fa Za (4;173)★★ [2;2] #20.Fantra Salahuddin (1;16) [1;0] #21.Gregorius Indiarto (1;34)★ #22.Guslurah (2;2) #23.Handoko Luwanto (5;473)★ #24.Hari Purwanto (6;189) [2;4] #25.imau compo (4;290) [1;1] #26.iwan (1;70)★ #27.Jimmy Marta (2;112) [0;1] #28.Jo Neca (5;104)★ [0;4] #29.Johannes Kitono (4;704) [1;0] #30.Jokosp Sp (6;387)★ [1;3] #31.Juve Zhang (7;497)★★ [2;2] #32.Komentator Spesialis (2;22) [0;2] #33.Lagarenze 1301 (8;437)★★★★⭐️ [5;1] #34.Leong Putu (19;243)✒️★⚾️ [6;8] #35.Liam Then (8;595) [1;1] #36.M.Zainal Arifin (2;5) [1;0] #37.mamat (1;15) #38.Mirza Mirwan (3;302)⚽️ [11;0] #39.Mudjiono (1;26)✏️ #40.Muin TV (3;606)★ [1;0]

Er Gham
Pak TB Silalahi sepertinya keliru, jika non jawa dianggap minus 1. Beberapa contoh para tokoh maupun founding fathers yang minus 1: 1. Hatta 2. Syahrir 3. Agus Salim 4. M. Yamin 5. Tan Malaka 6. Rasuna Said 7. Natsir 8. Abdul Muis Dst. Juga nama nama dari pulau lain seantero negeri ini. Jadi dulu saat awal awal kemerdekaan, non jawa itu bukan minus. Hanya memang saat ini; ada anggapan bahwa non jawa adalah minus. Seperti halnya saat ini ada jargon politik bahwa capres itu harus orang 'jawa'. Kalau Anies itu termasuk 'jawa' gak ya? Menurut saya sih bukan, entah pendapat lainnya. Ini terobosan, bahwa capres bisa non jawa. 06.33

Mirza Mirwan
Alih-alih menduduki jabatan Kasad atau Pangab/Panglima TNI, seingat saya Pak T.B. Silalahi juga belum pernah menduduki jabatan Pangdam. Di tingkat Kodam jabatan tertingginya hanya Kepala Staf Kodam VII Diponegoro (sekarang Kodam IV). Lalu ditarik ke Mabes AD, menjadi Asisten Perencanaan dan Anggaran Kasad. Di usia 50 tahun, pangkat mayor jenderal, beliau dikaryakan sebagai Sekjen Departemen Pertambangan (sekarang Kemen ESDM), zaman Menteri Soebroto -- tokoh yang sangat berpengaruh di OPEC (waktu itu) selain Zaki Zamani dari Arab Saudi. Lalu tetap dikaryakan sebagai Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara. Menurut saya, sih, bukan karena Pak Silalahi "minus dua" -- Pak Maraden Panggabean juga minus dua, kok -- yang membuat pangkat beliau terhenti di letnan jenderal. Penyebabnya adalah karena beliau terlalu pintar untuk masalah di luar kemiliteran. Dan itulah "sialnya" sehingga dikaryakan. Coba kalau tak punya kemampuan yang menonjol di luar kemiliteran, mungkin bisa menjadi Kasad dengan empat bintang di bahu.

Wilwa
@Juve. Han = Zhonghua = Tionghoa. Haplogroup Y Chromosome dominan O, haplogroup C berikutnya. Dari sini kita tahu suku Mongolia dan suku Manchuria yang dominan haplogroup C, sebagian besar telah berasimilasi dengan suku Hua (suku Bunga Mekar) yang dominan haplogroup O. Korea juga dominan haplogroup O. Yang unik adalah Jepang karena ada tiga haplogroup yang dapat dikatakan sama besar dalam mayoritas orang Jepang yaitu O, C, dan D. Haplogroup D adalah Ainu. Suku “asli” Jepang. Jadi bangsa Jepang adalah asimilasi dari orang Tiongkok/Korea, orang Mongol/Manchuria dan orang Ainu yang bahasanya dipakai sebagai bahasa Jepang. 

Everyday Mandarin
Di China ada hukumnya: Siapa yang memukul duluan, itu akan jd terdakwa dan masuk ranah kriminal.

Everyday Mandarin
Ditulis bung Iwan di atas: Suku Hokkien merayakan Imlek di hari ke-9 setelah Imlek. Menurut legenda, bukan merayakan Imlek di hari ke-9. Tapi sembahyang Dewa Langit (天公) di hari ke-9. Jadi, konon Hokkien berlindung di ladang tebu rimbun hingga hari ke-9. Selama berlindung, mrk berdoa ke Dewa Langit supaya jangan sampai ditenukan lawan mereka. Akhirnya hari ke-9 mereka keluar dari rimbunan ladang tebu dan selamat. Itu yang membuat Hokkien di hari ke-9 Imlek akan sembahyang Dewa Langit-sampai sekarang. Dan ada yang menggunakan tebu dipasang di kiri-kanan pintu utama rumah.

Wilwa
@Iwan. Saya suka baca sejarah. Tawuran antara Hokkien (Fujian) vs Konghu (Guangdong) vs Hakka (Kejia) vs entah apalagi dulu memang sering terjadi tak hanya di Indonesia tapi juga di Taiwan dll lokasi overseas Chinese. Tapi seiring kemajuan pendidikan dan ekonomi, saya sudah jarang membaca berita ada tawuran gegara beda logat atau bahasa ini. 

Wilwa
@Juve. Itu karena pengalaman sejarah yang panjang berliku. Tiongkok pernah “dijajah” Mongolia yaitu Dinasti Yuan. Juga pernah “dijajah” Manchuria yaitu Dinasti Qing. Mongolia dan Manchuria dominan haplogroup C dalam Y Chromosome mereka. Penjajah kawin mawin dengan yang dijajah. Tak aneh bila kemudian dalam DNA orang yang mengaku Tionghoa dapat ditemukan haplogroup C walau tidak sedominanbhaplogroup O. Secara genetik Mongolia dan Manchuria “ditelan” oleh orang Tionghoa. Mereka kini jadi minoritas di Tiongkok. Hanya tinggal jutaan hingga belasan juta orang saja. Pemerintah Tiongkok pun kini tidak menganggap Dinasti Yuan atau Qing sebagai Dinasti “asing” atau “penjajah”. Itu dari sisi sejarah dan biologi. Jadi mereka tidak lagi “tawuran” seperti yang sering saya lihat di Jakarta antara suku A vs suku B (untuk tidak menyebut nama suku). Bahkan tawuran pun bisa terjadi gegara beda sekolah. Parah. 

Juve Zhang
Dari pengembaraan saya jadi backpekeran di Tiongkok ngobrol di kereta api walau bahasa mandarin kelas parah. Tak terlintas di Rakyat Tiongkok yg punya 56 etnis itu merasa lebih hebat di antara etnis lain. Presiden Mao dari Hunan. Deng XP bukan presiden tapi Ahlinya ahli menemukan Jalan sutera Kaya Makmur dari Sechuan . Jiang dari Shangai .Om Jin Ping entah dari propinsi mana mungkin Hubei. Istilahnya mereka tak pernah pusing asal usul nya pun mereka mobilitas tinggi yg di utara karena selalu dingin 6 bulan pada pindah hidup di selatan yg hangat artinya produktivitas tinggi. Mereka gak pernah kelahi antar etnis atau antar wilayah. Apalagi antar RT. Selama pengembaraan di zaman miskin pun gak lihat ada kelahi baku hantam.padahal 1,2 milyar penduduknya. Pun Rumah Susun berhimpitan gak ada saling kelahi antar tetangga di kita Rumah tapak halaman luas.disana rumah susun semua kecuali di kampung rumah tapak mendominasi. Yg jelas gak ada ketua Rt atau Rw.wkwkkw

Leong Putu
Mungkin suara Tokek waktu awal-awal pak Bos menang konvensi tapi disio-sio itu terdengar :" jan...cuk jan...cuk... jan...cuk... cuk....cuk...ck" di telinga pak Bos. Mungkin... Atau bisa jadi pak Bos nyanyi lagu di bawah ini dengan penuh penghayatan :
Ingin kuludahi mukamu yang cantik/ 
Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik/ 
Ingin kucongkel keluar indah matamu/ 
Agar engkau tahu memang indah matamu/ 
Harus kuakui bahwa aku pengecut/ 
Untuk menciummu juga merabamu/ 
Namun aku tak takut untuk ucapkan/ 
Segudang kata cinta padamu/ 
Mengertilah Perempuanku Jalan masih teramat jauh/ 
Mustahil berlabuh/ 
Bila dayung tak terkayuh/ 
Maaf cintaku/ 
Aku menggurui kamu/ 
Mengertilah Perempuanku..... .... Mungkin.....

Lagarenze 1301
Santai sejenak. "Kayaknya aku pernah ketemu kau!" kata seorang pria kepada pria lain yang duduk di sebelahnya. Mereka sedang minum di bar. "Kau orang Batak, ya?" Pria di sebelahnya mengangguk. "Ya, aku Batak. Heiii, aku juga familiar dengan muka kau. Batak juga kau?" "Ha-ha-ha, sama kita, Lae. Horas bah!" pria pertama senang sekali. "Horas, horas...." sambut pria di sebelahnya, yang kemudian bertanya, "Kampung kau di mana?" "Aku dari Balige," jawab pria pertama, lalu balik bertanya, "Kau dari mana?" "Bah! Sama kita, aku juga dari Balige. Ha-ha-ha.... Horas, horas," ujar pria kedua. "Ngomong-ngomong, Lae, kau SMA mana dulu di Balige?" pria pertama lanjut bertanya. "Aku di SMA 1, Lae. Kalo Lae di mana. Jangan bilang kau dari SMA 1 juga...," kata pria kedua. "Alamaaak, aku sekolah di SMA 1 juga. Pantas kayak kukenal kau, Lae. Mantap kali!" teriak pria pertama. Mereka makin semangat menenggak minumannya. Pria pertama berdiri lalu bertanya, "Di mana kau tinggal di Balige." "Jalan Tobing! Lae di jalan apa?" kata pria kedua juga turun dari bangku sembari menarik tangan pria pertama. "Haaaaa.. aku pun tinggal di Jalan Tobiiiing, Laeee.... Sama kitaaa, sempit 'kali dunia ini bah, sempit 'kali bah!!!" teriak pria pertama. Keduanya meloncat-loncat, tertawa keras-keras sambil berpegangan tangan. Bartender yang dari tadi ada di dekat mereka dan mendengarkan percakapan ini, geleng-geleng kepala. Katanya, "Cape deeh... si kembar Hutagalung mabok lagi!"

Wilwa
Yang menarik ketika saya mendalami mengenai haplogroup Y Chromosome adalah ketika saya menemukan bahwa mayoritas orang Papua di pesisir sangat dominan haplogroup C yang juga dominan di orang Mongolia. Nah lho. Haplogroup C umumnya ada di semua suku di Indonesia Barat dan Tengah antara 1 digit persentase sampai 20 an persen. Juga suku-suku “asli” Amerika. Jadi Papua yang berkulit hitam dan suku Amerika yang berkulit coklat itu berkerabat dengan orang Mongolia yang berkulit putih hingga kuning? Sungguh penampilan luar manusia sangat menipu mata kita

Udin Salemo
#everyday_berpantun 
Gagah berani pasukan Hang Jebat/ 
Bertempur dari laut sampai ke pantai/ 
Pak Silalahi tetaplah orang hebat/ 
Walau impian jenderal tak sampai/ 
Naik pesawat ke kota Jakarta/ 
Maksud hati hendak melayat/ 
Mau naikkan putera mahkota/ 
Apalah daya tak dipilih rakyat/ 
Pak Ongen dari Kalimantan/ 
Punya istri di Pamanukan/ 
Kepengen mau cara instant/ 
Karir militer rela ditinggalkan/ 
---------------------------------------------------- 
ramilah urang di tangah lapang/ 
urang datang bapasang-pasang/ 
salamoko ota sajo nan gadang/ 
boss capeklah bayia utang/ 
mak itam urang Lakitan/ 
pai mamukek sampai muaro/ 
usah turuikkan napasu setan/ 
beko badan juo nan sansaro/

Aku dan kita Official
Terimakasih Cak Mul atas petunjuk cara login. Alhamdulillah akhirnya bisa login lagi. Btw kopdar perusuh ada seleksi ya? Ada bocoran gak gmn caranya lolos seleksi? Salam hormat, Eko_Banyuwangi

Leong Putu
Pak Bos gak jadi calon presiden waktu itu, mungkin salah satu sebabnya adalah gak dapat restu. Restu dari bu Bos. Bu Bos gak mau pak Bos jadi presiden. Sebab kalau pak Bos jadi presiden, bu Bos gak bisa membayangkan kalau di depan kamar tidur selalu dijaga Paspampres. Pasti gak nyaman. Lha gimana mau nyaman, kalau saat saat tertentu bu Bos atau pak bos teriaknya agak keras, lalu dari luar terdengar suara :"ijin masuk Ndan, untuk pengamanan". Kan gak enak sama sekali. Ini juga hanya kemungkinan. Restu istri itu juga penting. Apalagi untuk nambah.

Mahmud Al Mustasyar
Tidak semua yg minus dua; tidak bisa menjadi KASAD, apalagi Panglima TNI. Contoh yg nyata adalah Jendral TNI (Purn.) Maraden Saur Halomoan Panggabean; yang pernah menduduki jabatan mulai dari WA KASAD, KASAD sampai PANGAB pada era orde baru. Bahkan sampai menduduki jabatan Menko Polhukam dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung. Sewaktu tugas di Surabaya dulu; rekan yg bermarga Pangabean sering dipanggil dgn singkatan Pangab (tapi bukan Panglima ABRI). Wk wk wk.

Rodrygo Goes
Dahlan Iskan hari ini hanya menjelaskan pengalaman-nya ketika masih menjadi ilmuan roket. ... Mengatur jadwal take off tiap-tiap pesawat antar ruang angkasa di waktu itu. ... Eh maksutnya, menyindir salah satu ketua umum partai yang powerfull pada zamannya. ... Rumit-rumit, perlu bertanya ke tim forensik sepertinya, untuk memahami. ... Rahasia umum, karena tim forensik punya kecerdasan di atas rata-rata. ...

Juve Zhang
Turut duka cita 2 peswat tempur TNI AU jatuh 4 gugur. Gimana sudah tua kok masih suruh kerja. Apalgi yg sudah "dibeli" 12 Ton usia sudah 26 tahun jam terbang di negara kecil timteng. Di suruh terbang di angkasa Nusantara apa gak gemetar sayap nya .lutut pilot nya nanti ikut getar juga naik "ppesawat" uzur yg mau persiapan MPP. Wow ampun dah nasib nasib . Ingat satukan GM dan AMIN kedepan gak ada lagi pilot pilot Top kita jatuh karena Angin Kencang.

thamrindahlan
Selamat Siang. Menurut hemat awak Mendiang Jendral TB Silalahi justru Plus Tiga. Manusia wafat meninggalkan nama. Nama Harum Jendral terpatri di Kampung Halamannya. Plus Satu. Seorang anak desa sukses di tingkat nasional pasti akan membangun tanah kelahiran. Kesejahteraan rakyat dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui Sekolah Bermutu internasional. Plus ke 2 rakyat di sekitar destinasi wisata Danau Toba tidak akan melupakan opung opung berjasa besar mendekatan kawasan itu dengan Kota Medan dengan adanya lapangan terbang sibo langit. Plus 3 Abah sebagai sahabat dekat mendiang walau tidak minus dua takdir berkelindan capres 2014. Namun predikat pertama konvensi pemenang ajang Partai Demokrat tetap eksis di belantara nasional. Salamaalaman

Leonardus Nana
Dari CHD kita tahu bahwa dua tokoh bangsa TBS dan LBP telah menyediakan dua Lembaga penyelenggara pendidikan unggul bagi anak bangsa. Walau itu hanya terbatas bagi anak anak beruntung secara ekonomi namun mereka telah membuka jalan bagi tokoh lain untuk berbuat serupa. Pendidikan di daerah minus ekonomi khususnya bagian Timur Indonesia telah menjadi tantangan berat. Tidak banyak tokoh peduli pendidikan yang mau berinvestasi disana. Mereka tidak akan untung karena pendidikan belum menjadi investasi orang tua bagi anak-anaknya. Greja katolik telah hadir sebagai pioneer. Greja membangun Sekolah gratis dengan jumlah gedung Sekolah melebihi grejanya, namun tantangan Sekolah untuk membangun manusia unggul itu masih belum teratasi. Mengapa? 1. Masyarakat pedalaman belum sadar didik dan menerima pendidikan sebagai sebuah investasi manusia 2. Anak anak baru menerima Sekolah sebagai kesempatan untuk menjalani usia Sekolah bukan hak untuk membangun diri menjadi manusia unggul 3. Orang tua belum mampu membangkitkan mimpi anak tentang kehidupan masa depan 4. Sekolah belum menjadi tempat impian untuk membangun diri karena masih terlalu banyak mata pelajaran yang harus diselesaikan 5. Sekolah tidak mampu memberdayakan guru yang terhimpit secara social ekonomi 

Liam Then
Pak KS sungguh hebat, kayaknya ada bakat buka jenis perusahaan fund manager. Analisisnya tepat sekali. Ko JZ semoga ada ikut saran Pak KS kemaren. Kalbar sudah beberapa kali sumbang orang kaya nasional, tapi daerahnya belum kaya-kaya. Potensi ada, semoga pemimpin kami yang putra daerah mampu segera sedari potensi besar Kalbar. Biar istilah "minus" berkurang satu. Jika provinsi anda dikelola sehingga menjadi provinsi terkaya,termakmur, tersejahtera penduduknya, bagaimana bisa.dibipamg minus? Ayo semangat Pak Midji, dan jajaran Bupati seluruh Kalbar. Kalau ngga sekarang kapan lagi, kalau bukan anda-anda yang pimpin dan mulai, siapa lagi?

Leong Putu
Hahahaha.... Bukan, Om.... Setahu dan seingat saya, pencetus ide atau ajakan tawa ngakkak wkwkwk menjadi mkmkmk di CHD ini adalah Om Beny Arifin saat me-reply komen Om Rindra di artikel berjudul Malu MK. ... Mkmkmk

Gregorius Indiarto
Opung TB Silalahi, Jendral bintang Tiga, dengan modal minus dua, berarti setara dengan Jendral Bintang 5. RIP, Selamat jalan Opung, semoga berbahagia si surga. Met siang, salam sehat dan bahagia.

Kategori :